Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku selalu penasaran denganmu. Entah kenapa sikapmu membuatku ingin tahu. Aku ga habis pikir begitu tidak percayanya kamu dengan cinta. Bahkan kamu akan marah saat ada tugas bahasa Indonesia yang mengharuskan membuat puisi tentang cinta pada orang tua.
Aneh tahu ga ?. Apa mungkin kamu tidak punya rasa cinta pada orang tua ?. Apa hatimu benar-benar dingin ?. Untuk pertama kalinya aku melihat kamu datang ke perpustakaan.
Kamu berada di antara rak buku bahasa Indonesia waktu itu. Aku sudah mengira kamu akan mengerjakan tugas puisi ini.
Aku mencoba menghampiri dan bertanya "Mau cari buku tentang puisi kan ?"
"Iya, ada di rak sebelah mana, aku tidak berhasil menemukannya"
"Aku akan bantu mencari"
Aku hanya butuh 15 menit untuk menemukan buku tentang puisi ini.
"Ini bukunya, benar ini kan ?"
"Wah, terima kasih Zahra, oh ya aku mau minta tolong lagi boleh ?"
"Minta tolong apa ?. Bantuin buat puisi ya ? Lebih baik kita cari tempat duduk dulu. Ga mungkin berdiri disini kan ?"
Aku langsung menuju tempat duduk kesukaanku. Tempat duduk yang menurutku paling nyaman berada di pojok sendiri dekat jendela. Entah kenapa selalu nyaman duduk disana, tidak ada yang mengganggu saat aku membaca dan saat mengobrol pun rasanya tidak akan mengganggu siswa yang lainnya.
"Kenapa duduk disini ?. Sudah biasa duduk disini ya ?"
"Iya benar banget, aku suka duduk disini, tempatnya nyaman dekat jendela jadi kalau baca lebih nyaman dan kalau ngobrol pun ga akan mengganggu teman yang lainnya kan ?"
"Oh gitu, kamu kok bisa tahu aku mau minta tolong buatkan puisi"
"Iya aku hanya nebak saja tadi, aku ingat kemarin sebelum pulang sekolah kamu marah kan dapat tugas puisi ini, hingga berdebat sama Fikri hanya karena dia ga mau bantu kamu. Aku ga mau sampai bertengkar juga. Beneran ga bisa buat puisi ?"
"Iya aku ga bisa buat puisi tentang cinta pada orang tua. Aku ga mau ingat orang tua ku lagi. Bagiku orang tuaku tidak peduli kepadaku, mereka terlalu sibuk dengan kerjanya mereka. Tidak ada pembicaraan di rumah, rasanya rumah sepi meskipun ada penghuninya, apa itu disebut cinta saat rumah rasanya kosong tanpa ada sapa. Dan sekarang aku harus buat puisi tentang cinta pada orang tua sedangkan aku tidak percaya tentang cinta. Ayah tidak bisa menghormati ibu sebagai istrinya. Hanya ada kebohongan tanpa ada cinta. Aku baru mengerti itu semua beberapa hari yang lalu. Hatiku sakit, Zahra. Apa kamu mau membantuku buat puisi ?"
"Aku ikut sedih mendengarnya tapi kamu harus bisa berusaha memaafkan ayah. Mendoakan juga. Sejahatnya seorang ayah tetap saja itu ayah kamu. Aku akan bantu kamu. Tapi, beneran kamu tidak percaya apa itu cinta ?"
"Aku butuh waktu untuk bisa memaafkan ayahku. Aku dulu percaya dengan cinta, bahkan aku juga dari dulu hingga sekarang sedang menyukai seorang perempuan di kelas kita. Tapi, aku tidak tahu apa itu rasa cinta. Aku suka karena prinsip nya dia menjaga diri dan karena kebaikan hatinya "
"Kenapa tidak coba buat puisi dengan cara pikirkan perempuan yang kamu suka. Sebuah puisi akan dimengerti artinya saat yang menulis puisi itu menggunakan perasaannya dari dalam hati. Itu artinya sekarang kamu sedang jatuh cinta , hanya saja kamu sedang marah dengan sikap ayah kamu, jadinya kamu menganggap tidak percaya cinta. Padahal kamu ada perasaan cinta dengan seorang perempuan. Jika kamu bisa mencintai seseorang perempuan itu, kenapa kamu tidak bisa memaafkan ayah kamu ?. Aku ingin kamu coba dulu buat puisinya dalam waktu 3 hari ini. Zayn pasti bisa kalau mau usaha buat puisinya. Jangan ada kemarahan saat kamu buat puisi itu"
Aku mencoba meyakinkan Zayn agar tidak menyerah hanya karena tidak bisa membuat puisi.
