Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
ZERO O'CLOCK
0
Suka
5,272
Dibaca

Di sebuah kamar kost khusus putri, terdapat seorang gadis yang sedang kelelahan karena Ia baru saja pulang kuliah. Ia langsung bergegas menuju toilet yang ada di kamarnya untuk membersihkan tubuhnya dan melaksanakan salat maghrib. Ya, karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Setelah selesai salat maghrib dan mengaji, gadis itu berniat untuk mengerjakan tugas kuliah yang mana besok adalah sudah deadlinenya untuk dikumpulkan. Dari tugas yang dikerjakan dengan ditulis maupun yang diketik. Sekarang, waktu menunjukkan pukul 23.30 dan gadis itu masih berkutat dengan tugasnya, namun tiba-tiba Ia merasakan bahwa perutnya melilit. Ia baru ingat bahwa sebenarnya dirinya belum makan apa pun sejak tadi pulang kuliah.

“Ah, perutku sakit sekali. Oh iya ya, aku lupa kalau ternyata aku belum makan. Yaudahlah, aku akan ke depan dulu, siapa tahu abang yang jual nasi goreng masih ada disana.” Keluh gadis itu sambil berjalan mengambil dompet yang berada di lemari pakaiannya dan bergegas keluar dari kost.

Beruntungnya si abang penjual nasi goreng masih disana. Tapi pembeli yang mengantri sangatlah banyak sehingga gadis itu pun harus menunggu lumayan lama.

Setelah membeli nasi goreng, gadis itu berniat untuk kembali ke kost,. Namun saat Ia akan sampai di depan pintu kamarnya, tiba-tiba ada sesosok wanita cantik berambut panjang lurus sepinggang yang dibiarkan terurai dan rok berwarna cream selutut yang sedang berjalan ke arahnya dengan pelan dan wajah yang pucat. Dengan spontan gadis yang tadi membeli nasi goreng itu bertanya kepada wanita yang ada di depannya.

“Mau kemana, Mbak?” Tanya Si gadis. Seketika suasana menjadi hening dan suhu menjadi lebih dingin.

“I-ng-in pu-lang,” Jawab wanita berwajah pucar itu dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kesedihan.

“Mbak ingin pulang? Tapi ini sudah malam mbak, tidak baik bagi seorang wanita pulang malam-malam begini. Sebaiknya mbak kembali ke kamar kost saja,” Saran Si gadis. Wanita itu pun menggeleng, dan gadis yang tadi membeli nasi goreng pun menarik tangan wanita itu, membawanya masuk ke dalam kamar kostnya.

“Kalau mbak tidak mau ke kamar, mbak bisa kok main ke kamar kostku ini. Hehe, ya maaf kalau sedikit berantakan,” kekehan garing pun dilontarkan gadis itu, wanita yang didepannya hanya tersenyum. Ya, tersenyum, dan itu hanya sedikit.

“Oh iya mbak, siapa nama mbak? Kenalin, namaku Nuri,” gadis itu sambil menyodorkan tangannya ke arah wanita berambut panjang itu.

“Tania,” jawabnya, tapi wanita bernama Tania itu tidak mau menerima uluran tangan Nuri. Nuri pun hanya bisa tersenyum dan melipat telapak tangannya.

“Ah, nama yang cantik. Oh iya, aku tadi membawa makanan, ayo kita makan bersama. Lagi pula aku juga ini sambil mengerjakan tugas kuliah kok," dengan rasa bahagianya mempunyai teman lain di kostnya, Nuri mulai mengambil piring dan juga sendok untuk makan bareng Tania, wanita yang baru saja Ia kenal itu.

“Tidak, terima kasih Nuri. Aku tidak makan,” jawab Tania.

“Oh? Kenapa, Tan?"

"Tidak apa, hanya tidak ingin saja," Nuri pun tidak bisa memaksa Tania, Ia hanya mengangguk saja.

"Baiklah. Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu ngekost disini Tan?” Tanya Nuri sambil memakan nasi gorengnya dan sesekali menengok ke laptopnya yang masih menyala dan mengerjakan tugasnya.

“Sudah lama, itu sudah sangat lama, bahkan hampir satu tahun aku terjebak disini,” jawab Tania dengan tatapan marahnya sambil menghadap ke arah lain dan bukan ke arah Nuri.

