Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dua orang insan yang saling mencintai karena Tuhan, yakni bernama Sari dan Hiri.
Sari berjumpa dengan Hiri di salah satu sosial media, mereka berdua saling berkenalan satu sama lain.
Sari dan Hiri saling bertukar pesan, sehingga muncul sebuah perasaan kagum di dalam diri mereka masing-masing.
Pernah suatu ketika Hiri mengajak Sari bertatap muka melalui video call.
Di dalam sebuah pesan, Hiri meminta izin kepada Sari untuk melakukan video call dengan tujuan untuk melihat satu sama lain.
"Sari ... Apakah kamu ingin melihatku?" tanya Hiri, singkatnya.
"Iya aku ingin melihatmu," respon Sari.
"Baiklah ... Bisakah kita terhubung melalui video call?" pintanya.
"Silakan saja," respon Sari kembali.
Di saat itu Hiri menghubungi Sari melalui panggilan video call, dengan perasaan gemetaran Sari mengangkat panggilan dari Hiri.
Kemudian Hiri menatap ke arah Sari dengan tatapan penuh cinta dan bahagia, Hiri menebarkan senyumannya kepada Sari. Ketika Sari hendak melihat tatapan dan senyuman Hiri, ia merasa sangat malu-malu yang kemudian mengakhiri panggilan tersebut.
"Masyaa Allah ... Ya Tuhan dia sangat manis sekali ... Aku tidak kuat melihat senyumannya dan baru pertama kali aku memandang serta menatap lelaki yaitu hanya menatap dirinya di dalam hidupku," gumam Sari dalam hati.
Hiri mengirimkan sebuah pesan kepada Sari serta bertanya, "Kenapa kamu matikan? Apakah kamu tidak ingin melihat saya?"
"Tidak ... Tidak seperti itu aku mengakhiri panggilan darimu karena aku malu dan saat ini baru pertama kali aku menatap seorang lelaki yaitu kamu ... Sebelumnya aku tidak berani menatap pria sekalipun di sini," respon Sari.
Hiri menjawab, "Masyaa Allah aku sangat menyukai wanita pemalu ... Tetapi kamu tidak usah malu-malu kepadaku."
Sari meminta maaf kepada Hiri serta menjelaskan secara detail, dan Hiri memaklumi penjelasan dari Sari serta tidak mempermasalahkannya.
Semakin hari, Hiri dan Sari semakin dekat. Hiri mempunyai rencana untuk menikahi Sari.
"Saya berjanji padamu ... Saya akan menikahimu tahun depan dan mendatangi rumahmu untuk bertemu dengan orang tua serta meminta restu darinya," kata Hiri melalui sebuah pesan.
"Semoga Tuhan mempermudahkan niatmu untuk diriku ... Semoga Tuhan meridhoimu," respon Sari.
Mereka berdua saling mendoakan dan menjaga satu sama lain, jarak yang memisahkan tak akan gentar dalam sebuah niat karena Tuhan.
Hiri bekerja demi kebutuhannya di rumah, sekaligus mengumpulkan uang untuk menikahi Sari.
Berbulan-bulan, Hiri sangat tekun bekerja. Hiri memberitahu Sari, bahwa dirinya sudah memiliki uang yang cukup bahkan lebih dari perkiraan untuk melamar Sari.
Hiri menghubungi Sari melalui panggilan telepon. Di saat itu, Sari sedang berkumpul dengan keluarga besarnya. Tiba-tiba saja handphone miliknya berdering, Sari mengangkat panggilan telepon dari Hiri.
"Halo ... Aku ingin memberitahumu sesuatu," ucap Hiri.
Sari menjawab, "Katakan saja."
"Alhamdulillah ... Hasil dari kerja kerasku selama ini tidak sia-sia bahkan aku mengumpulkan sebagian uangnya untuk menikah denganmu ... Berkat doamu juga Tuhan mempermudahkan segala urusanku," ungkap Hiri.
Sari merasa sangat senang dan bahagia, bahwa Hiri sudah mendapatkan uang sebanyak yang ia harapkan. Tetapi Sari sangat khawatir dengan janji Hiri.
Hiri mengetahui kekhawatiran Sari, tanpa di beritahu olehnya.
"Kamu tidak usah khawatir ... Aku akan menepati janjiku padamu dan sekarang sudah pergantian tahun ... Aku akan menemuimu dan datang kepadamu di bulan ketiga aku berharap kamu menjaga dirimu baik-baik hanya untukku ... Aku akan menikahimu dan aku melakukan ini semata-mata karena Tuhan ... Beribadah bersamamu bahkan dalam menuju kebahagiaan yang abadi di surga kelak," pinta Hiri.
