Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Two friends (Dua Sahabat)
0
Suka
27
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Pada suatu zaman, hiduplah seekor anak raja kera bernama Mongking. Mongking adalah putra mahkota kerajaan kera yang terkenal damai dan subur, dipimpin oleh raja mereka yang bijaksana, Jack. Namun, di sisi lain hutan yang lebat, berdiri kerajaan serigala yang dipimpin oleh Raja Buck, seekor serigala kuat yang sangat melindungi wilayah dan rakyatnya.

Perselisihan antara kedua kerajaan mulai mencuat karena fitnah yang disebarkan oleh seekor monyet licik bernama Bimba. Bimba adalah mantan penasihat di kerajaan kera, namun diasingkan karena perilakunya yang tidak jujur. Kini, ia bergabung dengan kelompok Hyena, kawanan hewan licik yang gemar menyebarkan kekacauan.

Suatu siang yang terik, Bimba melancarkan rencana jahatnya. Ia mengambil sarang lebah besar dari pohon dan dengan hati-hati melemparkannya ke arah Wokking, anak raja serigala, yang tengah tertidur di bawah bayangan pohon besar. Wokking tersentak dari tidurnya dan berteriak kesakitan saat lebah-lebah menyengat tubuhnya.

Raja Buck mendengar teriakan putranya dan segera berlari ke tempat kejadian. Saat melihat keadaan Wokking, ia sangat murka. Namun, Wokking yang bijak untuk usianya, berusaha menenangkan ayahnya. "Ayah, mungkin ini hanya kebetulan atau kecelakaan. Aku tidak ingin kita memulai perang hanya karena sebuah kejadian kecil," ujarnya. Meski berat, Raja Buck menerima nasihat putranya dan menahan amarahnya.

Namun, Bimba tidak berhenti di situ. Ia kemudian mendekati seekor singa besar yang dikenal rakus dan berkata, "Wahai singa yang kuat, jika kau mau menyerang Wokking, aku akan memberikanmu seribu daging segar." Tergoda oleh tawaran tersebut, sang singa menyetujui rencana licik itu.

Malam itu, singa menyusup ke wilayah kerajaan serigala dan menyerang Wokking. Meski Wokking berhasil bertahan, ia terluka cukup parah. Ketika singa tertangkap oleh penjaga kerajaan serigala, ia mengaku bahwa ia diperintah oleh kerajaan kera. Raja Buck, yang mendengar pengakuan itu, tak mampu lagi menahan emosinya. Ia segera mengirim utusan kepada Raja Jack, menyatakan perang terhadap kerajaan kera.

Raja Jack, yang sangat terkejut dengan tuduhan tersebut, mencoba menjelaskan bahwa bangsanya tidak bersalah. Ia bahkan pergi sendiri untuk menemui Raja Buck dan berkata, "Wahai Raja Buck, aku memohon padamu untuk mempertimbangkan kembali keputusan ini. Tuduhan ini tidak berdasar. Marilah kita menyelidiki kebenaran bersama."

Namun, Raja Buck yang sudah diliputi amarah menolak mendengar. Ia yakin bahwa kerajaan kera bertanggung jawab atas semua ini. Dengan hati yang berat, Raja Jack kembali ke kerajaannya tanpa berhasil meredakan konflik.

Tak lama kemudian, perang besar pun pecah. Pasukan kera yang kurang persiapan mengalami kekalahan telak. Di puncak pertempuran, Raja Jack dan Raja Buck akhirnya bertemu di medan perang untuk bertarung satu lawan satu. Pertarungan mereka berlangsung sengit dan berakhir tragis—keduanya gugur akibat luka-luka yang mereka derita. Perang ini menjadi luka mendalam bagi kedua kerajaan.

Setelah kejadian tersebut, kedua permaisuri dari masing-masing kerajaan mengambil alih pemerintahan. Mereka memutuskan untuk membesarkan Mongking dan Wokking dengan harapan bahwa generasi berikutnya akan membawa perdamaian.

