Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
WITNESS
21
Suka
1,407
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku terbangun karena rasa dingin dan basah yang tak nyaman di kulit. Seketika aku merasakan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuh dengan keadaan tangan dan kaki terikat. Sepertinya ada tulangku yang patah —kaki kiriku. Saat aku mencoba menggerakkannya, rasanya luar biasa sakit. Tidak hanya itu, di bagian tubuh yang lain juga terasa perih dan nyeri. Bahkan kepalaku ikut berdenyut hebat. Aku bisa merasakan ada luka terbuka di pelipis dengan darah yang masih mengalir.

Kupandang sekeliling, tapi hanya gelap yang ada. Meski mataku membelalak lebar, melotot, sampai bola mata ini ingin melepaskan diri dari rongganya, tidak terlihat apa pun. Di sini sangat gelap. Pekat. Seolah kegelapan menelan semua cahaya di dunia dan hanya menyisakan satu warna kelam tak bertepi.

Belum sempat aku memikirkan hal lainnya, samar-samar terdengar suara dari luar. Makin lama makin jelas. Suara langkah seseorang dan benda berat yang diseret di lantai.

Ingin rasanya aku menjerit keras meminta tolong, namun mulutku tersumpal kain dan yang terdengar hanya gumaman samar tak berdaya. Usahaku menjerit mendadak terhenti ketika aku dengar suara langkah itu tertutupi derit pintu yang di buka. Aku tidak tahu, sebelah mana pintu itu berada.

"Ah, kamu sudah terbangun rupanya."

Aku dengar suara berat nan parau dari seorang laki-laki. Aku yakin dia laki-laki.

"Aku membawa teman untukmu," imbuhnya, diikuti cekikik tawa yang aneh. Lalu aku dengar benda berat yang dibawanya, diletakkan di sebelah kananku.

Aku tidak bisa melihat, tapi aku merasa yakin ada orang yang senasib denganku.

Mataku reflek dengan kilauan cahaya lampu yg tiba-tiba dihidupkan. Semua kini tampak jelas. Suasana kamar yang sempit, kotor dan tanpa ada satu pun jendela. Seorang perempuan dengan wajah kotor penuh luka lebam yang pakaiannya lusuh penuh cipratan darah sudah ada di dekatku. Dia tampak tak sadarkan diri. Aku menatap lelaki itu dengan tatapan tajam penuh dendam. Banyak rencana dan segala strategi yang sudah kupikirkan agar secepatnya bisa lepas dari semua kengerian ini.

"Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Tapi, aku ingatkan. Jangan pernah mencoba-coba untuk melakukannya," ancam laki-laki itu sambil berjalan mendekat ke arahku untuk membuka kain yang menyumpal di mulut, kemudian berjalan mendekat ke arah sosok perempuan di sebelahku. 

"Apa kamu mengenalnya?" Lanjutnya, memaksaku untuk menoleh ke kanan.

"Ya," jawabanku singkat.

Satu ucapannya itu seketika membuatku memicingkan kedua mata dan mulai memindai sosok perempuan itu. Dari ujung sepatu hingga kepala.

"A-Anissa!" pekikku, karena sangat mengenal perempuan tersebut .

"Ya, kamu benar. Benar sekali. Pasti kamu menyadari hal itu dari anting-antingnya. Bukankah begitu?"

Aku hanya terdiam. Annisa dengan wajah pucatnya balas menatapku. Namun, berbeda dengan mataku yang terbelalak. Dia malah menyuguh sebuah senyum aneh. Ah, bukan aneh. Lebih tepatnya, mengerikan! Seakan dari senyum dan matanya yang sayu, ia mampu menelanjangi dan merogoh ke kedalaman dadaku.

"Apa kamu sudah puas?" katanya. Masih dengan senyum itu. Bahkan kali ini ada kilat lain di mata sayunya.

"Apa ...?" Dalam hati yang tersentak, ada pula sebuah ingatan yang turut menghentak.

Sosok berbaju gombrang hitam dengan wajah yang sengaja ditutup kain serta caping lebar itu terkekeh.

"Kau harus merasakan apa-apa yang telah kau lakukan!" ujarnya penuh penekanan.

