Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Tuan Pembawa Luka
3
Suka
1,186
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku seorang cewek berwajah jutek, dan super friendly ke semua orang, tapi dikenal susah didekati cowok. Menurut teman- temanku. Dalam hembusan angin malam yang lembut, di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, hatiku bergejolak dengan perasaan galau yang tidak biasanya. Mengingat pertemuanku dengan seorang cowok di sebuah cafe yang terletak di sudut Jakarta Selatan, siapa sangka menjadi momen yang paling aku sesali, bahkan tidak mau terulang lagi. 

Pertemuan yang awalnya tidak disengaja, berujung menjadi pertemuan yang sangat mengecewakan hatiku. Saat aku dan teman-temanku sedang hangout di kafe langganan kami untuk ngopi santai, Naswa, temanku, datang bersama beberapa teman cowok yang belum pernah aku temui. Cowok itu bernama Alby dan Dani. Naswa langsung memperkenalkan mereka kepada kita semua. Aku yang dikenal susah jatuh cinta ini, sama sekali nggak ada niatan buat deket apalagi naksir sama Alby atau Dani. 

Ternyata sosokku yang super friendly ini menarik perhatian Alby. Dengan sotoy dan percaya diri, Alby langsung menyapaku dan meminta akun media sosialku. "Eh, boleh minta akun Instagrammu ga?" tanya Alby sambil ngasih ponselnya ke aku. Aku pun sedikit kaget tapi mencoba bersikap biasa aja sambil mengambil ponsel Alby. Setelah dapet akun instagramku, Alby mencoba membuka obrolan dengan berbasa basi ke aku. 

"Kamu nanti pulang sama siapa?" tanya Alby. 

"Aku pulang sama temenku," jawabku singkat dengan ekspresi wajah yang biasa aja. 

"Naik apa kalian? Btw salam kenal ya." Sambil senyum-senyum tebar pesona, Hehe. 

"Aku naik motor." Jawabku dengan nada biasa dan tatapan datar. 

Seiring berjalannya waktu, kita banyak ngobrol random dan tertawa bersama dengan iringan backsound live music di kafe tersebut. Terlalu menikmati suasana sampai aku ga sadar kalau waktu udah tengah malam, akhirnya aku mengajak teman-temanku untuk pulang. "Udah jam 12 nih, pulang yuk besok aku kerja pagi," ujarku kepada semua teman-temanku. 

"Yaudah yuk, aku juga kerja pagi besok, takut kesiangan nih," ucap Naswa. Teman-teman lainnya juga segera bergegas untuk pulang. Sebelum bubar, seperti biasa, kami menyempatkan diri untuk foto bersama. Setelah sesi foto, kami saling berpamitan, termasuk Alby yang tak melewatkan kesempatan untuk mendekati aku. 

"Hati-hati di jalan ya, hehe see you next time," ucap Alby sambil senyum-senyum ke aku. "Woyy, modus aja kamu sama temenku haha, gamungkin bisa kamu baperin dia," ucap Naswa kepada Alby dengan sedikit mengejek. Sebenernya Alby ini tipikal cowok yang dingin, apalagi sama orang yang baru dikenal. 

Keesokan harinya, aku memposting sebuah story di Instagram berupa "quotes of the day". Story tersebut menjadi kesempatan Alby untuk bisa memulai percakapan denganku. Percakapan via pesan Instagram pun menjadi rutinitas harian kami, hingga akhirnya kami beralih ke pesan WhatsApp. Di sana, Alby mulai mengajak aku untuk ngedate berdua, ya PDKT lah kalau kata orang. Awalnya, aku selalu menolak ajakan Alby untuk bertemu dan jalan berdua. Namun, Alby yang gigih tidak pernah menyerah dan selalu mengajak aku ketemu dan jalan. Akhirnya, usaha keras Alby membuahkan hasil, dan aku pun luluh, setuju untuk bertemu berdua dengan Alby. 

Alby memutuskan untuk menjemput aku ke rumah. Meskipun jarak antara rumah kami cukup jauh, hal ini tidak menghalangi tekad Alby yang ingin mendekatiku. Dalam kencan pertama kami, Alby mengajak aku ke sebuah kedai roti di Jakarta Selatan. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kedai sederhana tersebut. Kedai dengan bangunan sederhana yang bernuansa vintage. Alby dengan antusias memesan menu favoritnya untuk dinikmati bersamaku. Ternyata Alby cukup sering mengunjungi kedai tersebut, karena rotinya yang lembut dan enak.

