Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Vampir yang Merindukan Rumah
0
Suka
58
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

20 Mei:

Hari ini adalah hari yang luar biasa bagiku. Aku kemarin mendapatkan undangan ke istana untuk bertemu Pangeran Pertama dan hari ini aku menghadirinya. Aku tidak tahu apa tujuannya karena aku belum pernah sama sekali bertemu dengannya. Aku hanya mendengar cerita-cerita tentangnya dari pembeli yang langganan barang daganganku saja.

Aku datang ke istana dengan baju terbaikku. Akan memalukan jika aku memberi kesan yang buruk dalam pertemuan pertama. Setelah menunjukkan undangan yang berstempel lilin merah kepada penjaga di istana, aku diarahkan ke sebuah ruang pertemuan yang berisikan banyak barang mahal. Cawan berlapis emas, lampu kristal, kursi yang empuk berkulit beludru. Aku tidak membayangkan dalam hidupku yang pendek akan berada di tempat ini melihat latar belakangku yang hanya dari kalangan rendahan.

Tak lama aku menunggu Tuan Vladmir, pangeran pertama Kerajaan Arlanta. Seperti yang diceritakan banyak orang, dia tinggi, dadanya lebar dan tegap, memunjukkan kegagahannya. Semua yang dikenakan tidak ada yang murah. Aku bisa mengetahuinya dengan pasti karena aku pernah berbisnis barang-barang seperti itu.

Kesimpulan pada pertemuan hari ini, aku diminta untuk menjadi penyelenggara perayaan Hari Vampir yang rutin diselenggarakan kerajaan setiap tanggal 26 Mei atau kurang lebih seminggu lagi. Aku tidak menyangka dipercaya mengurusi hari yang sangat penting itu. Itu sebuah kehormatan yang sangat tinggi yang bisa aku terima. Tapi aku merasa ragu karena tanggung jawab ini terlalu besar untuk aku pikul.

Namun Pangeran berkata, “Hanya kamu yang bisa aku andalkan.”

Ucapan itu tidak bisa aku tolak. Aku harus bisa memenuhi ekspetasi itu sehingga aku menerimanya.

21 Mei:

Sehari setelah perintah diberikan, aku bergerak dengan cepat. Dengan koneksi yang sudah aku miliki dan bantuan dari orang-orang istana, aku mengumpulkan orang-orang yang akan terlibat dalam acara itu. Mulai dari pesta, rangkaian acara, hingga suguhan makanannya.

Perayaan Hari Vampir sangat identik dengan perayaan pestanya. Pada hari itu semua vampir gembira. Mereka puas dengan makanan dan anggur yang disediakan. Bahkan banyak anggur-anggur langka yang hanya akan dikeluarkan pada hari itu. Aku juga tidak sabar menanti hari itu datang. Tapi karena sekarang aku berada pada pihak yang menyelenggarakannya, aku harus berjuang keras agar semua vampir bahagia.

Rapat pertama kali ini berjalan dengan baik. Semua satu suara dan mereka semua sudah mengetahui tupoksi perkerjaan masing-masing. Mereka semua adalah orang yang profesional, aku senang bekerja dengan mereka.

25 Mei:

Sehari sebelum pesta diselenggarakan. Semua berjalan dengan lancar sepeti yang direncanakan. Meskipun kadang ada masalah kecil seperti miskomunikasi antara satu bagian dengan bagian lain, tapi semua itu bisa dengan mudah diselesaikan dengan dibicarakan baik-baik.

Semua masalah bisa teratasi dengan mudah hingga ketika bendahara acara datang kepadaku melapor.

“Tuan. Kita kekuranggan anggur untuk acara pesta. Bagaimana ini?”

“Bukankah para bangsawan yang akan menyuplai anggur untuk pesta?” tanyaku balik.

“Memang benar. Tapi anggur yang sampai hanya anggur-anggur mahal yang diperuntukkan untuk para bangsawan dan jumlahnya sedikit. Kita butuh anggur untuk tamu umum.”

