Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Daruma itu masih tersimpan di rumahnya. Ia meletakkan boneka lucu bermata besar simbol klasik Jepang itu di meja yang ada tepat di sebelah tempat tidurnya. Baginya boneka yang terbuat dari washi[1] itu memiliki kesan tersendiri baginya. Boneka yang secara tradisonal berwarna merah itu adalah pemberian dari seseorang di masa lalu saat mereka berkunjung ke Shorinzan Daruma-ji[2] di Prefektur Gunma. Hiroshi menatap lekat daruma. Kenangan di masa lalu seolah merasuk kembali mengisi relung hatinya. Tambah lagi akhir-akhir ini ia seolah diteror dengan sebuah pesan yang masuk ke Line, Facebook dan Instagram-nya. Beberapa saat lalu pesan itu pun masuk lagi ke Line-nya.
Lelaki yang kini menginjak usia menjelang tiga puluh tahun itu mengerutkan keningnya saat membaca pesan masuk. Isi pesannya masih sama. Sebuah ajakan pertemuan dari seorang yang pernah hadir di masa lalunya. Bukan dari seorang mantan pacar atau pun tunangan. Pesan itu dari seorang wanita yang pernah menyewa jasanya. Pesan itu seolah mengingatkannya kembali dengan masa lalunya. Masa di mana ia pernah menekuni sebuah profesi yang sangat abnormal. Lelaki sipit berkulit kuning langsat dengan bola mata berwarna coklat itu pernah menjalani profesi yang sangat langka. Ia pernah bekerja menawarkan jasanya. Namun bukan jasa biasa. Lelaki pemilik rambut hitam kecoklatan dengan postur tubuh tegap dengan tinggi badan rata-rata seperti orang asia itu pernah menekuni sebuah profesi yang menawarkan jasa sebagai seorang lelaki sewaan. Jauh berbeda dengan profesinya saat ini sebagia seorang masinis di Stasiun Okayama.
Pesan itu berasal dari wanita pemilik wajah jelita, bertubuh mungil dengan rambut hitam panjang bergelombang yang digerai hingga mendekati pinggang. Kazumi namanya. Beberapa tahun lalu ia pernah menyewa jasa Hiroshi untuk menjadi pacar sewaan. Tidak hanya sekali. Kazumi bahkan sudah menjadi pelanggan tetap bagi Hiroshi. Hampir setiap kali ia membutuhkan jasa lelaki sewaan, maka ia akan menghubungi Hiroshi. Bukan tidak pernah mencoba menyewa jasa dari laki-laki lain. Beberapa kali Kazumi pun pernah mencobanya, namun ia tetap kembali memesan jasa Hiroshi. Termasuk saat Kazumi memerlukan seorang teman tidur. Ia memilih jasa Hiroshi untuk memenuhi keinginannya itu.
Hiroshi memang pernah menjalani profesi unik itu. Menemani Kazumi tidur. Namun ia bukan seorang lelaki pelacur. Hiroshi tidak melakukan tindakan asusila kepada Kazumi. Begitu pun sebaliknya. Mereka melakukan semua itu secara profesional. Sebatas berpegang tangan, saling tatap, bertutur romantis dan tidur di pangkuan. Bukan tidur di balik selimut berdua tanpa busana selayaknya gigolo dengan kliennya.
Sejak kali pertama pesan Kazumi itu muncul, jutaan pertanyaan bergelayut di benak Hiroshi. Entah apa yang membuat Kazumi kali ini menghubungi kembali Hiroshi. Gamang. Entah apa yang harus diperbuat Hiroshi mendapat pesan dari Kazumi, klien lamanya. Pertemuan terakhir mereka sudah sangat lama. Sekitar setahun lalu saat Parade Uraja di Momotaro Festival[3] . Tak berapa lama setelah perpisahan itu, Hiroshi meninggalkan profesi abnormalnya. Ia memilih berkarir menjadi seorang masinis yang bertugas di Stasiun Okayama.
