Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Tukang Pos Terakhir
0
Suka
1,291
Dibaca

Bab 1: Surat Tanpa Pengirim

Hujan rintik-rintik di sore hari seringkali membawa ketenangan, tapi tidak bagi Rina. Gadis SMA itu baru saja pulang dan menemukan sesuatu yang janggal di kotak surat. Sebuah amplop putih polos tanpa nama pengirim, hanya bertuliskan satu baris singkat: “13 Juni 2025”. Tanggal itu, tepat seminggu dari sekarang. Ia menduga ini hanya iseng, mungkin dari teman-temannya yang suka mengerjai. Tapi saat ia membalik amplop itu, hidungnya menangkap bau aneh, seperti tanah basah sehabis hujan lebat. Dan di sudutnya, samar terlihat bercak kemerahan yang kering, mirip noda darah. Sebuah gurauan yang aneh, pikirnya, tapi tetap saja, ada rasa tak nyaman yang menyusup.

Rina mencoba mengabaikannya, meletakkan surat itu di meja belajarnya. Namun, pandangannya terus-menerus kembali ke amplop itu. Kenapa bau tanah? Dan noda darah itu… itu bukan noda cat atau lumpur. Terlalu gelap, terlalu kental. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanya imajinasinya yang berlebihan, dampak dari film horor yang ditontonnya semalam. Tapi bayangan tangan tak terlihat yang meletakkan surat itu di kotak posnya terus menghantuinya.

Malam harinya, Rina tak bisa tidur. Angin berdesir di luar jendela, dan setiap bayangan di kamarnya terasa bergerak. Ia bangkit, melongok keluar. Di ujung jalan, di bawah sorot lampu jalan yang redup, berdiri siluet seseorang. Sosok itu tinggi dan kurus, mengenakan topi bundar, persis seperti tukang pos. Tapi kenapa dia berdiri diam di sana, tak bergerak sedikit pun, padahal hari sudah larut? Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Rina mengamati lebih dekat, jantungnya berdegup kencang. Sosok itu benar-benar tak bergeming, mematung seperti patung, menghadap lurus ke arah rumahnya. Kengerian merayapi Rina. Ia bergidik dan buru-buru menutup gorden, menarik napas dalam-dalam. Perasaannya semakin tidak enak, dan ia mulai menyesal telah mengambil surat itu.

Tanggal 13 Juni tiba dengan mendung tebal dan suasana yang mencekam. Sejak pagi, Rina sudah merasa gelisah. Setiap dering telepon membuatnya terlonjak, setiap bayangan yang melintas di jendela membuat matanya memicing. Sorenya, hujan lebat disertai petir mulai mengguyur Kota Makassar. Rina yang terjebak di luar saat pulang sekolah, memutuskan untuk berteduh di bawah pohon besar di pinggir jalan. Sebuah kesalahan fatal. Petir menyambar pohon itu dengan kekuatan memekakkan telinga. Rina tewas seketika, tubuhnya hangus tak berbentuk, ponsel di genggamannya ikut meleleh.

Kamera CCTV tetangga merekam semuanya. Samar terlihat, setelah petir menyambar dan kepanikan mulai muncul di jalan, sosok tukang pos misterius itu berjalan perlahan menjauh dari lokasi kejadian, seolah tak peduli dengan kekacauan yang baru saja terjadi. Langkahnya pelan, mantap, dan teratur, tidak seperti orang yang terburu-buru atau terkejut. Polisi datang, menganggap kematian Rina sebagai kecelakaan biasa, musibah akibat petir...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Yang Selalu Menggangguku
safii bhendol
Flash
Wajah-wajah Sang Aktor
Ravistara
Cerpen
Bronze
Penyelamat Yang Terlupakan
Yona Elia Pratiwi
Novel
Bronze
DAYU 1983
Nuraini Mastura
Skrip Film
WARALIT
Nia
Flash
Bronze
Janin
Bakasai
Novel
Gold
Fantasteen Ghost`s Whisper
Mizan Publishing
Novel
Bronze
SELAMAT MALAM, KANIA
Rosi Ochiemuh
Cerpen
Bronze
Mereka yang Masih di Dalam
Jasma Ryadi
Novel
TAKKUT
zainab najmia
Cerpen
Penukar Raga
Eve Shi
Cerpen
Bronze
KUTUKAN
Refy
Cerpen
Detak Terbalik Tragedi Jam Antik
muhamad jumari
Novel
Elijah, 1988
kaia sen
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ujung Koridor
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retha
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Kota Fajar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sang Kolektor Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kata Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Guru BU Ratmi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pusaka Naga Hitam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Sudut Mata
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Hitam Di Jendela
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Atau Dia
Christian Shonda Benyamin