“Kalau begitu, belilah anggur dari pasar,” putusku dengan tegas.

“Kita kekurangan dana, Tuan,” balasnya memelas.

Pada saat mendengar jawaban itu, otakku mulai bekerja keras bahkan mungkin akan ada asap yang keluar jika diilustrasikan. Aku berpikir keras bagaimana menyesaikan masalah itu. Ini hanyalah salah paham. Ini seperti masalah lainnya.

Bangsawan berpikir mereka hanya bertanggung jawab untuk anggur mewahnya karena untuk yang umum, kerajaan pasti yang akan menyediakannya. Pada pihak lain, kerajan sebagai promotor berpikir semua anggur akan disuplai oleh para bangsawan sehingga mereka tidak perlu menyiapkan dana untuk itu. Jadi aku harus memutuskan sesuatu.

“Beli anggur di pasar sekarang juga. Aku akan menalangi dananya untuk sementara!”

Tidak ada pilihan lain, jika aku meminta dana ke kerajaan sekarang, waktunya tidak cukup. Untuk sementara, aku akan menalangi kebutuhan untuk pembelian anggur agar pesta berjalan dengan lancar. Aku tinggal meminta ganti ruginya setelah acara sudah selesai. Mereka juga akan menyadarinya jika dibicarakan dengan baik-baik.

Dan juga kebetulan, aku juga memiliki uangnya. Ini sering terjadi diberbagai acara dimana panitia harus patungan terlebih dahulu karena kekuarangan dana sebelum diganti ketika acara sudah selesai. Yang penting acara bisa berjalan dan para tamu bahagia.

26 Mei:

Pesta berjalan dengan sukses. Namaku bahkan disebut dan dipuji oleh Pangeran di dalam sambutannya. Aku sangat senang. Mungkin hari ini segini dulu saja karena masih banyak pekerjaan yang menunggu.

27 Mei:

Acara kemarin sukses besar. Bahkan setelah hari berganti, aku mendengar bisik-bisik orang mengobrol tentang malam kemarin. Aku mendengarnya semua orang bercerita sejak aku berangkat dari rumah hingga pintu istana.

Tujuanku pergi ke istana hari ini adalah karena aku ingin membahas masalah kekurangan dana untuk acara pesta. Namun sayangnya ketika aku menyatakan tujuanku kepada penjaga gerbang istana, mereka memintaku untuk kembali 3 hari lagi karena Pangeran sedang tidak ada di istana.

Aku berpikir itu wajar karena perayaan Hari Vampir baru saja selesai tadi malam. Pangeran pasti sedang bertemu dengan para bangsawan yang datang jauh-jauh dari tempat tinggal mereka. Aku harus sedikit bersabar untuk sebentar.

30 Mei:

Tiga hari seperti yang diminta, aku kembali datang ke istana. Jalan-jalan sudah kembali normal. Tidak ada lagi yang membicarakan tentang pesta malam itu. Semua sudah sibuk kembali ke dunianya masing-masing. Sedangkan aku masih berkutat dengan masalah itu yang belum usai.

Dan sepertinya masih belum usai karena ketika aku meminta bertemu dengan pangeran, penjaga bilang bahwa hari ini pangeran sedang ada urusan kerajaan. Sedikit kecewa tapi aku harus bersabar sedikit lebih lama lagi.

3 Juni:

Tiga hari kemudian, aku pergi lagi ke istana untuk menagih dana yang kurang. Tak seperti perjalanan lalu, semua orang mulai membicarakan pesta itu lagi ketika mereka menatap mataku. Kali ini bukan percakapan tentang meriahnya pesta atau makanannya yang lezat. Kali ini yang aku dengar adalah ungkapan rasa kasihan.

“Kasihan orang itu ...”

“... Sangat disesalkan.”

“Jika aku jadi dia ...”

“Sudah aku duga ...”