***
Setelah beberapa kali ditolak, akhirnya pengajuan cuti Hiroshi kalil ini disetujui. Jam kerja yang begitu panjang dalam sehari memang sudah pantas untuk membuatnya harus beristirahat. Sejenak rehat dari rutinitas yang menjemukan untuk mengurai stres yang mulai melandanya. Ia tidak ingin rasa stresnya berujung pada kematian. Sebagaimana yang sering ia lihat di sekitarnya. Sebagaimana yang terjadi pada teman sejawatnya. Betapa banyak orang di sekitarnya yang begitu mudah mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidup lantaran tekanan hidup dan pekerjaan. Pemandangan orang bunuh diri dengan melompat di depan kereta saat ia bertugas menjadi masinis adalah hal yang biasa. Pun bukan hal yang asing lagi jika berita-berita di TV atau di Koran menyajikan berita bunuh diri dari sekian banyak orang dengan beragam kasus yang menjadi pemicunya.
Hiroshi pernah berada dalam kondisi serupa. Ia sempat depresi menjalani kehidupannya. Meski dari tampilan luar, orang lain mungkin melihatnya tampak ceria. Jarang mengeluh. Atau bahkan melihatnya sebagai seorang periang yang memiliki kehidupan menyenangkan. Namun di balik itu semua Hiroshi pun mengalami beban hidup yang tak kalah tertekannya. Hiroshi pernah nyaris bunuh diri karena ijime[4] yang dialami di lingkungan kerjanya. Berkali-kali ia mencoba menyayat nadi di pergelangan tangannya. Berkali-kali pula ia berusaha menghabisi hidupnya dengan meminum racun serangga. Namun, keberuntungan kerap ada bersamanya. Berkali-kali percobaan bunuh diri dia lakukan, berkali-kali pula nyawanya masih terselamatkan.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan Yoshuke. Satu dari sekian sahabat sesama masinis yang memiliki rasa peduli dan empati kepadanya. Seorang sahabat yang pada akhirnya mampu menjernihkan isi kepalanya yang penuh dengan hiruk pikuk dunia. Bahkan ia adalah seorang sahabat yang mampu mengubah jalan hidupnya menjadi lebih bermakna. Jalan hidup yang membuatnya merasa menjadi manusia berharga dibandingkan sebelumnya. Hiroshi telah mengambil sebuah keputusan paling penting dalam hidupnya. Sebuah keputusan paling bersejarah. Sebuah keputusan dan sikap yang akhirya menjadi salah satu penyebab ijime yang dialaminya. Dengan berani dan penuh tanggung jawab Hiroshi meninggalkan kepercayaan agama leluhurnya. Hiroshi melepaskan kepercayaan yang sudah dianutnya sejak lama, Hiroshi memilih meninggalkan kepercayaan etnis Shinto sebagaimana keyakinan yang dianut sebagian besar penduduk Jepang pada umumnya. Ia telah meninggalkan kepercayaan terhadap agama para dewa lalu memilih Islam sebagai jalan hidupnya.
Hiroshi sudah banyak berubah. Sekarang ia bukan lagi seperti Hiroshi di masa lalu yang penuh dengan kesibukan dunia hingga melupakan Penciptanya. Islam telah sangat banyak mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna. Beberapa kali Hiroshi memang mengunggah aktifitasnya di Instagram maupun Facebook. Mungkin itu yang membuat Kazumi menghubunginya kembali. Beberapa kali Kazumi melihat Instastory Hiroshi. Beberapa kali juga ia meninggalkan jejak komentar bahkan melakukan direct message ke akun Hiroshi. Namun, sayangnya kesibukan Hiroshi membuatnya tak selalu menggubris segala interaksi di dunia maya. Hiroshi memang tak begitu memperhatikan siapa saja yang berinteraksi di media sosialnya. Selepas mengunggah foto atau pun video biasanya ia tak mempedulikan seberapa banyak like maupun komentar yang singgah di unggahannya.