"Menghancurkan impian seseorang!" lanjutnya dengan sorot mata yang menghunus. Aku pun tertegun mendengar kalimat-kalimatnya.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Di sisi lain, aku teringat ketika SMA dulu aku bersama dua orang temanku pernah berbuat kesalahan. Dahulu ada teman sekelas kami, yaitu Siska yang sok cantik, sombong, dan sering berbuat semena-mena terhadap kami dan siswa lainnya. Oleh karena itu, aku bersama dua temanku memberi pelajaran dengan mengurungnya di gudang sekolah. Setelah itu, kami meninggalkannya begitu saja.

"Apakah yang ia maksud adalah Siska? Tapi apa hubungannya dengan sosok berbaju gombrang hitam ini?" Aku terus bertanya sambil melihat perempuan yang tak berdaya itu.

Benakku pun kembali ke masa bertahun silam. Masa ketika aku duduk di bangku SMA. Menjadi siswa sekolah favorit nan elit yang tes masuknya sulit, jelas merupakan sebuah kebanggaan untukku. Hingga suatu ketika muncul seorang murid baru di tingkat akhir, dan aku pikir sekolah sudah berbuat tidak adil kepada kami yang berhasil masuk dengan jujur. Aku yakin seyakin-yakinnya kalau Siska masuk karena orang tuanya menyogok kepala sekolah. Faktanya, ia bahkan membuat rata-rata satu sekolah anjlok. Wajar, kan, jika kami kemudian memutuskan untuk memberinya sedikit "pelajaran"? Namun ... benarkah ada hubungannya dengan itu? Bahkan sampai detik ini pun tidak ada yang tahu kalau kami pelakunya. Kalau kami waktu itu ketahuan, harusnya kami dikeluarkan dari sekolah.

Atau jangan-jangan ada yang diam-diam melihat aksi kami? Tapi siapa? Pacar Siska kah? Rasanya tak mungkin. Kepalaku kian berdenyut sebab ku paksa mencari sebuah kejadian yang mungkin aku lupakan beberapa tahun lalu. Namun hingga kepalaku kian sakit, tak kujumpai dalam serpihan memori.

Aku duduk di sudut ruangan sambil memeluk lutut, memandang ngeri pada Annisa yang tak henti merapal mantra, "kun rubbuna nuril jakim."

Suaranya parau, disertai rintihan yang menyayat.

Sosok tersebut kemudian pergi dan menutup kembali pintu ruangan. Suasana gelap sempurna kembali memelukku. Namun tak lama kemudian, perlahan-lahan aku melihat sedikit cahaya masuk melalui lubang udara. Aku melihat mata dan bibir Annisa mengalir darah segar. Senyum Annisa semakin mengerikan. Bola matanya lepas dari rongga, menggelinding jatuh tepat diujung kakiku.

Aku menangis, menjerit ketakutan, ingin berlari, tapi kaki tak bisa digerakan.

Mataku berputar-putar mencari jalan keluar, tapi aku tak menemukan pintu.

Pasrah. Itu yang akhirnya kulakukan.

Belum hilang ketakutanku, sosok misterius berpakaian gombrang berwarna hitam itu datang lagi. Langkah kakinya yang ditarik terasa berat, seirama dengan mantra yang dirapal oleh Annisa. Pintu terbuka, dia masuk, mulutnya mengikuti rapalan mantra Annisa. Tangan kirinya menarik tubuh Annisa dengan rantai besi, dan tangan kanannya memeluk bola mata sebesar bola basket. Dia melemparkan sosok perempuan yang kedua tangannya diikat oleh rantai besi itu, kemudian menimang-nimang bola mata, selayak menimang seorang bayi. Dia menyenandungkan syair yang sangat indah sekali. Saking indahnya syair itu, Annisa pun terdiam, lalu bergerak gemulai seolah menari mengikuti irama lagu yang ia nyanyikan.

Namun, sikap sosok misterius itu makin aneh. Tatapannya penuh amarah dan mulutnya melempar caci maki. Dia membanting bola mata raksasa itu, dan pecah mengeluarkan ratusan bola mata yang lain. Tangannya menunjuk ke arahku, lalu bola mata itu menggelinding menyerbu dan mengepungku.