Bertahun-tahun berlalu. Mongking dan Wokking tumbuh menjadi raja-raja muda yang bijaksana. Mereka sering bertemu secara diam-diam untuk mendiskusikan cara menghentikan pertikaian yang masih membekas di hati rakyat mereka. Suatu pagi, seekor singa tua mendatangi kerajaan serigala dan meminta audiensi dengan Raja Wokking. "Ampun, Baginda. Aku adalah singa yang pernah melukai Anda. Dulu aku hanya menjalankan perintah dari Bimba dan kelompok Hyena. Aku telah melakukan kesalahan besar dan ingin menebus dosaku," ujar singa itu dengan nada penuh penyesalan.

Wokking yang mendengar pengakuan itu merasa campuran antara marah dan malu. Ia segera memutuskan untuk menemui Mongking dan meminta maaf. "Sahabatku, Mongking, aku datang untuk memohon maaf. Semua ini adalah kesalahpahaman besar. Ulah Bimba dan kelompok Hyena telah memecah belah kita," katanya dengan tulus.

Mongking, yang memiliki hati besar, tersenyum dan menjawab, "Wokking, aku tidak pernah menyimpan dendam. Yang penting sekarang adalah kita bersatu untuk melawan kelompok Hyena dan mengembalikan kedamaian di hutan ini."

Kedua raja muda itu pun menyusun rencana bersama. Mereka mengumpulkan pasukan dari kedua kerajaan dan melancarkan serangan terhadap kelompok Hyena yang bersembunyi di sebuah gua di ujung hutan. Pertempuran berlangsung sengit, namun dengan kerja sama yang solid, mereka berhasil mengalahkan kelompok Hyena dan menangkap Bimba.

Di depan seluruh rakyat kedua kerajaan, Bimba diadili. Mongking berkata, "Bimba, karena ulahmu, banyak nyawa yang melayang dan hubungan antara kerajaan kami retak. Namun, aku percaya pada keadilan, dan kau akan dihukum sesuai perbuatanmu."

Setelah pertempuran melawan Hyena berakhir, Mongking dan Wokking bersumpah untuk menjaga perdamaian di hutan. Mereka membuat perjanjian resmi, yang dikenal sebagai "Pakta Perdamaian Dua Kerajaan," di mana kedua bangsa berjanji untuk saling melindungi dan bekerja sama demi kesejahteraan bersama.

Hutan perlahan kembali menjadi tempat yang damai. Mongking dan Wokking sering bertemu untuk berdiskusi tentang cara memperbaiki kehidupan rakyat mereka. Dalam salah satu pertemuan itu, Mongking mengusulkan untuk membuat jalur perdagangan di antara wilayah mereka. "Dengan jalur perdagangan ini, kita tidak hanya memperkuat hubungan antarbangsa, tetapi juga memperbaiki perekonomian rakyat kita," katanya.

Usulan itu diterima dengan antusias oleh Wokking. Mereka segera memulai proyek tersebut, yang melibatkan banyak hewan dari kedua bangsa. Tidak hanya meningkatkan kemakmuran, tetapi proyek ini juga menciptakan lebih banyak kesempatan bagi hewan-hewan muda untuk bekerja sama dan memahami satu sama lain.

Sementara itu, di kerajaan kera, Mongking memulai tradisi baru. Ia mengajak rakyatnya untuk menanam pohon setiap tahun sebagai simbol persatuan dan perdamaian. Pohon-pohon ini diberi nama sesuai dengan kisah-kisah keberanian dan pengorbanan dari masa lalu. Di sisi lain, Wokking memperkenalkan "Hari Persaudaraan," di mana semua hewan dari kedua kerajaan berkumpul untuk merayakan persatuan mereka.