Rencananya cuti Hiroshi di musim panas kali ini ia manfaatkan untuk memenuhi undangan Kazumi. Undangan yang telah berulang kali diminta Kazumi agar Hiroshi berkenan untuk menemuinya. Undangan yang baru bisa ia penuhi setelah sekian lama. Namun, undangan kali ini Kazumi tidak bermaksud menyewa Hiroshi untuk menemaninya tidur seperti yang dulu sering dilakukannya. Kazumi tahu bahwa Hiroshi tidak lagi menjalani profesi abnormalnya itu sebagai lelaki bayaran. Ada hal penting yang ingin Kazumi sampaikan kepada Hiroshi. Berkali-kali Hiroshi membalas pesan Kazumi, menanyakan perkara penting apa yang menyebabkan ia harus menemuinya. Namun Kazumi enggan membahasnya melalui pesan. Ia ingin menyampaikan dan membahasnya langsung dengan bertatap muka.
***
Seperti biasa, musim panas selalu membuat langit sore itu masih sangat terik terasa. Meski demikian Hiroshi tetap bersemangat menuju rumah Kazumi, mantan kliennya. Perjalanannya kali ini menuju rumah Kazumi ia tempuh sekitar satu jam. Hiroshi memilih naik bus dari Stasiun Okayama tempatnya bekerja menuju rumah Kazumi di Kibichou Town. Jelang sore ia pun tiba di Kibichou Town. Suasana khas pedesaan sangat kental terasa. Di sekelilingnya terbentang sawah-sawah dan bukit-bukit yang tampak gagah. Dengan berjalan sekitar lima menit dari tempatnya turun dari bis, kini Hiroshi berdiri tepat di depan rumah Kazumi.
Mata Hiroshi melihat sekelilingnya. Masih sama seperti dulu. Meski letaknya di pinggir jalan, tapi masih tetap terasa nyaman. Suasananya sangat tenang. Jarang sekali mobil yang melintas. Belum banyak berubah. Rumah Kazumi masih bertahan dengan gaya klasik. Terlihat nyentrik jika dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya. Hiroshi mengelap keringat yang menetes dari keningnya. Lalu melangkah mendekat. Tepat di depan rumah. Hiroshi mengetuk pintu rumah Kazumi.
Tiga kali ketukan, pintu belum juga terbuka. Hiroshi membuka ponselnya. Ia bermaksud menelepon Kazumi untuk mengabarkan bahwa dirinya sudah ada di depan rumah. Ia mencari kontak Kazumi dalam ponselnya. Dalam hitungan detik Hiroshi sudah mendapati kontaknya Namun, belum sempat Hiroshi menekan tombol call, pintu rumah akhirnya terbuka. Seorang gadis muda berusia sembilan belas tahun muncul dari baliknya. Tanpa ditanya, Hiroshi pun langsung memberitahukan maksud dan tujuannya. Setelah mengutarakan maksud dan tujuannya untuk bertemu dengan Kazumi akhirnya Hiroshi pun dipersilakan masuk. Jawaban Keiko, nama gadis muda itu, beberapa saat lalu mengejutkan Hiroshi. Ternyata Kazumi sudah menunggunya sejak tadi pagi.
Hiroshi melangkah masuk ke rumah Kazumi. Keiko meninggalkan Hiroshi sendirian di ruang tamu untuk memanggil Kazumi. Mata Hiroshi menjelajah seisi ruangan. Ternyata setelah sekitar setahun berlalu belum banyak yang berubah. Bukan hanya eksterior rumahnya yang masih mempertahankan gaya klasik, interiornya pun masih memepertahankan hal yang sama. Lantainya masih menggunakan tatami[5] agar setiap orang yang duduk dan tidur merasa nyaman, tidak merasakan kedinginan. Di salah satu sudut ruangan, Hiroshi juga masih melihat tempat tidur sederhana berupa kasur lipat yang sangat praktis untuk dipindah-pindah dan mudah disimpan dalam lemari jika tidak digunakan. Meski terkesan sederhana dan sangat tradisional, tapi rumah Kazumi sudah menerapkan teknologi canggih sebagaimana teknologi canggih yang diterapkan dengan rumah-rumah modern di kota.