Aku pikir itu adalah kejadian dari orang yang senasib denganku. Namun ternyata tidak.

Kejadian ini terus terjadi secara berulang-ulang. Bisa ribuan, bahkan jutaan kali. Entah, sampai kapan semua ini akan berakhir? Aku yang melihat sekaligus juga merasakan. Aku yang terbangun dan terikat di ruangan gelap dengan terluka parah dan mulut yang tersumpal kain. Aku yang kedatangan sosok berbusana gombrang hitam dengan membawa serta tubuhku yang sudah tak berdaya. Aku yang tersenyum ketika hendak merapalkan mantra. Aku yang mengingat jelas akan perbuatan dosa yang kulakukan di masa lalu. Aku yang berada di sebuah dimensi yang ada di dalam ruangan, disiksa oleh sosok berbusana gombrang hitam.

Setiap detik, menit, jam, hari, serta tahun-tahun yang kulewati, tak lebih dari melihat dan merasakan peristiwa ini secara berulang-ulang.

Entah sampai kapan?

*****

Catatan :

Cerita ini dibuat oleh 11 orang yang namanya tertera di cover dengan cara menyambungkan cerita dari pertama hingga akhir, serta sesuai dengan urutannya. Terima kasih pada mereka yang tergabung dalam Komunitas Warkop Kwikkita.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
The best, malam-malam baca ini, merinding juga
Ampun dah Mba Jago dan Bang Jago, top markotop, the best dah🥳🎉
Baaaaaa .... Tunggu selanjutnya ya ....
Kolaborasi cerpen nih topiknya ya😊 keereennnn bingit..masya Allah 😍 hasilnya ngeri2 sedap, cerpen di atas kah 👆 witnes
congrats kakak-kakak yang keren bingitttts! ~
Padahal tadinya bingung ini arahnya ke mana. 😆 Yang pertama nulis apaan. Yang lanjutin lain lagi. Perkiraan arahnya ke mana, nggak tahunya malah ke mana. 🤭 Eh, kok, ya bisa-bisanya jadi satu cerpen utuh. 🥳
Just want say Amazing. 😍
kaget😭waktu bola mata lepas dan menggelinding. Overall Keren keren keren👍
Kereeeenn
Yuhuuu ... Challange pertama berhasil. Nggak nyangka banget ya, bisa ciamik gini jadinya 😍😍
Jadi ketagihan 😅
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
WITNESS
Rudie Chakil
Novel
Bronze
Ny. Prasangka
IyoniAe
Novel
Alif Lam Mim
Zainur Rifky
Cerpen
Bronze
Saya Adalah
Aneidda
Novel
Bronze
Hero or Zero
Aylanna N. Arcelia
Cerpen
LOCK IT DOWN
Rama Sudeta A
Cerpen
The Writer
Rama Sudeta A
Novel
Pembalasan Dendam
Athea Magnolia
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Novel
Superpower - Your Life Is The Price
Alexander Blue
Novel
Bronze
Ilmu Warisan Leluhur
Jasmine23Pramestia
Novel
Bronze
Demi Untuk Hidup Abadi
Rafiasamarahmad
Novel
Gold
Sherlock Holmes: Locked Rooms
Mizan Publishing
Flash
Bronze
MISTERI TAS HITAM
Citra Rahayu Bening
Novel
JALAINI: Sumur-Sumur Mutilasi Berantai
Ikhsannu Hakim
Rekomendasi
Cerpen
WITNESS
Rudie Chakil
Flash
JIWA MERAH PUTIH
Rudie Chakil
Novel
ADELINA
Rudie Chakil
Novel
SECRET CAVE
Rudie Chakil
Novel
BUKAN KISAH SINETRON
Rudie Chakil
Novel
EVIL GREEN
Rudie Chakil
Flash
MAMA MUDA
Rudie Chakil
Novel
ARADHEA
Rudie Chakil
Novel
Treasure of Nusantara
Rudie Chakil
Flash
MYDIARY
Rudie Chakil
Flash
QARIN
Rudie Chakil
Skrip Film
Mama Muda Janda Kaya
Rudie Chakil
Flash
JANDA KAYA
Rudie Chakil