Aku melanjutkan bicaraku
"Zayn, cinta kamu pada seorang perempuan itu saja masih kamu rasakan sampai sekarang tapi apakah perempuan itu tahu perasaan kamu kepadanya. Zayn, cinta pada orang tua bisa dirasakan setiap hari. Kamu tahu kan orang tua ga mungkin membenci anaknya. Kenapa kamu sekarang mencintai seorang perempuan yang belum pasti menerima cinta kamu dan belum tentu juga jadi jodoh kamu. Sedangkan orang tua sudah pasti menyayangi anaknya. Zayn, kamu bisa mempersatukan orang tua kamu dengan cara mengajak jalan-jalan dan makan bersama di luar. Kamu yang bisa mencairkan suasana itu. Kamu yang harus bisa mengajak ngobrol orang tua terlebih dahulu. Sesibuknya orang tua, pasti mereka tetap memperhatikan kamu. Mungkin belum ada waktu saja buat bicara sama kamu. Zayn, selalu berpikiran positif terhadap orang tua. Mereka bekerja juga untuk membiayai sekolahnya Zayn. Zayn, harus turunkan ego, jangan marah lagi. Aku kembali ke kelas dulu ya, aku tunggu 3 hari, jika memang kamu ga bisa buat puisi, baru akan aku bantu buat puisinya"
Zayn menatapku dari kejauhan, lalu dia memanggilku
"Zahra, tunggu!"
"Ada apa Zayn ?"
"Aku akan mencoba buat puisi itu. Terima kasih untuk sarannya dan aku jadi paham apa maksud kamu tadi tentang cinta. Rasanya sekarang waktu juga tidak bisa diprediksi kan saat orang sedang jatuh cinta, termasuk aku juga. Kamu benar pada akhirnya aku bisa saja jatuh cinta dan rasanya aku juga sudah menemukan perempuan yang tepat. Aku akan berusaha menurunkan egoku. Rasanya malu pada perempuan yang aku cintai jika masih ada rasa marah dalam hati. Aku akan berusaha memaafkan ayahku. Terima kasih Zahra"
"Iya sama-sama Zayn. Aku doakan semoga hubungan Zayn dan ayah semakin baik dan semoga perempuan yang Zayn cintai perasaanya bisa dijaga sama Allah, hingga Zayn bisa menikahi dia. Saranku lagi jangan pacari perempuan itu ya, kalau memang kalian saling mencintai pasti sudah tahu kan harus saling menjaga hingga dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Sekarang fokus belajar dulu saja Zayn. Kalau boleh tahu siapa nama perempuan itu ?"
"Iya pasti Zahra, sebuah rasa harus dijaga hingga waktu tepat itu tiba. Aku tidak mungkin mengajak dia ke arah yang buruk. Pastinya aku akan menjaga hatiku hingga aku siap menikahinya. Terima kasih Zahra, sudah mendengarkan ceritaku dan memberi saran kepadaku. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu, Zahra. Nanti kamu akan tahu sendiri siapa namanya saat sudah tepat"
"Terima kasih juga untuk doanya Zayn. Aku ke kelas dulu ya "
Aku berjalan menjauhi Zayn, aku beranjak ke kelas tanpa sepatah kata pun. Aku senang Zayn sudah berusaha tidak akan marah lagi.
Zayn, laki-laki yang membuatku penasaran tentang sikapnya.
Zayn, laki-laki yang aku kagumi secara diam-diam.
Zayn, laki-laki yang mengajariku tentang rasanya ikhlas saat aku mengetahui dia mencintai seorang perempuan yang juga temanku di kelas dan aku tidak tahu siapa namanya.
Aku merasakan pastinya perempuan itu bukan aku. Tanpa sengaja aku menangis saat sudah sampai di kelas. Rasa kagum bisa saja berubah jadi cinta, tapi pada akhirnya rasa kagum itu tidak akan bertahan lama. Iya, aku akan mengikhlaskan perasaan kagumku ini, tidak akan merubahnya menjadi cinta.
Jika memang Zayn bukan orang yang aku cari selama ini, maka tidak pantas aku terus-terusan menggaguminya. Bel berbunyi yang menandakan jam terakhir akan segera dimulai.
Aku melihat Zayn masuk ke kelas dengan senyum. Untuk pertama kalinya aku melihat senyum itu. Zayn bukan pribadi yang mudah tersenyum.
Zayn, tersenyum ke arahku dan aku membalas senyumnya. Aku tidak akan goyah dengan senyum itu. Aku akan jadi temannya Zayn. Rasa kagum itu akan hilang dengan sendirinya.
Zayn dan Zahra hanya sebagai teman. Terima kasih Zayn sudah mau menerima saranku. Semoga seterusnya seperti ini tidak akan ada marah lagi di hatimu dan senyum itu semoga tetap menghiasi bibir itu.