Nuri bingung dengan ekspresi wajah Tania yang berubah seperti orang yang sedang marah, ditambah matanya yang menyiratkan kemarahan dan kesedihan. Bibirnya pun semakin terlihat memucat. Hawa dingin pun semakin membuat bulu kuduk Nuri berdiri. Untuk menyingkirkan pikiran negatif, Nuri berniat untuk bertanya-tanya dan mengobrol lagi dengan Tania supaya bisa semakin dekat.

“Wah, lama juga ya, haha.. Harusnya kamu senang dong Tan. Kok malah wajahmu menyiratkan akan kesedihan?”

“Bagaimana tidak sedih, Nuri. Aku-

Ah, sudah lupakan.”

“Nuri, Apa kau tidak takut padaku?”

“Untuk apa aku takut? Kau kan teman satu kostku. Apa kau ingin aku menjadi teman dekatmu? Kau boleh ke kamarku setiap hari, santai,” ucap Nuri tanpa rasa curiga, dan Tania pun menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, sekarang kita teman. Ah, tidak, lebih tepatnya sahabat?” Ucap Nuri sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Tania pun juga ikut menautkan kari kelingkingnya itu.

“Ya, sahabat.”

***

Hari berganti hari, pertemanan antara Nuri dan Tania pun semakin dekat dengan Tania yang akan menemui Nuri di kamar kostnya sekitar pukul 00.00. Ya, selalu pukul 00.00 alias orang sering menyebutnya Zero O'clock, karena dia hanya bisa keluar di jam segitu. Tak terasa pertemanan mereka sudah hampir satu bulan. Hingga pada saat Nuri berbicara dengan Tania di luar kamar ketika mereka sedang asik menonton televisi yang ada di ruang tamu kost itu, diketahui oleh salah satu teman kost Nuri yang kamarnya di sebelah kamar Nuri, Ia ingin mengambil air minum di sebelah televisi tempat Nuri dan Tania duduk.

“Nuri, kau berbicara dengan siapa? Mengapa kau tertawa sendiri begitu?”

“Citra, kau ini kenapa? Jelas-jelas aku sedang bercanda dengan Tania," jawab Nuri tertawa sambil menepuk pundak Tania. Tania yang mengetahui itu hanya terdiam, tak makpu untuk berkata apa pun.

“Tania? Wanita yang dulu pernah ngekost disini yang kamarnya didepan kamarmu itu?” Tanya gadis bernama Citra itu.

“Iya, sini deh. Tania, kenalkan, ini Citra. Dia yang menempati sebelah kamarku,” Nuri pun mengenalkan Citra pada Tania.

Citra pun bingung, ada apa dengan temannya ini? Apa dia tidak tahu kalau Tania sebenarnya sudah meninggal? Bahkan kamar kost depan kamar Nuri itu pun selalu tertutup. Begitulah yang ada dibatin Citra.

“Ah, tidak perlu, aku tidak ingin berkenalan dengan hantu.” Sahut Citra dan kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

“Apa? Mengapa kau mengatai sahabatku hantu oh!” Teriak Nuri kesal pada Citra yang menganggap sahabat di sebelahnya itu hantu.

“Nuri, jika memang benar aku hantu, apakah kau akan tetap mau berteman denganku? Pada Zero O'clock alis pukul 00.00 seperti kita bertemu pada hari-hari biasanya? Apakah kau tidak takut melihat wajahku yang hancur dan tulang-tulangku yang patah?” Tanya Tania ragu.

“Heh, bicara apa kau ini, hmm? Semakin malam sepertinya otakmu semakin ngelantur kesana kemari ya Tan. Ah sudahlah, aku mau tidur. Kalau kau ingin tidur di kamarku juga ya ayo ikut.” Putus Nuri mengakhiri pembicaraan sambil mematikan televisi. Berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Tania.

 ***

Keesokan harinya, Nuri harus berangkat kuliah pagi karena ada kelas sekitar pukul 07.30, Ia berangkat dari kost sekitar pukul 07.00, dan ketika Nuri sedang mengunci pintunya, Citra pun kebetulan juga ingin berangkat kuliah. Mereka berbeda kelas, tapi masih dengan semester yang sama, yaitu semester 3.

“Eh Citra, kau juga ada kelas pagi oh?”

“Iya Nuri, ayo kita berangkat bareng aja. Kamu jalan kaki kan?”

“Iya, aku jalan kaki kok.”

Di tengah perjalanan, Nuri bercerita tentang persahabatannya dengan Tania yang hampir satu bulan ini. Citra yang mendengarnya pun hanya mengiyakan saja dan ikut bercerita mengenai seluk beluk Tania dengan menghentikan langkahnya dan memegang lengan Nuri.