Hiroshi masih berdiri mematung di ruang tamu. Mata Hiroshi terpaku melihat sebuah foto yang terpajang di dinding. Ada foto Kazumi di sana. Hiroshi masih ingat, foto itu diambil saat mereka berkunjung ke Hiruzen Jersey Land setahun lalu saat melihat himawari[6] bermekaran di musim panas. Hiroshi masih sangat ingat dengan foto itu, sebab dia yang mengambil foto itu setahun lalu. Termasuk foto yang ada di sebelahnya. Foto Kazumi di depan sebuah rumah tradisional Jepang berwarna dominan putih dengan aksen hitam yang tampak begitu cantik saat mereka berdua menyusuri tempat bersejarah, Kota tua Kurashiki.
Tak berapa lama Keiko keluar dari dapur. Ia membawa nampan berisi semangkuk besar semangka segar yang dipotong kecil-kecil lalu meletakkannya di atas meja sambil mempersilakan Hiroshi duduk. Tak berapa lama muncul dari belakang Keiko sosok yang sudah sangat ia kenal. Hiroshi takjub saat melihat Kazumi berjalan mendekat ke arahnya. Kazumi masih terlihat cantik. Padahal usianya sudah tak lagi muda. Bahkan secara kasat mata Kazumi terlihat lebih muda dari Hiroshi. Orang mungkin akan mengira Kazumi berusia lebih muda dari Hiroshi. Meski pada kenyataan sebenarnya usia mereka terpaut cukup jauh. Kazumi berusia lebih tua lima tahun dari Hiroshi.
Kazumi berjalan mendekat kepada Hiroshi dengan membawa nampan berisi semangkuk besar anggur Shiny Muscat yang begitu ranum. Ternyata Kazumi masih ingat buah kesukaan Hiroshi itu, buah anggur tanpa biji yang rasanya sangat manis perpaduan manis dari anggur, mangga dan papaya. Dulu mereka sering membeli anggur Shiny Muscat itu dengan memetiknya langsung di perkebunan anggur Ishihara Farm di pinggiran kota Okayama.
***
Akhirnya keduanya pun bertemu. Hiroshi tak menyiakan kesempatannya pertamanya bertemu Kazumi dengan segera meminta maaf karena datang tidak sesuai dengan janjinya. Harusnya jika sesuai rencana Hiroshi sudah tiba di rumah Kazumi tadi pagi. Namun, di detik-detik terakhir keberangkatannya ternyata masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikannya. Hiroshi pun lupa mengabarkan kalau dirinya akan datang terlambat lantaran fokus menyelesaikan urusannya.
Kazumi sangat senang akhirnya bisa bertemu dengan lelaki yang dulu pernah disewanya. Obrolan ringan pun meluncur dari keduanya tak jauh berbeda seperti saat dahulu mereka sering berbincang. Bedanya kini Hiroshi terlihat lebih pemalu dari sebelumnya. Dia lebih banyak menundukkan pandangannya dari wanita yang masih melajang dalam hidupnya. Jangan tanya mengapa di umurnya yang tak lagi muda Kazumi belum juga menikah. Sebab bagi Kazumi pernikahan tak lebih hanya sebagai status sosial belaka. Pernikahan tak lebih hanya sebagai sebuah hubungan biasa. Maklum saja ia berpikiran demikian sebab hal itu seolah sudah menjadi bagian dari budaya dan cara berpikir orang-orang di sekitarnya.
Bagi Hiroshi pertemuannya kali ini dengan Kazumi terasa sangat berbeda. Ada rasa canggung melanda hatinya. Hiroshi tak berani menatap wajah Kazumi saat berbicara. Hanya sesekali ia menatap mata sipit Kazumi saat ia memanggil namanya. Mata Hiroshi malah sibuk menyusuri setiap sudut rumah saat Kazumi mengajaknya berbicara.
“Kau masih ingat dengan itu?” tanya Kazumi sambil tersenyum saat melihat Hiroshi mengarahkan pandangannya melihat daruma yang ada di rak buku yang ada di hadapannya. Hiroshi hanya mengangguk. Lalu mengalir cerita kenangan dari mulut keduanya secara bergantian. Kazumi melangkah mengambil daruma di atas rak bukunya. Lalu kembali ke tempat duduknya semula berhadap-hadapan dengan Hiroshi. Ada sebuah aksara tertulis di mata daruma milik Kazumi. Sebuah tulisan yang melambangkan harapan besar tentang arti kehidupan serta sebuah keinginan untuk memiliki ketenangan dan kedamaian hidup seutuhnya.
