Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Rino termenung menatap ke luar jendela dari dalam kamarnya. Sementara itu, ibu dan adik perempuannya sedang memasak di dapur. Tiba – tiba, terdengar teriakan dan tangisan Rino dari dalam kamar. Ibu dan adik Rino menghampiri lelaki itu dengan terburu – buru menerobos masuk ke dalam kamar. Di luar rumah, seorang karyawan laundry ikut mendengar teriakan Rino yang cukup keras. Karyawan laundry yang sedang mengantar pakaian pun bertanya tentang keadaan Rino yang merupakan pemilik usaha laundry. Karena Rino masih belum sembuh, ia menyarankan Adik Rino untuk membawa kakaknya ke rumah sakit jiwa. Adik Rino hanya mampu meminta maaf karena Rino yang belum bisa kembali menghandle usaha laundrynya.
Ibu Rino memeluk anaknya yang masih menangis itu sambil membujuk dengan kata – kata lembut. Rino kemudian berbaring hendak tidur dengan ibu yang mengusap – usap kepalanya. Adik Rino berdiri di ambang pintu memperhatikan Rino yang menutup matanya perlahan. Sang ibu perlahan – lahan bangkit dari kasur, meninggalkan Rino yang terlihat lelap. Adiknya pun berjalan menuju pintu setelah menutup jendela dan gorden agar Rino tidur dengan tenang. Pintu pun ditutup dengan rapat.
***
Dalam pikirannya, Rino mengulang kembali ingatannya pada hari naas itu. Rino mandi dengan cepat dan berdandan rapi hingga menyemprotkan parfum cukup banyak ke pakaiannya. Ibu dan adiknya bahkan mabuk oleh aroma parfum saat Rino keluar kamar. Namun, Rino dengan percaya diri keluar rumah dan menyalakan motornya. Sambil memanaskan mesin motor, Rino mengirimkan chat kepada pacarnya kalau ia akan segera menjemput pacarnya itu.
Rino sampai di dekat kampus pacarnya dan parkir di pinggir jalan. Ia berkaca dan merapikan rambut juga pakaiannya. Ia bahkan memeriksa gigi dan telinganya. Rino lalu mengambil handphonenya dan melihat jam. Ada pesan dari pacarnya yang memberitahukan kalau sang pacar, Ulfa, masih ada jam perkuliahan. Rino membalas kalau ia tidak keberatan menunggu. Dan Rino pun melipir ke warung untuk membeli rokok dan minuman. Rino lalu duduk di motornya dan minum. Saat hendak merokok, Rino teringat kalau Ulfa tidak suka mencium bau asap rokok dan meminta Rino tidak merokok saat sedang bersamanya. Lalu Rino pun tersenyum kecil dan menyimpan rokoknya di dashboard motor.
Rino melihat – lihat cincin pernikahan di marketplace. Sambil membayangkan dengan senyum saat – saat ia melamar Ulfa untuk menjadi istrinya.
“Ulfa Uswatun Hasanah binti Mahmud Zainuddin, aku lamar engkau dengan setangkai bunga mawar yang kubawa ini dan sebuah cincin yang cantik seperti wajahmu.”
Ulfa tertawa sambil mengatupkan jemarinya ke bibir mendengar rayuan gombal pacarnya. Ia berusaha menutupi perasaan terharu di wajahnya. Dipandanginya wajah Rino yang tersenyum manis dengan percaya diri namun juga tampak gugup. Rino menunggu jawaban Ulfa dengan tidak sabaran.
“Jangan tertawa dong Cintaku. Aku menunggu jawabanmu nih.” Rino berlagak ngambek. Ulfa menjawab lamaran Rino dengan anggukan mantap. Rino lalu berteriak kegirangan sembari mengucap syukur. Mereka tersenyum bahagia dengan air mata haru mengalir di pipi mereka.
Ulfa dengan senang hati menerima lamaran Rino, namun ia ingin tetap lanjut kuliah dan Rino pun mendukung. Ibu dan adik Rino pun senang mendengar Rino akan menikah dengan Ulfa. Dengan usaha laundry kecil – kecilan miliknya dan tabungan hasil kerjanya dulu, Rino yakin ia bisa membangun rumah tangga bersama Ulfa.
***
Rino tersenyum bahagia saat melihat cincin yang akan dibelinya di toko emas namun sudah mengecek perkiraan harganya di marketplace. Saat itu, Ulfa pun keluar kampus dan berjalan hendak menghampiri Rino dengan senyum cerianya. Rino buru – buru menyimpan Handphonenya di kantong celana lalu berdiri di dekat motornya sambil tersenyum malu – malu pada Ulfa. Ulfa berbelok ke warung di dekat gang dan memberi kode pada Rino untuk menunggu sebentar. Ulfa membeli jajanan ringan dan minuman kesukaannya lalu melambai – lambaikannya pada Rino yang tersenyum padanya. Rino pun melambaikan minuman yang tadi telah dibelinya dan memberitahukan pada Ulfa lewat chat. Ulfa membalas kalau ia ingin membeli stok untuk nanti mereka jalan – jalan. Saat Ulfa berjalan menuju Rino, sebuah motor dengan kecepatan tinggi dari dalam gang menabrak Ulfa dari belakang.