“Cukup Nuri, apa kau tidak tahu kalau Tania itu sudah meninggal?” Citra menanyakan itu pada Nuri.

“Apa maksudmu Citra?” Tanya balik Nuri dengan geramnya.

“Apa kau tidak sadar, kalau dia hanya muncul ketika pukul 00.00 saja? Apa kau tidak curiga dengan kamar kost depan kamarmu yang selalu ditutup dan digembok? Bahkan Ibu kost pun tidak mau kamar itu ditempati oleh siapapun karena setiap ada orang yang menempati kamar itu selalu dihantui dengan arwah Tania," menghela nafasnya sebelum melanjutkan, Citra mencoba membuat Tania paham kalau sebenarnya Tania ini sudah lama meminggal.

"Satu lagi, apa kau tahu, kalau tubuh Tania ketika sudah meninggal dikubur di tembok, dilapisi batu bata, disemen, bahkan dicat. Seakan tidak ada yang boleh tahu bahwa ada mayat yang ada di tembok depan kamarmu itu. Aku sudah lama ngekost disitu Nuri. Jadi aku tahu sejarah dari kamar kost itu. Kamu kan baru pindah ke kost itu karena pindah dari kampus utama ke kampus 4, jadi maklum kalau kamu tidak tahu. Nuri sadarlah, sebelum kau menyesal nantinya,” peringat Citra sambil berjalan lebih cepat agar bisa sampai kampus dengan tepat waktu meninggalkan Nuri yang masih berpikir keras dengan apa yang dikatakan oleh Citra.

“Tidak mungkin, Tania tidak mungkin kan sudah meninggal? Tapi, jika dia sudah meninggal, mengapa aku bisa menyentuh tangannya?”

***

Saat ini, Nuri sedang dilanda lamunan di kamar kostnya. Ia menunggu Tania datang dan menjelaskan yang sebenarnya. Kini, waktu sudah menunjukkan pukul 00.00, Zero O’clock kali ini Nuri berusaha untuk memberanikan diri ketika bertemu dengan Tania, entah wanita itu akan datang dengan wajah cantiknya atau wajah jeleknya, Nuri berusaha untuk siap.

‘Teng’

Suara jarum jam yang bertumpang tindih di angka 12 itu berbunyi, tepat pada saat itu juga, ketukan pintu di kamar kost Nuri terdengar. Sebenarnya Nuri takut ketika mengetahui bahwa Tania adalah hantu, tapi mau tidak mau Ia juga butuh penjelasan dan masih tidak percaya sebelum Ia mendengarnya sendiri dari mulut Tania. Nuri pun menghela nafas sejenak dan membuka pintu, Tania pun langsung masuk dan berbaring di kasur Nuri.

“Hah, aku sudah tidak sabar bertemu denganmu lagi Nuri,” ucap Tania dengan senyum cantik di wajahnya.

“Tapi, sepertinya aku merasa bahwa kita tidak akan pernah bertemu lagi, aku harus kembali. tapi sebelum aku kembali, bolehkah aku meminta tolong padamu?” Tanya Tania sambil menegakkan tubuhnya.

“Kembali? Kembali kemana Tan?” Tania pun menundukkan kepalanya.

“Nuri, aku-“ Ucapan Tania pun terpotong karena Nuri menyelanya.

“Aku tahu, kau sebenarnya bukan manusia kan, Tan?” Tania mendongakkan kepalanya dan menatap mata Nuri.

“Y-yya, Nuri. Aku bukan manusia, aku disini hanya ingin meminta bantuanmu supaya menemukan lelaki yang telah tega membunuhku dan anakku, kau mau membantuku kan?” Nuri terkejut, kedua matanya membola tidak percaya.

“J-j-jadi, kau benar-benar hantu?”

“Iya Nuri.” Tania pun berdiri dan menunjukkan wujud aslinya di depan Nuri.

Rambut yang acak-acakan, wajah yang hancur bersimbah darah, mata yang ikut memerah terkena darahnya sendiri, rok cream yang dipakainya pun juga terdapat banyak darah di bagian belakangnya, juga kaki yang dipenuhi darah yang mengalir dari pusat tubuhnya. Orang-orang yang melihatnya pun pasti merasa jijik karena bau anyir yang dikeluarkan dari tubuh Tania itu.

Nuri menutup hidungnya menggunakan tangan kanannya dengankedua mata yang masih terbelalak kaget bukan main.

“T-ta-nia, ap-a-kah i- i-ini benar kamu?" Tanya Nuri terbata karena tidak percaya.