Sari menjawab, "Oke ... Aku akan menunggumu dan senantiasa mendoakanmu."
Hiri sangat sibuk dalam pekerjaannya, akan tetapi dia tidak lupa memberikan kabar kepada Sari.
Sari sangat senang ketika menemukan sosok pria yang ia idamkan dari dahulu.
Setelah sesampainya bulan ketiga, Hiri memberitahu Sari bahwa dirinya akan menemui Sari sekaligus ingin bertemu dengan kedua orang tua Sari.
Sari mempersilakan Hiri untuk datang menemuinya, bahkan Sari tak lupa memberitahu kepada orang tuanya bahwa ada pria yang ingin datang ke rumah.
"Ayah ... Nanti ada seorang lelaki yang akan datang ke rumah ingin bertemu dengan Ayah dan Ibu," ungkap Sari.
"Siapa lelakinya? Dari mana asalnya? Dan ada keperluan apa datang ke rumah?" tanya Ayah.
Sari menjawab, "Lelaki yang akan datang ke sini bernama Hiri ... Dia berasal dari Maroko tetapi bisa berbahasa Indonesia ... Dia berniat untuk meminta restu ... Apakah boleh Ayah?"
"Tentu saja boleh dan silakan saja kalau ingin ke rumah," ujar Ibu.
Sari merasa sangat senang dan bahagia, dan Sari memberitahukan kepada Ayah dan Ibunya agar menunggu kedatangan Hiri.
Sari dan kedua orang tuanya menunggu kedatangan Hiri, seharian mereka menunggunya. Tetapi belum kunjung datang ke rumah, Sari menyarankan agar menunggunya di lanjutkan sampai esok hari.
Keesokan harinya, sekitar jam satu siang ketika Sari sedang duduk bersama Ibunya. Tiba-tiba saja ada ketukan pintu dari luar, kemudian Sari membukanya.
Ketika pintu telah di buka, Sari melihat sosok lelaki berparas tampan seperti orang bule sungguhan. Sari melihat lelaki itu bersama seorang lelaki yang terlihat sudah tua bersama ke dua sosok perempuan yang mendampanginya.
Dengan bahasa tertatih-tatih lelaki itu bertanya, "Apakah ini tempat tinggal Sari?"
"Benar ... Dengan saya sendiri dan kamu siapa?" tanya Sari, keheranan.
"Oh kamu Sari? Ini saya Hiri dan ini Ayah saya serta ke dua perempuan ini adalah saudari saya," ungkapnya.
"Apa? Kamu Hiri?" tanya Sari, memastikan.
Hiri menjawab, "Iya ... Saya ingin menepati janji saya padamu hari ini dan maaf jika kamu menunggu lama."
Seketika Sari menundukkan pandangannya, kemudian memanggil kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Sari langsung menemui Hiri, dan mempersilakan Hiri beserta orang tua dan saudarinya masuk ke dalam rumah.
Di saat itu Hiri, meminta restu kepada orang tua Sari. Mereka berbincang-bincang cukup lama.
Kedua orang tua Sari menyerahkan keputusan itu kepada Sari seraya berkata, "Apakah kamu terima atau tolak?"
Sari menjawab, "Saya menerima Hiri."
Di saat itu, Hiri langsung sujud syukur dan mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan.
Hiri dan Ayahnya berbincang sejenak menggunakan bahasa arab, kemudian Hiri mengobrol kembali dengan orang tua Sari.
"Saya akan menikahi Sari secepatnya dan saya memohon izin agar ketika Sari sudah resmi menjadi istri saya ... Saya ingin membawa Sari untuk tinggal di Amerika karena ada pekerjaan saya di sana," pinta Hiri.
Kedua orang tua Sari sangat berat, tetapi Sari selalu membujuknya agar mereka tetap yakin kepada keputusan Hiri.
Setelah berpikir cukup lama, kedua orang tua Sari mengizinkannya.
Hiri dan keluarganya menetap sementara di Indonesia, mereka tinggal di salah satu apartment.
Hiri memberikan Sari modal untuk memesan baju pengantin dan makeup rias. Uang yang Hiri berikan kepada Sari, sudah di tukarkan menjadi rupiah setelah ia sampai di Indonesia.
Sari memesan perlengkapan baju pengantin dan booking perias pengantin yang bagus dan sesuai untuk dirinya.
Bahkan Hiri memberikan tambahan untuk semua dekorasi pernikahan. Sari melaksanakan amanah yang telah di berikan oleh Hiri.
Sedangkan Hiri sibuk membeli seserahan dan perlengkapan mahar untuk Sari. Hiri mengabarkan seluruh keluarga besarnya agar datang ke Indonesia untuk menghadiri acara pernikahannya.
