Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Dengar, Zack, kau boleh memilih siapapun, kecuali Gal." Ujar Mark, menatap lekat-lekat laki-laki di depannya sambil memberikan penekanan pada kata 'siapapun'.
"Kenapa? Karena kau menyukainya?" Tanya Zack menyeringai sambil mengingat-ingat, perempuan mana yang bernama Gal itu.
Dia baru saja meminta pendapat Mark tentang siapa orang yang sebaiknya didekati di kantor mereka jika dia ingin menikah dalam waktu dekat. Aneh memang, normalnya, rasa suka muncul duluan, baru kemudian keinginan untuk menikahi orang yang disukai. Masalahnya, dia tidak punya perasaan kepada siapapun saat ini. Sementara ibunya, Rene, sudah mendesaknya untuk menikah. Tak terhitung berapa kali dia berusaha menjodohkan Zack dengan anak kenalannya. Namun, tidak ada yang membuatnya merasa menginginkan pernikahan. Sebenarnya, begitu juga dengan perempuan-perempuan di kantornya. Tapi, sepertinya, itu lebih karena dia tidak terlalu mengenal mereka. Oleh sebab itulah, dia meminta pendapat dari sobat karibnya ini.
"Tidak, bukan itu. Kau belum dengar kabarnya, ya?" Tanya Mark, tetap menunjukkan wajah serius. Kabar apa?
"Ah, nanti kuceritakan." Jawabnya sambil melirik ketua tim yang mulai memperhatikan mereka. Baiklah, Zack kembali melihat desain spanduk aksi bela Palestina di komputernya. Tapi dengan tidak menjanjikan waktu pasti, Zack curiga Mark akan melupakan perkataannya itu. Benar saja, seminggu kemudian, cerita itu masih terkunci rapat di mulutnya. Yah, sebagian karena banyaknya deadline tugas yang harus mereka selesaikan. Zack pun menunda misi pencarian jodoh itu sementara. Setidaknya sampai hari itu.
"Oh, hei, apa kau bekerja disini? Bisa bantu aku membawa ini?" Tanya seorang wanita ketika Zack sa...