Sungguh sangat mengerikan hantu yang ada dihadapannya ini. Bahkan dari bau anyir yang dikeluarkan dari tubuh Tania pun membuat Nuri ingin muntah. Benar-benar bau darah. Belum sempat menjelaskan kembali apa yang dialaminya selama ini, Tania pun dikejutkan dengan Nuri yang pingsan dihadapannya. Sama seperti ketika dia ingin meminta tolong kepada orang-orang yang menghuni kamar kost yang ditempatinya dulu. Ia hanya bermaksud untuk minta tolong, tapi mengapa semua orang menjauhinya? Begitulah pikirnya.

“Nuri!!!”

***

Paginya, ketika ingin berangkat kuliah, Nuri menemukan selembar kertas yang seperti sengaja diselipkan di kipas angin kamarnya. Ia pun mengambilnya, dan itu ternyata pesan dari Tania. Ia berniat untuk membawa saja kertas itu dan membacanya di kelas ketika pelajarannya sudah selesai.

Benar saja, kelas selesai, Nuri segera membaca surat itu sampai akhir. air mata pun tak terasa menetes ketika Ia membaca surat itu. Citra tidak dengaja melewati kelas Nuri dan melihat anak itu mengusap air matanya.

"Nuri!" Panggil Citra dari luar kelas. gadis di dalam kelas yang masih membaca surat itu pun merasa namanya dipanggil, Ia menengok ke arah luar kelas, ternyata itu ialah Citra teman kostnya.

Nuri segera berlari ke arah Citra dan memeluknya.

"Citra, ternyata benar hiks.. Tania bukan manusia, dia hantu, hiks..hiks..hiks.." Citra membalas pelukan itu sejenak dan melepasnya.

"Apa kubilang? Kau yang tidak percaya, apakah dia meminta bantuanmu?" Nuri mengangguk.

"Dan kau mau membantunya?" Lagi-lagi Nuri mengangguk.

"Selama ini, memang belum ada yang mau membantu Tania karena dia menunjukkan wajahnya yang hancur itu dan kaki yang bersimbah darah. Semua orang takut, termasuk aku, hiks.." ucap Citra dengan air mata yang tak terasa ikut jatuh juga.

"Ayo bantu dia, Cit, aku ingin dia tenang di alam sana," balas Nuri.

"Ya, tapi masalahnya kita tidak tahu tempat tinggal si lelaki itu, Nuri,"

"Aku tahu, Tania memberitahuku lewat surat ini," Nuri menunjukkan surat yang dibacanya tadi.

‘Nuri, maaf. Setelah menunjukkan wujud asliku malah membuatmu pingsan, bahkan semua orang yang aku temui pun mengalami hal yang sama sepertimu. Maka dari itu, waktu bertemu denganmu aku mengubah tubuhku seperti layaknya aku ketika masih hidup. Tapi Nuri, kau memang harus mengetahui masalah ini. Dulu, aku berpacaran dengan seorang lelaki yang sangat aku cintai, namanya adalah Fauzan. Aku sering pulang malam dan kembali ke kost dalam keadaan capek karena menuruti Fauzan untuk jalan-jalan. Ketika mengantarku pulang, aku tidak tahu kalau Fauzan ternyata mengikutiku sampai ke kamar dengan alasan di luar masih hujan deras. Karena aku sudah sangat lelah, aku tidur, dan ternyata Fauzan melakukan sex padaku hingga aku hamil. Ketika aku tahu kalau aku hamil, aku mengundang Fauzan ke kamar dan bilang bahwa dia harus tanggung jawab. Tapi dia tidak mau dan memintaku untuk melakukan aborsi. Aku tidak mau, tapi dia memaksaku ke dukun bayi untuk melakukan aborsi. Sakit, sakit sekali rasanya perutku saat itu Nuri. Aku bahkan tidak yakim bahwa esok aku masih bisa membuka mata. Setelah berhasil membunuhku dan janinku, tepat pukul 00.00 alias Zero O’clock, Fauzan menguburku di tembok kamar kostku yang mana itu juga bisa terlihat dari depan kamarmu. Karena tertutup oleh semen dan cat, mayatku pun sama sekali tidak terlihat. Dan apa kau tahu setelah itu Nuri? Tubuhku ditemukan setelah 3 hari, karena waktu itu aku belum membayar kost, dan Ibu kost juga mencariku, tapi tidak menemukan keberadaanku, yang ada hanya kamar yang berantakan. Setelah membersihkan kamar itu, Ibu kost menyewakan kost itu ke orang lain. Nah pada saat itu aku meminta tolong kepada orang itu, eh tapi dia malah kabur dan tidak jadi ngekost di kamar itu, berkali-kali. Hingga Ibu kost mengajak seorang indigo untuk berkomunikasi denganku, tapi aku tidak mau keluar karena itu bukan pukul 00.00. Alhasil anak indigo itu hanya mengetahui tentang kejadian yang aku alami dan dia meminta Ibu kost untuk membongkar tembok itu, dan setelah tembok itu dibuka, mayatku sudah benar-benar membusuk. Ibu kost pun menghubungi orang tuaku saat itu, dan orang tuaku masih tidak percaya, mereka membawa tubuhku ke keluargaku. keluargaku memang sudah menguburkan tubuhku di tempat yang layak, tapi aku masih belum tenang jika orang yang telah membunuhku dan bayiku belum dipenjara. Lelaki itu tinggal di Jalan Jambu, Blok K, nomor 5. Tidak jauh dari kost kita kok. Kumohon, tolong aku, Nuri.'

