Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Yang Baju Merah Jangan Sampai Lepas
1
Suka
1,031
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator


Nama desa kecil itu, adalah desa Ceria. Sebuah desa dimana keceriaan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. 

Desa yang dikelilingi dengan alam yang indah, dimana terdapat sungai kecil yang mengalir di tengah-tengahnya. Setiap sore, anak-anak kecil bermain membuat rakit-rakit lucu dari kayu dan daun di pinggir sungai. 

Para penduduk yang ramah dan penuh semangat, saling menyapa dengan senyum lebar dan canda. 

Terdapat pula sebuah pasar dimana penjual dan pembeli sering terlibat dalam berbagai obrolan jenaka, bahwa sayur-sayuran mempunyai kehidupan sendiri. 

Bermacam acara dan kegiatan lucu sering diadakan disana, seperti lomba kostum hewan peliharaan, pertunjukan komedi penduduk lokal, atau lomba meniru suara binatang. 

Begitu juga sering terjadi berbagai hal aneh namun menggelikan di desa Ceria, misalnya ayam yang tiba-tiba berkokok dengan nada lagu pop, atau kucing yang selalu mencuri sandal warga, dan menumpuknya di satu tempat sehingga menciptakan tumpukan sandal misterius.

***

Joni, salah seorang warga di desa Ceria, adalah seorang pemuda yang dikenal sebagai pemuda paling ceroboh. Ia selalu saja menjadi pusat perhatian, karena ulahnya yang seringkali tidak disengaja tapi sangat mengundang tawa. 

***

Suatu hari, desa kecil tersebut mengadakan lomba lari keliling desa untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Semua warga desa sangat antusias, terutama Joni yang ingin membuktikan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu dengan benar. 

Kali ini, ia mempersiapkan diri dengan sangat serius. Ia memakai baju merah kesayangannya, yang dianggapnya sebagai jimat keberuntungan.

"Aku akan menang, Bu!" Kata Joni kepada ibunya yang hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. 

"Ingat, Joni, yang baju merah jangan sampai lepas," pesan ibunya.

Sementara itu, di ujung desa yang lain, seorang gadis bernama Siti juga bersiap untuk ikut lomba lari tersebut. 

Siti, adalah gadis yang manis dan pintar, selalu mengerjakan segala sesuatunya dengan sempurna. Ia juga mengenakan baju merah, tapi bukan karena jimat, melainkan karena merah, adalah warna favoritnya.

***

Ketika lomba dimulai, Joni langsung melesat dengan kecepatan yang tidak pernah diduga oleh siapapun, termasuk dirinya sendiri. 

Di tengah lari, Joni tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Benar saja, tali sepatunya terlepas. Dengan gerakan cepat, ia mencoba mengikat kembali tali sepatu itu tanpa berhenti berlari. Hasilnya? Ia malah tersandung dan jatuh terguling di tanah.

Melihat kejadian itu, semua warga desa tertawa terbahak-bahak. Tapi Siti, yang melihat dari kejauhan, merasa kasihan dan berhenti untuk menolong Joni. 

"Kamu baik-baik saja?" Tanyanya sambil menahan tawa.

Joni, dengan pipi yang merah karena malu, bangkit dan tersenyum. "Baik, yang penting baju merah jangan sampai lepas," jawabnya sambil mencoba terlihat tenang.

Mereka berdua lalu melanjutkan lomba bersama-sama, berlari berdampingan. 

Joni merasa sedikit gugup berada di dekat Siti, tapi juga merasa beruntung. Dalam kegugupannya, ia tidak menyadari bahwa jalannya sedikit menanjak. Ia terpeleset dan tersungkur lagi, kali ini tepat di depan warung Bu Ani.

"Kamu ini, Joni, hati-hati dong," kata Siti sambil membantu Joni bangkit lagi.

"Maaf, aku terlalu bersemangat," jawab Joni sambil tersenyum malu.