Sambil menunggu pesanan, kami terlibat dalam obrolan santai dan bercanda tentang berbagai hal. Alby bahkan menunjukkan beberapa trik sulap menggunakan sebuah kartu uno dan kertas struk kepadaku. Aksi spontan Alby berhasil membuatku yang biasanya cuek, kini tertawa dan merasa terhibur dengan tingkah laku randomnya. Seharian sudah kami menghabiskan waktu bersama, sehingga membuat hubungan kami semakin dekat. Seiring berjalannya waktu, kami saling mengenal satu sama lain.

Hari demi hari, obrolan kami tidak lagi hanya lewat sosial media. Kami mulai mencoba berbagai aktivitas bersama seperti jogging malam, mengunjungi pameran seni, atau sekadar duduk menikmati kopi di kedai favorit. Setiap momen kecil ini semakin mempererat hubungan kami. Suaranya, senyumnya, segala hal tentang dirinya mampu membuatku jatuh cinta.

Malam itu, kami memutuskan untuk jogging di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan. Lampu-lampu stadion memancarkan cahaya lembut, menciptakan suasana romantis di tengah keramaian orang- orang. Kami berlari dengan beriringan, sesekali bercanda dan tertawa. Napas kami terengah-engah, namun ada kebahagiaan yang kurasakan, bahkan tidak bisa dijelaskan. 

“Ini malam yang indah,” kataku sambil menatapnya. Diapun tersenyum.

“Selalu indah jika bersamamu,” jawabnya dengan suara yang lembut. Detak jantungku berdegup lebih cepat, serasa ingin berjoget hatiku.

Kami duduk dipinggiran, berbicara tentang impian dan harapan. Obrolan kami terasa begitu dalam dan menghubungkan jiwa kami. Setiap kata yang diucapkannya seakan mengisi kekosongan dalam diriku, dan aku merasa tak ingin momen ini berakhir.

Hari-haripun berlalu, kita terus mengeksplorasi berbagai kegiatan bersama. Mengunjungi pameran seni lokal, dimana kita berdua terpesona oleh karya indah yang menggambarkan berbagai emosi dan cerita. Ketika berdiri di depan sebuah lukisan abstrak yang penuh warna, dia meraih tanganku dan berkata, “Lukisan ini mengingatkanku padamu. Penuh warna dan penuh kejutan.” Ucapnya yang mampu membuat hatiku lagi- lagi bergejolak.

Aku tersenyum, merasa tersanjung. “Kau benar-benar tahu cara membuatku merasa senang dan istimewa Alby", kataku dalam hati.

Kita sering menghabiskan waktu di cafe favorite, sambil menikmati segelas kopi, dan alunan live music menciptakan suasana yang sempurna. Setiap tegukan americano terasa lebih nikmat saat dinikmati bersamanya. Kita berbicara banyak hal random, dari topik ringan hingga diskusi serius yang mempererat hubungan kita. Seketika saat itu, Alby menggenggam tanganku dan berkata, “Aku tahu ini mungkin terdengar cepat, tapi aku merasa sangat nyaman denganmu. Setiap momen bersamamu begitu berharga.” Lagi- lagi dia berhasil membuatku si cewek cuek ini merasakan baper.

Aku menatapnya dengan keseriusan. “Aku merasakan hal yang sama, dan kamu telah menjadi bagian penting dalam hidupku.” Kataku dalam hati.

Suatu hari, Alby mengajakku untuk ikut hangout bersama teman- temannya, di cafe tempat biasa mereka hangout. Awalnya aku menolak, tetapi dia terus membujukku untuk ikut menemaninya. Setibanya kita di cafe, Alby memperkenalkanku kepada teman- temannya, disana ada Dani, Arjuna dan Bisma. 

"Pacarnya Alby?" Tanya Bisma padaku sambil meledek Alby. "Kepo banget sih." Jawab Alby sambil tersenyum ,akupun hanya diam dan tersenyum malu. Disana, Alby selalu memberikan perhatin- perhatian kecil seperti biasanya. Sehingga membuatku tersadar bahwa perasaanku terhadap Alby mulai berubah. Tidak lagi sekadar teman atau kenalan, tetapi seseorang yang mulai aku sayangi.

Seminggu kemudian, salah satu temannya Dani, tiba- tiba menghubungiku melalui pesan Instagram. Dani memberitahuku bahwa sebenarnya Alby memiliki seorang kekasih yang berada di luar pulau. Bisa dibilang Alby memiliki hubungan Long Distance Relationship (LDR) dengan kekasihnya. Dani memberitahuku sebuah akun Instagram yang ternyata milik kekasihnya Alby.