Begitulah isi dari surat yang ditulis oleh Tania.

"Jalan Jambu Blok K?"

"Iya, Cit. Kau tahu?"

"Iya, disana memang tempatnya kost para cowok. Tapi masalahnya kita tidak punya bukti untuk mengangkat kasus ini kembali, Nuri,"

"Kita bisa meminta tolong Ibu kost, Citra."

***

Tanpa mengulur waktu, Nuri dan Citra segera menemui Ibu kost dan memintanya untuk mengupas tuntas mengenai kasus kematian Tania. Beruntungnya, Ibu kost mau untuk membantu mengusut tuntas masalah ini dan mulai memanggil polisi untuk menangkap lelaki bernama Fauzan yang tinggal di kost Jalan Jambu, Blok K, Nomor 5 itu.

"Hey, apa ini? Kenapa saya ditangkap?"

"Anda ditangkap atas tuduhan membunuh seorang wanita hamil bernama Tania dari kost Ibu Gea yang ada di Jalan Halmahera. Borgol tangannya!" Perintah satu polisi itu pada anak buahnya.

"Bu kost?" Jelas, Fauzan mengenal Ibu kost Tania karena dia sering datang bahkan hampir setiap hari mengunjungi kost Tania.

"Kenapa? Kau yang telah menyakiti salah satu anak kostku hingga meninggal kan? Inilah saatnya kau untuk mendapatkan hukuman dari semua perbuatanmu!" Fauzan menatapnya dengan marah dan tidak terima.

"Sial!"

Nuri dan Citra hanya terdiam dan menatap ke arah arwah Tania yang sudah ada di sana juga sambil tersenyum, melambaikan tangannya pada mereka berdua. Ia sudah merasa tenang jika semua kasusnya diusut tuntas.

Tamat

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
ZERO O'CLOCK
Nurul Adiyanti
Novel
DARAH DENDAM
Trajourney
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Hiroshima
Mizan Publishing
Flash
Buka Pintu
BANYU BIRU
Skrip Film
DERING KM 16
R Hani Nur'aeni
Novel
Bronze
PKL DI DESA GOSAN
Nunung Hartati
Novel
Bronze
Sixth Sense
Lucyana
Flash
Monster di Dalam Lemari
Nurai Husnayah
Cerpen
Bronze
Awal dari Akhir
Moment
Novel
Bulan Madu Pengantin
Rosi Ochiemuh
Novel
Bronze
Rahasia Kematian
Herman Sim
Komik
Antu Ayek
Mariel Botarino
Novel
Bronze
Dantie: Aborsi Berujung Maut
Nurul Adiyanti
Novel
Bronze
Badan Intelijen HANTU
Ainun
Novel
Gold
Fantasteen The Lagaziv School of Vathana
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
ZERO O'CLOCK
Nurul Adiyanti
Novel
Bronze
Dantie: Aborsi Berujung Maut
Nurul Adiyanti
Cerpen
Ketidakadilan Guru Mengaji
Nurul Adiyanti
Novel
Dilamar CEO Buta
Nurul Adiyanti
Novel
Bronze
Terjebak Cinta Seleb Basket
Nurul Adiyanti
Novel
Pacar Online 2021
Nurul Adiyanti
Novel
PERMAISURI PARK
Nurul Adiyanti
Cerpen
Antara Musik dan Adik
Nurul Adiyanti
Flash
Hampir Mati
Nurul Adiyanti
Skrip Film
Merindukanmu dalam Wajah Anakku
Nurul Adiyanti