Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
WARNA PELANGI
6
Suka
1,506
Dibaca

Aksara adalah anak tunanetra sejak lahir. Sebagaimana anak yang lain seharusnya hidupnya penuh dengan warna, tetapi sayang Aksara bahkan tidak mengetahui apa itu warna. Namun, perkenalannya dengan Pelangi, seorang gadis cantik yang baik hati, mengubah jalan hidupnya. Meskipun Aksara tidak bisa melihat kecantikan fisik Pelangi, tetapi dia bisa merasakannya dengan hati.

Pagi ini, rambut Aksara disisir seperti biasa oleh Ibu. Rambut hitam panjangnya tergerai indah. Ditambah senyuman di bibirnya, Aksara terlihat begitu cantik. Hal itu membuat Ibu jadi ikutan tersenyum menatap putri kesayangannya tersebut.

“Bu, aku selalu diejek oleh teman-teman. Apakah aku ini jelek, Bu?” tanya Aksara seraya menunduk. Wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat dalam sekejap. Ibu langsung menelan ludah. Kaget.

“Kamu ini anak yang cantik, Ra. Bahkan kamu ini sangat cantik. Kamu bisa menjadi primadona di sekolah. Bisa saja sangat terkenal, famous,” jawab Ibu lembut seraya memeluk Aksara.

Namun, Aksara menganggap perkataan Ibu itu hanya untuk menyenangkannya saja, bukan yang sebenarnya, Ibu bilang begitu kan karena aku putri Ibu. Pasti hanya ingin menyenangkan aku saja, bisik Aksara dalam hati. Tak lama kemudian, waktu sarapan tiba membuat Aksara kembali tersadar dan mengalihkan pikiran buruknya untuk sesaat.

 

***

 

“Pagi, Ra!” seru Pelangi riang.

“Pagi juga, Pelangi!” seru Aksara dengan riang sambil berjalan ke arah Pelangi.

“WAH! WAH! Indra pendengaranmu berkembang pesat, ya! Ayo, sini, Ra!” Pelangi kegirangan sambil mengetak-ngetakkan kakinya ke tanah. Membantu Aksara menyusuri jalan lewat suara.

Aksara dan Pelangi tertawa riang di kelas. Hari ini mereka sangat bahagia. Entah kenapa hati kedua anak itu cerah tak terkira, padahal cuaca di luar sedang mendung.

Bagi Aksara, Pelangi bukan hanya sahabat, tetapi juga kebanggaan. Selain Pelangi adalah satu-satunya teman yang Aksara punya, Pelangi juga adalah anak yang populer di sekolah. Seorang primadona dan famous, sebuah kedudukan yang diinginkan semua anak perempuan di sekolah itu. Walaupun tentu saja, Aksara hanya mendengarnya lewat suara di sekitar.

Aksara yakin sekali kalau Pelangi itu adalah malaikat yang dihadirkan dalam hidupnya. Selain dia dan Ibu, tidak ada yang mau berteman dengan Aksara. Beberapa bahkan sering mengejek Aksara karena dia seorang tunanetra.

 

***

 

“HEH BUTA!” seru Faniza ketus saat Aksara tidak sengaja menyenggolnya.

“Sabar dong, Fan. Ra itu gak sengaja!” seru Pelangi melindungi. Pelangi akan berubah menjadi galak kalau Aksara diperlakukan buruk oleh temannya yang lain, terutama oleh Faniza. Anak sok keren dan sok berkuasa di sekolah.

Namun, Faniza tidak pernah mau berurusan dengan Pelangi. Dia tahu melawan Pelangi sama saja melawan seluruh sekolah. Pelangi adalah primadona sesungguhnya dan sangat famous, melawannya akan membuat anak-anak yang lain membencinya. Faniza bersama Geng F pun memilih untuk pergi sambil terus mengumpatkan kata-kata kasar kepada Aksara.

Setelah Faniza dan Geng F berlalu. Aksara dan Pelangi pergi ke kantin sekolah.

“Ini sepuluh ribu, kan?” tanya Aksara menoleh ke Pelangi, seolah bisa melihat.

“Iya,” jawab Pelangi mengangguk. “Kok, kamu bisa tahu?”

“Aku tahu, karena bisa meraba garis timbul di sisi kanan uang. Jumlah garis timbul itu sesuai dengan nilai mata uangnya,” jawab Aksara sambil tersenyum manis. Pelangi pun ikut tersenyum.