Akhirnya, dengan muka penuh debu dan rambut yang acak-acakan, Joni dan Siti berhasil mencapai garis finish bersama-sama, meskipun di posisi terakhir. 

Semua warga desa bersorak gembira, lalu mengangkat Joni dan Siti sebagai pasangan hari itu, karena mereka melihat kekompakan dan keromantisan Joni dan Siti yang tidak disengaja.

***

Setelah lomba selesai, Joni dan Siti duduk kelelahan di bawah pohon sambil minum air kelapa yang diberikan Bu Ani. Teman-teman mereka berkumpul mengelilingi mereka, masih tertawa-tawa mengingat aksi Joni selama lomba.

"Joni, kamu memang tidak menang, tapi kami semua tahu satu hal," kata Budi, sahabatnya.

"Apa itu?" 

"Yang baju merah jangan sampai lepas!" 

Budi kemudian tertawa diikuti oleh semua teman-temannya.

Sementara Joni tersenyum lebar, merasa bangga karena untuk sekali ini ia berhasil mengikuti nasihat ibunya dengan sempurna. 

Siti pun tertawa dan berkata, "Ya, Joni, baju merahmu tetap utuh."

Joni merasa hatinya berbunga-bunga, "Terima kasih ya, kalau bukan karena kamu, mungkin aku tidak akan bisa menyelesaikan lomba ini."

Siti tersenyum lembut, "Sama-sama, yang penting kita bersenang-senang, kan?"

***

Hari-hari setelah lomba itu, Joni dan Siti menjadi semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik di ladang, di warung Bu Ani, atau sekadar berjalan-jalan keliling desa. Penduduk desa yang sebelumnya hanya mengenal Joni sebagai pemuda ceroboh kini melihat sisi lain darinya, sisi yang penuh tekad dan kebaikan.

***

Suatu sore, saat mereka duduk di tepi sungai yang mengalir di pinggiran desa, Joni memandangi air yang mengalir sambil merenung. 

"Siti, terima kasih ya, sudah membantuku waktu itu. Aku merasa hidupku jadi lebih berarti sekarang," kata Joni dengan suara pelan.

Siti tersenyum dan menatap Joni, "Sama-sama, Joni. Aku senang kok bisa membantu. Kita semua punya kekurangan, tapi kita juga punya kelebihan yang mungkin kita sendiri belum menyadarinya."

Joni terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Siti, "Iya, kamu benar. Aku mungkin ceroboh, tapi aku akan berusaha lebih baik lagi. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa diandalkan."

***

Seiring berjalannya waktu, Joni dan Siti menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Mereka selalu terlihat bersama, saling mendukung dalam berbagai kegiatan desa. Joni bahkan mulai belajar banyak dari Siti tentang cara bercocok tanam yang lebih baik dan cara mengelola warung dengan lebih efisien. Begitu pula sebaliknya, Siti belajar dari Joni tentang keberanian dan tekad yang kuat.

***

Suatu hari, desa Ceria kembali mengadakan acara besar untuk merayakan musim panen. Kali ini, mereka mengadakan lomba memasak, dan Joni bertekad untuk ikut serta. Meski dikenal ceroboh, Joni ingin menunjukkan bahwa ia bisa melakukan sesuatu dengan benar, apalagi dengan dukungan Siti.

"Joni, kali ini kita harus menang. Aku yakin kamu bisa," kata Siti memberi semangat.

Joni mengangguk penuh semangat, "Aku akan berusaha sebaik mungkin, Siti."

***

Saat hari lomba tiba, Joni memasak dengan penuh perhatian. Dengan bantuan dan bimbingan dari Siti, ia berhasil membuat hidangan yang lezat dan mendapatkan pujian dari para juri. Meski tidak menjadi juara pertama, mereka meraih juara kedua, dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Joni sangat bangga.

***

Ketika malam tiba dan perayaan selesai, Joni dan Siti duduk di bawah langit malam yang cerah, menatap bintang-bintang yang bersinar. Joni merasa bahwa hidupnya telah berubah banyak sejak hari lomba lari beberapa waktu yang lalu.