Seperti itulah bisikan orang-orang di sekitarku. Tidak ada tentang percakapan yang gembira, semuanya menyatakan rasa kasihannya ketika melihatku.

Setelah sampai di istana, aku tidak terkejut lagi setelah penjaga mengatakan kalau pangeran tidak bisa menemuiku. Bisikan orang-orang di jalan memberiku petunjuk yang jelas, bahwa aku sudah di tipu oleh Pangeran.

Mungkin ini terlalu pagi untukku tidur, tapi setelah menulis ini aku ingin segera tidur dan melupakan segala masalahku. Tidur adalah cara terbaik melupakan sejenak masalah hidup.

5 Juni:

Sudah 2 hari sejak kejadian itu tapi aku masih malas untuk keluar dari rumah. Aku sudah tidak memiliki apapun yang bisa aku kerjakan. Uang yang sudah aku kumpulkan dengan bisnisku sudah aku gunakan semuanya untuk menalangi dana pesta.

Seharusnya aku sadar sejak awal bahwa aku hanya diperalat oleh pangeran. Yah, sebenarnya aku juga sudah sadar sejak awal tapi aku bodoh karena tetap menyanggupinya.

10 Juni:

Sudah, berakhir sudah kehidupanku. Aku tidak kuat lagi hidup seperti ini. Uang yang aku miliki sudah sangat menipis untuk kebutuhan sehari-hari. Aku berniat pergi ke hutan dan membawa pisau perak. Tidak ada yang mencariku dan juga tidak ada yang mempedulikanku.

Itulah yang aku pikirkan ketika aku bangkit dari tidur dan hendak berjalan keluar rumah. Hingga aku menemukan sebuah surat tebal yang disisipkan di celah bawah pintuku. Aku mengenali tulisan di luar surat itu dan alamatnya adalah desaku. Desa tempat kedua orang tuaku tinggal. Seketika ketika menyadari itu, aku langsung mengambilnya dan membukanya.

“... Nak, kapan kamu pulang? Ayo makan malam bersama. Perayaan Hari Vampir kali ini sepi jika kamu tidak ada. Mungkin makanan di sini terlalu biasa dibanding di sana, tapi Ibu rindu sekali ingin makan bersamamu. Pulang Nak, tinggal beberapa hari juga tidak apa. Ibu Bapak Kangen.”

Mataku basah ketika sampai pada titik di ujung surat itu. Bahkan sekarang, ketika aku menulisnya di jurnalku, mataku mulai berair kembali. Mungkin cukup untuk hari ini. Perutku mulai mual karena menulis ketika kereta kudanya naik turun tanpa henti. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Cerpen ini ditulis berdasarkan prompt sebagai latihan:
Seorang vampir aneh yang telah kehilangan semua uangnya. Ini adalah cerita bergaya buku harian tentang arti rumah.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Orca and The Flower Ice
Adinda Amalia
Novel
Bronze
Katalis Kata
Aliha Ardila
Novel
Bronze
Please, PROTECT ME!
Charansa
Novel
Bronze
Azila
Nona Li
Cerpen
Vampir yang Merindukan Rumah
zain zuha
Novel
Bronze
Mimpi yang Menjadikanku Sampah
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Merindunya Rindu~Novel~
Herman Sim
Novel
Bronze
Dawuh
Sena N. A.
Novel
Mendadak Jadi Nyonya Mafia
Dista rumanasari
Novel
STORY OF FRIENDSHIP
Rahmanur Mumpuni
Skrip Film
Hello, Brother!
Lilis Alfina Suryaningsih
Flash
Istri Kecil Ayah
HANA
Novel
My Real Espresso
Kandil Sukma Ayu
Flash
Kau akan mengerti Setelah aku Tiada
Aries Supriady
Novel
30 Day's for Love
Ayuningsih
Rekomendasi
Cerpen
Vampir yang Merindukan Rumah
zain zuha
Cerpen
Pak Tua Penunjuk Jalan
zain zuha