Lima menit kemudian setelah Geng F pergi. Pelangi dan Aksara sudah sampai di kantin. Ibu-ibu kantin di sana bersahabat. Mereka juga bisa di bilang “teman” oleh Aksara. Terkadang, Aksara dan Pelangi suka ditawari makan gratis. Pelangi sering menolak, tetapi Aksara senang dan menerima makanan gratis dari ibu kantin.

 

***

 

Malam ini, Aksara tidur sangat nyenyak di kasurnya yang sederhana. Dia bermimpi.

 

DUAR!

DUAR!

Suara ledakan dari sebuah kapal terdengar nyaring. Banyak orang yang terjun ke dalam air. Air yang membentang sangat luas bernama laut itu pun hanya diam, membisu. Tapi tidak semua orang bisa berenang bukan? Apalagi mereka masih kecil… masih Balita?

Beberapa mobil lain juga ikut terjun dari atas sebuah jembatan. Oh tunggu, ternyata jembatan itu runtuh!? Ya, sepertinya begitu. Seorang balita berambut oranye dengan wajah panik terlihat terjun dari jembatan. Aksara berseru kaget melihatnya. Dia segera ingin keluar membantu. Tapi dia seperti terkurung di dalam jeruji besi.

“Biarkan aku keluar, besi bodoh!” seru Aksara memberontak. Tapi besi itu hanya diam membisu. “Aku hanya ingin membantu sesama manusia!” seru Aksara semakin menjadi-jadi.

Namun, sepertinya semua sudah terlambat, sebelum tiba-tiba besi itu menghilang. Aksara terbebas. Apakah ini nyata? Ilusi atau mimpi? Namun, Aksara tidak peduli. Semuanya terasa asli. Bahkan, buih lautan ini benar-benar terasa nyata dan membuat Aksara merasa tidak sedang bermimpi.

Aksara bersusah payah mengangkat tubuh balita itu. Balita berseragam SD, meskipun kalau dilihat wajahnya begitu sangat muda. Mungkin 4 atau 5 tahun. Satu hal yang membuat Aksara semakin kaget adalah, di seragam balita itu tertempel sebuah nametag “Pelangi Putribumi”

“I-ini kan nama Pelangi,” seru Aksara dalam batin. Dia langsung menatap wajah anak itu, kulit balita itu, rambut oranye sang balita, dan matanya ….

“Di-dia buta?” tanya Aksara dalam hati. Tapi perlahan pandangannya memudar. Menjadi hitam pekat ….

Aksara tersentak bangun, langsung ngos-ngosan. Tu-tunggu, tadi itu mimpi? Masa, sih? Gumam Aksara sambil memgang kepalanya sendiri. Dia mencoba melihatnya …. Gelap.

Hanya satu kata yang dapat mendeskripsikan apa yang dia lihat. Dia terdiam sejenak, seperti baru ingat kalau sebenarnya dia buta. Namun, dalam mimpinya tadi dia bisa melihat.

“A-apa tadi beneran Pelangi, ya? Benar-benar mirip, lho.” Aksara terdiam sejenak. “Tapi anak tadi bu-buta. Hahaha, itu pasti bukan Pelangi.” Tawa Aksara benar-benar getir. Kemudian, Aksara menyandarkan diri ke tembok kamar, memukul kepalanya pelan.

“Ternyata bisa melihat itu seru banget, ya?” gumam Aksara, sedih. Mencoba kembali tidur. Dan ingin masuk kembali ke dalam mimpinya tadi. Aksara benar-benar jarang bisa bermimpi dapat melihat. Melihat sekeliling dengan penuh warna indah. Namun, ternyata fajar sudah menyingsing, bukan lagi waktu untuk tidur.

 

***

 

Bertahun-tahun silam. Di sebuah rumah sakit ternama.

“Masuk, Aksara Indah!” panggil Pak dokter. Aksara segera berdiri, berjalan ke ruangan dokter tanpa bantuan ibunya. Aksara sudah sangat hebat dalam indra pendengaran. Suara kertas jatuh dari sepuluh meter saja bisa terdengar dengan jelas. Kayak kucing, deh!

Beberapa basa-basi pun muncul berterbangan. Sesekali Aksara tertawa karena ternyata dokter itu seorang pelawak, mungkin dulunya seorang komika.

“Baiklah kita langsung ke intinya, ya,” kata Dokter tiba-tiba serius. Aksara dan ibu langsung menelan ludah. “Mata, retina Aksara sudah sangat rusak. Tanpa donor, dia tidak mungkin bisa melihat lagi.” Dokter itu terlihat suram.

