Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku seharusnya menangis saat tanah merah itu menelan peti mati ibuku. Seharusnya ada semacam robekan di dalam dada, menjadi kekosongan yang melolong. Tapi yang kurasakan di bawah payung hitam yang rapuh itu, di tengah hujan yang turun seperti penyesalan yang tak kunjung henti, hanyalah hening. Hening yang bersalah. Hening yang penuh kelegaan.
Namaku Elara. Usiaku dua puluh enam tahun, dan aku baru saja menjadi yatim piatu diiringi melodi gerimis yang monoton. Kematian Ibu—Tia—seharusnya menjadi tragedi. Tapi bagiku, rasanya lebih seperti pembebasan bersyarat.
Seumur hidupku, aku menjadi p...