“Maria, sorry ganggu nih.”

“Iya, ada apa Dan?

“Aku Cuma mau kasih tau sesuatu ke kamu, sebenernya aku kasian liat kamu terus- terusan dibaperin Alby.”

“Loh, meksudnya dibaperin gimana Dan? Apa ada sesuatu?”

"Sebenernya Alby itu sudah punya kekasih yang berada di luar pulau, mereka LDR. Bahkan kudengar sepertinya dalam waktu dekat ini Alby bersama orang tuanya akan melakukan lamaran. Aku juga gatau alasan Alby mendekatimu untuk apa. Sebaiknya kamu tanyakan langsung padanya agar semua jelas Mar."

Aku terdiam sejenak dengan otak yang penuh dengan pertanyaan.

"Apa? Tidak mungkin. Alby bilang sendiri bahwa dia tidak memiliki kekasih. Apa Alby sedang mempermainkanku?" ucapku dalam hati dengan pikiran yang penuh pertanyaan. 

Aku merasa syok dan hatiku terasa seperti hancur sehanur- hancurnya. Aku masih denial dengan kenyataan ini, aku sudah terlanjur jatuh dalam perasaan ini. Aku menyayanginya, tapi aku juga tidak mungkin untuk melanjutkan kisah ini. Kisah yang belum sempat kita mulai, dan ternyata harus berakhir tanpa kesempatan. Saat itu, aku langsung menghubungi dan bertanya tentang hal itu kepada Alby melalui pesan WhatsApp.

"Alby, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Tolong kamu jawab jujur."

"Ada apa Maria sayang?"

"Apakah benar kamu sudah memiliki kekasih? dan apakah benar kamu akan menikah?"

"Hhm, kamu mengetahui itu dari mana? Tapi, sebelumnya aku minta maaf untuk hal itu, aku akui kalo aku cowok brengsek. Jawaban dari semua pertanyaanmu itu benar."

"Apa? maksud kamu apa mendekatiku dan membuat diriku baper? sudah sejauh ini kamu membawaku, jelaskan padaku by."

"Maaf Maria, aku tidak bisa menjelaskan apapun lagi padamu. Sekali lagi aku minta maaf. Mulai saat ini dan seterusnya, lebih baik kita tidak saling komunikasi lagi dan semoga kamu bisa bertemu dengan cowok yang lebih baik lagi, bukan yang buruk sepertiku."

"Kamu jahat Alby, kamu pembohong, kamu brengsek, aku benci sama kamu."

Dengan perasaan emosi dan kecewa, air mataku akhirnya jatuh membasahi seluruh pipiku. Aku menangis sejadi- jadinya membayangkan betapa tega dan jahatnya Alby kepadanya. Mengapa dengan mudahnya dia mengakhiri semua ini tanpa meperdulikan perasaanku.

Sejak kejadian itu, aku tidak ingin lagi bertemu dengannya. Meskipun diriku sangat amat merindukannya, tetapi rasa sakit dan kecewa yang aku terima tidak bisa lagi aku kendalikan. Seterusnya kami tidak lagi saling menghubungi, juga tidak saling memblokir. Membuatku merasa selalu ingin menghubunginya duluan, tapi semua kurasa akan percuma.

Dari pertemuan yang tak terduga itu, siapa sangka bahwa Alby akan menjadi seseorang yang sangat aku benci dalam hidupku, bahkan melebihi kebencianku pada mantan kekasihku.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Love Apps
san hanna
Cerpen
Tuan Pembawa Luka
A I K O
Novel
AKU KAMU BEDA YANG SAMA
Oktaviona Bunga Asmara
Novel
Bronze
H S R
Hitam dan Biru
Novel
SUNRISE
Kala Hujan
Flash
Bronze
Persahabatan atau Cinta
Ika nurpitasari
Cerpen
Cinta Kenapa Salah ???
Adelani Puput Ayuningtyas
Novel
Bronze
Di Balik Satir Cinta
Imajinasiku
Skrip Film
abc
John Doe
Novel
Bronze
Sofia
silvi budiyanti
Skrip Film
Penantian dalam angan dan harapan
Ihsanul Essel Rusmiland
Flash
Bronze
Warung Tetangga Bangkrut
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Sendiri itu menyakitkan
sufri
Skrip Film
DARING (Script)
Siti Sarah Madani
Flash
Sehari Empat Ribu
Martha Z. ElKutuby
Rekomendasi
Cerpen
Tuan Pembawa Luka
A I K O
Flash
Pelukan Ibu dalam Mimpi
A I K O
Novel
Perasaanku Belum Usai
A I K O