"Siti, aku ingin mengucapkan sesuatu," kata Joni sambil menatap mata Siti.

Siti menoleh, merasa sedikit gugup namun penasaran, "Apa itu, Joni?"

"Dulu ibuku bilang, yang baju merah jangan sampai lepas. Sekarang aku mengerti maksudnya. Baju merah itu simbol tekad dan keberanian. Tapi sekarang, bagiku, baju merah itu juga simbol persahabatan dan cinta. Aku ingin selalu berada di sisimu, apakah kamu mau terus bersamaku?" Tanya Joni dengan suara lembut.

Siti tersenyum, matanya berkaca-kaca, "Ya, aku juga ingin selalu bersamamu. Bersama kita bisa menghadapi apapun."

Lalu di bawah langit malam yang cerah, Joni dan Siti berjanji untuk selalu saling mendukung dan mencintai. 

Baju merah mungkin bisa pudar warnanya seiring bergulirnya waktu, tapi cinta dan persahabatan mereka akan selalu tetap utuh dan kuat, sederhana namun indah. 

**Tamat**

Moral of The Story: Bahkan dalam saat-saat kegagalan dan kecerobohan, persahabatan dan cinta sejati dapat mengungkapkan kekuatan tersembunyi seseorang dan mendorong pertumbuhan pribadi. Dukungan dan pengertian dari orang lain dapat mengubah tantangan menjadi pengalaman yang bermakna, membangun hubungan yang dalam, dan memunculkan sisi terbaik dari setiap individu.


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
Yang Baju Merah Jangan Sampai Lepas
Shinta Larasati
Novel
My Secret Boyfriend
NyonyahCullen
Cerpen
Bronze
Sebelum Kamu Pergi
Faizah Salsabila
Cerpen
Yang Mengutuk Diri Kita
Fazil Abdullah
Novel
Bronze
Arumi Aerum Kim & Friends
Princessdkk
Flash
Bronze
Pangeran di Halte Tua
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Salah Tingkah
Alhuyaz
Novel
RTP (Return to Player) là tỷ lệ xuất chi được tính từ số tiền đặt cược vào trò chơi. RTP càng cao, cơ hội chiến thắng trò chơi của bạn càng cao.
ASIA99GACOR
Novel
Bronze
Besanku Cantik Sekali
Deche
Novel
Bronze
Surau Tuo
Harli Handa Hidayat
Flash
Bronze
Sayang, Kamu Tidak
Farida Zulkaidah Pane
Novel
Cinta di Langit Istanbul
nayla shafiyah
Novel
Ustadzku Jodoh Terbaikku
shefia decha madhani
Novel
Bronze
Delha & Anggara
Edelshia Sallipadang
Novel
SHE
Siti Fatimah
Rekomendasi
Cerpen
Yang Baju Merah Jangan Sampai Lepas
Shinta Larasati
Novel
Warisan Perempuan Terbuang
Shinta Larasati
Cerpen
Diam Diam Protes
Shinta Larasati
Cerpen
Antahsvara
Shinta Larasati
Novel
Bukan Lelaki Arimbi
Shinta Larasati
Cerpen
Menari Bersama Semesta
Shinta Larasati
Cerpen
Bronze
Bu Surti: Musuh Desa
Shinta Larasati
Flash
Hilang Di Antara Jejak
Shinta Larasati
Cerpen
Laboratorium Transmisi Mental
Shinta Larasati
Cerpen
Bronze
Kafe Bunga Jam 8 Malam
Shinta Larasati
Cerpen
Ulang Lahir
Shinta Larasati
Cerpen
30 Hari Menuju Cinta
Shinta Larasati
Cerpen
Persahabatan Antar Planet
Shinta Larasati
Cerpen
Gema Dua Jiwa
Shinta Larasati
Cerpen
Sepatuku Bukan Sepatumu, Sepatumu Bukan Sepatuku
Shinta Larasati