Kazumi meletakkan daruma itu di atas meja tepat di hadapan Hiroshi. Hiroshi tersenyum. Ia tidak menyangka ternyata Kazumi masih menyimpan juga daruma yang sama persis seperti miliknya. Saat itu mereka membeli dua daruma yang sama ketika berkunjung ke Shorinzan Daruma-ji di Prefektur Gunma. Satu untuk Hiroshi dan satu lagi untuk Kazumi. Boneka biksu berwarna merah terang yang melambangkan ketekunan itu ternyata masih terawat dengan baik sama seperti miliknya. Sebelum melanjutkan bicaranya, Kazumi meminta Keiko mengambil sesuatu dari dalam kamarnya. Sambil menunggu Keiko kembali mengambil sesuatu dari kamar Kazumi, mereka melanjutkan kembali obrolan ringannya tetang daruma.
***
Keiko keluar dari kamar lalu duduk di sebelah Kazumi sambil meletakkan sesuatu yang dibungkus dengan kain hitam di atas meja. Perbincangan yang begitu seru tentang daruma terhenti saat Keiko meletakkan bungkusan itu tepat di hadapan mereka. Selang beberapa saat, Kazumi pun melanjutkan bicaranya. Namun, bukan lagi membahas tentang daruma. Ada hal lain yang lebih penting dari semua basa-basi yang sejak tadi mereka perbincangkan. Sepenting sebuah benda yang terbungkus dengan kain hitam yang ada di hadapan mereka.
Sengaja Kazumi mengundang Hiroshi kali ini untuk sebuah keperluan yang sebentar lagi akan diungkapkannya. Hiroshi mengernyitkan keningnya. Sejujurnya ia tak tahu apa sebenarnya alasan Kazumi kali ini mengundang ke rumahnya. Yang jelas sejak awal Hiroshi sudah menjelaskan kepada Kazumi bahwa dirinya bukan lagi berprofesi sebagai lelaki sewaan sebagaimana profesi yang dahulu pernah dilakukannya.
Perlahan Kazumi mengambil sesuatu dari bungkusan yang terbuat dari kain hitam itu. Hiroshi penasaran. Dalam hatinya mencuat seribu pertanyaan. Keiko pun penasaran akan benda apa yang ada di dalamnya. Suasana pun mendadak hening. Hembusan angin yang menggoyanggkan daun-daun di taman sebelah rumah sore itu terdengar begitu jelas. Kazumi meletakkan benda yang baru saja dikeluarkan di hadapan Hiroshi dengan perlahan. Hiroshi kaget melihat sebuah benda yang ternyata sudah tak asing lagi baginya. Dalam hatinya bertanya-tanya mengapa Kazumi menyimpan benda itu? Untuk apa?
“Ajari aku bagaimana caranya bisa menjadi sepertimu.”
Ucapan Kazumi dengan suara lembut, tapi terdengar tegas itu menggetarkan hati Hiroshi. Betapa tidak kata-kata itu ia ucapkan sambil membuka sebuah buku paling suci yang ada di dunia. Ada Alquran di hadapan mereka. Kazumi menyimpan kitab suci yang sudah lama ia simpan rapi di dalam bungkusan kain berwarna hitam.
“Ajari aku bagaimana cara membacanya.”
Kazumi membukanya tepat di surah pertama, Alfatihah. Perasaan Hiroshi campur aduk dengan apa yang tengah dihadapinya. Namun, yang pasti Hiroshi yakin akan ketulusan hati Kazumi yang bisa ia rasakan dari tatapan kedua bola matanya.
****
Selesai ditulis di Jakarta, 14 Desember 2019, 16:44 Wib.
[1] kertas buatan tangan tradisional yang dibuat hanya pada musim dingin.
[2] Kuil Daruma
[3] Acara musim panas terbesar di Okayama.
[4] Bulliying
[5] Alas berbentuk karpet yang terbuat dari jerami kering.
[6] Bunga matahari