Namun, perdamaian tidak berarti akhir dari tantangan. Kelompok Hyena yang tersisa mencoba melarikan diri dan memulai kekacauan baru di wilayah yang lebih jauh. Mendengar ini, Mongking dan Wokking mengirim pasukan gabungan untuk menumpas ancaman tersebut. Dengan strategi yang matang, mereka berhasil menangkap sisa-sisa kelompok Hyena dan memastikan bahwa mereka tidak akan lagi mengganggu perdamaian hutan.

Setiap kali Mongking dan Wokking berjalan di tengah rakyat mereka, mereka disambut dengan sorak-sorai dan rasa hormat yang tulus. Mereka adalah simbol persatuan, keberanian, dan kebijaksanaan. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk selalu menjaga kedamaian dan menyelesaikan konflik dengan cara yang bijak.

Di bawah naungan pohon besar tempat Wokking dulu diserang lebah, Mongking dan Wokking sering duduk bersama, mengenang masa lalu. "Kau tahu, sahabatku," kata Mongking sambil tersenyum, "andai saja lebah itu tidak menyerangmu dulu, mungkin kita tidak akan pernah belajar betapa pentingnya perdamaian."

Wokking tertawa kecil. "Benar, mungkin semua ini memang sudah ditakdirkan. Yang penting, sekarang kita tahu bagaimana menjaga hutan ini tetap damai untuk semua makhluk yang hidup di dalamnya."

Dan demikianlah, dua kerajaan itu hidup berdampingan dalam harmoni. Mongking dan Wokking, dua raja muda yang berani dan bijaksana, memastikan bahwa hutan tetap menjadi tempat yang aman dan sejahtera untuk semua penghuninya. Kisah mereka terus diceritakan dari generasi ke generasi, mengingatkan semua makhluk akan kekuatan persahabatan dan kerja sama dalam menghadapi tantangan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Bronze
Bukan Selma Karamy
Faisal Susandi
Cerpen
Two friends (Dua Sahabat)
Khairun Nisa
Novel
Bronze
The Sniper
Shafa Maurrizka
Novel
Bronze
Dare to Love
Anik Ives
Komik
Nematode
A.B.O
Flash
Arjuna Banowati
Riska (Ruva Rusa)
Flash
Jangan Korupsi, Nak!
Deden Darmawan
Flash
KARAM
Rolly Roudell
Novel
Kisah LDR paling jauh
Ari Septiana
Novel
Dalam Bayangan Sirosis
Abdisita Sandhyasosi
Flash
Rumah Tak Bertuan
pelantunkata
Flash
Ketiban rezeki
Mahmud
Novel
DI UJUNG PRAHARA
Nuraini Mufidah
Novel
THE LIGHT OF TEARS
Indy Nurliza Zulfianti
Novel
Bronze
THE WAY HOME
Mochamad Rozikin
Rekomendasi
Cerpen
Two friends (Dua Sahabat)
Khairun Nisa
Novel
Fantaziya World
Khairun Nisa
Novel
Bronze
Anakku Malang, Anakku Sayang
Khairun Nisa
Flash
Bronze
Tuan Kepala Terbalik
Khairun Nisa
Cerpen
Bronze
Kutukan Keluarga Bagian II: Kembali
Khairun Nisa
Cerpen
Bronze
Kutukan Keluarga: Sang Ratu Ular
Khairun Nisa
Flash
Bronze
Ayah yang Aneh
Khairun Nisa
Novel
RICK: KETIKA MONSTER MEMILIKI CINTA
Khairun Nisa
Flash
Bronze
THE NIGHTMARE
Khairun Nisa
Flash
Bronze
Tabiat
Khairun Nisa
Novel
Dormitory Tales : A Love Story
Khairun Nisa
Flash
Bronze
THANK YOU FOR YOUR LOVE
Khairun Nisa
Flash
Bronze
Nenek Tua Mengerikan
Khairun Nisa
Flash
Bronze
Jangan Lihat Ke Belakang
Khairun Nisa
Cerpen
Gelas Ajaib
Khairun Nisa