***
Rino terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekelilingnya di mana kamarnya cukup gelap dan pintu kamarnya telah tertutup. Hanya ada Rino sendiri di dalam kamar itu. Rino berbaring telentang lalu menutup matanya kembali.
***
Ulfa membuka jajanan ringan dan membaginya pada Rino. Mereka makan jajanan sambil mengobrol di pinggir jalan dekat kampus. Ulfa masih ada kelas perkuliahan dan tugas kelompok sehingga hanya bisa menemui Rino sebentar saja. Rino tidak keberatan Ulfa hanya bisa sebentar menemuinya dan ia hanya mengantarkan makanan untuk Ulfa yang sedang sibuk belajar. Rino lalu menyalakan motornya karena hendak kembali ke laundrynya. Saat Rino mengendarai motornya itu, Rino termenung sejenak, dalam pikirannya terbayang kilas balik saat Ulfa ditabrak dari belakang oleh pengendara motor lain hingga buku – buku, jajanan, dan minuman Ulfa berterbangan. Botol minuman terbanting ke aspal dan pecah hingga isinya tumpah ke mana – kemana.
***
Rino kembali terbangun dan berbaring menyamping. Ia berkeringat dan merasa sedikit sesak. Rino merenung sebentar menatap ke arah jendela yang tertutup dengan gorden yang menghalangi cahaya matahari masuk. Lalu ia pun menutup matanya kembali.
***
Rino melihat – lihat cincin di marketplace dan tersenyum saat menemukan cincin pernikahan yang menurutnya cocok lalu menekan tombol favorit pada produk tersebut. Ia melihat Ulfa yang tersenyum kepadanya dan sedang berjalan menghampirinya. Ulfa lalu berbelok ke warung di depan gang sempit dan membeli jajanan ringan kesukaannya. Ulfa melambai – lambaikan jajanan ringan itu ke arah Rino.
***
Ulfa dan Rino makan es krim di teras rumah. Mereka membicarakan tentang rencana pernikahan. Ulfa hanya ingin selamatan kecil – kecilan saja di rumah. Namun, Rino berjanji akan membuatkan Ulfa resepsi yang besar. Ulfa menolak dan tetap hanya ingin selamatan kecil – kecilan saja. Karena baginya, jika mereka punya cukup banyak uang untuk resepsi, lebih baik uang itu untuk ditabung sebagai dana darurat atau dibelanjakan untuk kebutuhan setelah pernikahan, daripada memilih untuk pesta besar – besaran.
Ulfa juga berjanji akan rajin memasak untuk Rino. Ia juga akan belajar parenting untuk persiapan menjadi ibu. Rino pun berjanji akan belajar cara menjadi ayah yang baik dan suami yang baik juga. Ibu dan adik Rino mendengarkan obrolan pasangan kekasih itu dari dapur sambil tersenyum. Ulfa kemudian mengeluh karena jajanannya telah habis. Dan Rino dengan siap sedia mengajak pacarnya itu kembali berbelanja.
***
Ulfa melambai – lambaikan jajanannya pada Rino dan Rino pun melambaikan minuman kesukaan Ulfa yang telah dibelinya dari seberang jalan. Ulfa pun selesai belanja lalu berjalan hendak menghampiri Rino ketika tiba – tiba ia ditabrak sebuah motor dengan kecepatan tinggi hingga terpental dan barang – barang yang dipegangnya berjatuhan. Rino terbelalak dan berteriak menghampiri Ulfa yang tertelungkup di pinggir jalan. Sedangkan pengendara motor yang menabrak Ulfa kabur begitu saja. Rino berteriak dan berlari secepat mungkin demi memeluk Ulfa yang tidak bernafas lagi.
***
Rino tersentak dari tidurnya dengan tubuh berkeringat, nafasnya terengah – engah dan matanya membelalak. Di dapur, ibu Rino masih lanjut memasak dan adiknya menemani sambil mengerjakan PR. Mereka mendengar teriakan keras Rino dari dalam kamar. Ibu Rino bergegas hendak menghampiri anak lelakinya itu dan menenangkannya, namun dicegah sang adik yang malah mengunci pintu kamar Rino dari luar.
Rino mengamuk dan membuat berantakan kasur juga seisi kamarnya sambil menangis meraung – raung. Ibu Rino pun menangis sambil bersandar pada pintu kamar. Sedangkan sang adik beranjak menutup pintu depan rapat – rapat sehingga suara Rino tidak terdengar keluar rumah. Ratapan seorang kekasih yang kehilangan terpendam dalam kamar impian.