Ibu langsung menunduk, dia membatin, Siapa yang rela retinanya diambil dan didonorkan pada orang lain?

“Tidak apa kok, Dokter. Aku sudah bahagia seperti ini,” kata Aksara berusaha menyakinkan. Dia tak mau menambah kesuraman dalam ruangan itu.

“Kamu tidak perlu berkecil hati begitu, Nak,” kata dokter, “dan … hei Aksara dengarlah! Ibumu ini tampak suram sekali.” Dokter itu mencoba mencairkan suasana, tapi langsung terdiam lagi. “Baiklah-baiklah, aku tidak akan menyimpan kabar gembira ini lebih lama lagi …,” kata Dokter.

Kepala Ibu langsung mendongak, menatap Dokter, penasaran.

“Ada seorang gadis yang ingin mendonorkan retinanya padamu.”

“Siapa namanya, Dok?” tanya Aksara antusias. Senyum langsung mengembang pesat di muka cantiknya.

“Pelangi Putribumi,” kata Dokter yang membuat Aksara langsung diam seribu bahasa.

Pe-Pelangi?

 

***

 

Waktu terus berlalu, sekarang aku adalah seorang primadona sempurna di sekolah.

Ke mana Pelangi? Pertanyaan yang membuat aku dan Ibuku termangu, diam seribu Bahasa.

Semua orang seketika lupa primadona yang di puja-puja mereka dulu, Pelangi. Kini ke mana dia? Padahal aku ingin berbagi kebahagiaan dengannya sekarang.

Aksara penasaran. Dia mendatangi kantor gurunya, dan menanyakan prihal Pelangi. Ke mana dia, karena selama ini dia selalu rajin sekolah. Namun, sudah lama sekali dia tidak masuk sekolah, apakah dia sudah pindah ke luar kota?

Setelah mendengar kabar dari gurunya. Aksara menangis sejadi-jadinya. Dia baru tahu kalau sahabatnya itu telah tiada. Sebuah kecelakaan menimpa dia dan keluarganya. Mereka jatuh dari jembatan karena longsor. Mobil mereka terjun ke dalam laut.

Namun, sebelum meninggal Pelangi sudah menulis wasiat yang disimpan di kamarnya. Bahwa dia akan mendonorkan retinanya kepada sahabatnya. Aksara.

Pelangi, sekarang aku bisa melihatmu! Sehabis hujan datanglah kamu dengan sangat indah ….

Setelah itu Aksara melanjutkan hidupnya sebagai pelukis dan penyanyi. Dia menjadi sukarelawan yang membantu para tunanetra untuk melihat begitu banyak warna dari nyanyian dan lukisannya. Warna itu indah, tetapi bukan berarti orang yang tidak bisa melihatnya tidak indah.[]

 

 

Tentang Penulis:

Namaku Azizah Qonita Az-Zahra umurku 11 tahun. Aku kelas 5 di Sekolah Islam Terpadu Darul Abidin Depok. Aku suka sekali menulis dan ingin membuat banyak cerita. Selain belajar aku juga ikut kelas menulis di Darbi Writing Club.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Drama
Cerpen
WARNA PELANGI
Darbi Writing Club
Novel
Bronze
Beranda ( Kitab Puisi Asmaradhana )
RENDRA ABIMANYU
Novel
Bronze
Marriage Agreement
Sofia Grace
Novel
Kayla: Perempuan Penggenggam Bara Api
Yooni SRi
Novel
BUNGA 3 WARNA
Ayu S Sarah
Cerpen
Bronze
Kucing yang kutemui di jalan itu
Afina Munzalina F
Cerpen
Bronze
Jangan matikan pelita ku
dwirizqiawati
Novel
Bronze
Lost in Your Heart
Septa Putri
Novel
Bronze
Sayap yang Patah
Anggie Amelia
Novel
GESTALT
sekinarilla
Novel
Bronze
Rahasia Rasri
Ariyanto
Novel
Bronze
Pilihan Cerita Hidupku
Geovania Loppies
Komik
EVIL Cinderella
HanSenpai24
Skrip Film
Penantian dalam angan dan harapan
Ihsanul Essel Rusmiland
Flash
Pulang
SITI NUR AISYAH
Rekomendasi
Cerpen
WARNA PELANGI
Darbi Writing Club
Cerpen
MELEPASKAN
Darbi Writing Club