Mereka berdua sibuk masing-masing, akan tetapi tidak lupa saling menghubungi dan memberikan kabar satu sama lain.
Berhari-hari, Sari sibuk mengurusi semuanya bersama keluarga besarnya.
Sesampainya menjelang pernikahan, Sari menghubungi Hiri agar datang di saat itu juga.
Hiri berangkat membawa seserahan dan beberapa mahar bersama seluruh keluarga besarnya, mengunjungi Sari.
Setelah sampai, Hiri terkejut karena sangat banyak dan ramai orang yang berdatangan. Hiri di sambut oleh pembaca acara pesta pernikahan, di saat itu Sari dan Hiri duduk berdua di kursi pelaminan.
Banyak tamu berdatangan, Hiri dan Sari melakukan foto prewedding. Setelah itu, Hiri melaksanakan ijab kabul di depan penghulu dan di saksikan oleh seluruh tamu undangan dan keluarga besar mereka berdua.
Ijab kabul berjalan dengan lancar, Hiri dan Sari sudah sah menjadi pasangan suami istri. Semua berjalan dengan baik, pesta pernikahan di lakukan selama tiga hari.
Setelah selesai, Sari dan Hiri membuat persyaratan nikah. Akan tetapi, Hiri harus membuat syarat-syarat yang cukup rumit karena menikah beda negara.
Sari selalu memberikan semangat dan membantu Hiri untuk membuat persyaratan tersebut. Hiri merasa tenang dan damai bersama Sari, mereka berdua melakukan persyaratan pernikahan di depan pengadilan agama dan negara.
Agar pernikahan mereka sah secara hukum islam dan negara. Sari senantiasa mendampingi Hiri, semuanya berjalan dengan sangat lancar.
Di saat itu, Hiri menghadap kepada orang tua Sari dan meminta izin untuk membawa Sari tinggal bersama dengannya di Amerika.
Dengan berat hati kedua orang tua Sari mengizinkan seraya berpinta, "Aku mengizinkan putriku untuk tinggal bersama denganmu tetapi kamu harus menjaga dirinya dengan baik dan jangan sampai melukai hatinya ataupun membuat putriku menangis."
Hiri berkata, "Aku akan menjaga amanah dari kalian."
Hiri dan Sari bersiap-siap dengan membawa baju mereka masing-masing, dan berpamitan kepada orang tua Sari.
Sebelum pergi, Sari memeluk erat kedua orang tuanya dan menangis.
Setelah itu Sari beranjak pergi bersama Hiri dengan keluarga besarnya Hiri menuju ke bandara. Sesampainya di bandara, Hiri menukarkan uang terlebih dahulu, setelah itu menunggu panggilan untuk masuk ke dalam pesawat.
Ketika menunggu berjam-jam, Sari dan Hiri beserta keluarga besarnya memasuki sebuah pesawat. Kemudian terbang menuju Amerika. Di perjalanan, Sari tampak bersedih.
Hiri yang mengetahui hal itu, menghibur Sari dan menenangkan hatinya serta meyakinkan agar tidak bersedih lagi.
Sari tersenyum ketika menatap suaminya itu, kemudian ia bersandar di pundak Hiri yang kini sudah menjadi suaminya.
Selama beberapa jam terbang, akhirnya mereka sampai di tujuan. Hiri mengajak Sari beserta keluarga besarnya ke tempat tinggalnya yang berada di kota New York.
Ayah dan saudarinya Hiri, tinggal di rumah saudaranya yang lain. Sedangkan Hiri dan Sari tinggal di rumah milik Hiri sendiri.
Hiri dan Sari tinggal berdua, dan mereka melaksanakan layaknya suami istri. Di saat itu, Sari dan Hiri tak lupa melaksanakan ibadah bersama di rumah termasuk solat dan membaca kitab suci alquran berdua.
Sangat indah rumah tangga yang di jalani oleh Hiri dan Sari, setiap hari mereka sangat bahagia.
Sampai bertahun-tahun hingga beranjak puluhan tahun, Hiri tak pernah melirik wanita lain bahkan setia kepada Sari.
Mereka berdua melaksanakan ibadah bersama, tujuan Hiri untuk menggapai kebahagiaan abadi bersama Sari di akhirat kelak.
Bahkan Sari mempunyai anak, ia mendidik anaknya dengan ilmu agama bahkan memberikan contoh yang baik.
Kehidupan Hiri dan Sari sangat bahagia, sampai akhir hayatnya.
Hasil dari kesabaran Sari tidak sia-sia. Sampai pada akhirnya ia menikah dengan sosok lelaki yang tepat bahkan yang dirinya idam-idamkan dahulu.