Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Self Improvement
Trash Bag
3
Suka
23
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Pernahkah kamu mendengar tentang manusia berkepala kantong sampah? mungkin tidak pernah. Tapi di sini, aku adalah salah satu orang yang pernah mengalaminya, menjadi seorang kantong sampah. 

Ini adalah 

kisahku, Sagita Radahuwulan. 

*

*

*

Pagi itu di ruang apartemen yang sempit milik Sagita, hanya diisi oleh dengungan mesin cuci yang baru saja dinyalakan. 

Kamar apartemennya yang sempit hanya diterangi cahaya matahari pagi yang menerobos tirai tipis warna krem. Dindingnya polos, tak banyak hiasan kecuali kalender lama yang tak pernah diganti.

Sementara Sagita, wanita 21 tahun itu sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, suara desisan minyak di penggorengan, aroma rempah-rempah dan margarin menyatu menjadi satu. 

Sagita pun mulai melahap sarapannya, dan mencuci piringnya.  

Kegiatan sehari-hari yang membosankan bagi sebagian orang, tentu saja itu berlaku untuk Sagita yang merasa kekosongan setelah ia memutuskan untuk hidup seorang diri. 

Ia melirik mesin cucinya sejenak, berharap bisa membersihkan kepalanya yang sudah bau. 

Ia pun bangkit, mengeluarkan cucian dari mesin cuci dan menjemur, sebelum akhirnya ia meraih tas selempang hitamnya dan melangkah ke dunia luar. 

*

Dunia hari ini cerah, namun Sagita merasa hidupnya begitu flat, terutama saat seorang wanita seumuran bernama Fina tersenyum padanya, mengakui kehadirannya. Namun matanya terasa kosong saat menatapnya. 

"Kamu hampir terlambat lho," ujarnya. 

"Aku mencuci dulu," jawab Sagita setengah gusar. 

Fina terdiam sejenak, namun detik berikutnya diraihnya lengan Sagita erat, seperti meremas botol bekas. 

"Fina ...." 

"Ada apa? nanti kita terlambat loh, Kak Rhea juga udah dateng, masuk yuk." 

Sagita hanya bisa menurut, memasuki tempat kursus menjahit yang telah ia ikuti sejak dua minggu yang lalu. Meski hatinya terasa seperti benang kusut, terjerat dalam rutinitas yang entah arahnya kemana. 

Sementara Fina, wanita itu adalah teman satu SMP dengan Sagita. Tidak terlalu dekat, tetapi wanita itu selalu hadir hanya untuk memenuhi kantong kresek Sagita.

Di kelas menjahit, jarum-jarum menganga seperti mulut-mulut kecil. Mesin jahit satu per satu dinyalakan, belum sampai satu jam tetapi jari Sagita sudah berdarah, ikut terjahit oleh jarum saat sebuah plastik tidak sengaja jatuh dari kepalanya, seperti ingin ikut di jahit. 

Anehnya ia tidak bisa merasakan apapun, meskipun darah menetes dari jarinya. Hingga ia pun menoleh, menatap cermin yang sengaja dipasang kak Rhea- dan untuk yang pertama kalinya, Sagita melihat bayangan dirinya mulai berubah. Kantong kresek. Tali pengikat, persis seperti yang ibu pakai untuk membungkus sisa makanan busuk. 

*

Ini bukan kejadian pertamakalinya, saat shift siangnya dimulai selalu terdapat masalah, Sagita merasa tidak melakukan kesalahan, dia tidak mengerti mengapa harus dirinya.

Hanya berpaling sebentar untuk mengambil pesanan pelanggan, tetapi.

Suara pelanggan yang meninggi langsung masuk ke dalam kantong kresek, menggema seperti gonggongan anjing di lorong kosong. 

Setiap kata, setiap napas kasar bos-nya, membuat plastik itu bergetar, seperti sedang menjerit dari dalam tapi tidak ada yang mendengarnya.

"Aku nggak mau tau kamu harus memecat karyawan yang seperti ini, kinerjanya sangat buruk, mengambil satu sepatu saja lama sekali!" tegas pelanggan wanita itu pada bos.

Sagita hanya menunduk, membuat sampah plastik terjatuh lagi dari kepalanya. Saat ia melirik, kepala wanita itu berubah menjadi ular. Mendesis, melotot, penuh bisa, tapi semua orang bersikap seolah hal itu biasa saja.

Dan bos memarahi Sagita lagi, tidak ada ruang untuk membela diri, tidak ada ruang untuk menjelaskan, membuat tali pengikat kantong kresek itu mengencang erat.

Tekanan yang terasa seperti akan memecahkan kepalanya.

*

Sudah seminggu sejak Sagita dipecat dari toko sepatu, karena tidak memiliki penghasilan, ia berhenti dari kursus menjahit.

Di tengah kesendirian itu, Fina mengunjungi tempatnya dengan wajah yang sedih.

Sagita mempersilakannya masuk dan mendengarkannya, bahkan saat kantong kreseknya mulai mengeluarkan bau tidak sedap.

Tetapi Sagita tetap setia mendengar cerita Fina yang berbicara tentang orang tuanya yang bercerai. 

Lagi-lagi, Sagita merasakan gatal di kepalanya, ia melirik mesin cuci di sudut ruangan di sela-sela cerita Fina, merasa harus segera mencuci kepalanya yang semakin bau.

"Sagita." panggil Fina, menyeka air matanya.

"Aku tidak tau harus kemana lagi selain datang padamu." 

Sagita merasakan tali pengikatnya semakin mengencang erat, seperti mencekiknya saat kata-kata itu masuk ke dalam kantong kresek bersamaan dengan sampahnya.

Setelah mengatakan itu Fina pun pergi, meninggalkan sampahnya pada kantong kresek di kepala Sagita, menyebabkan beberapa kaleng jatuh ke lantai.

*

Malam itu Sagita tidak bisa tidur dengan tenang, bukan hanya kepalanya, rumahnya pun sudah diisi oleh sampah yang terus keluar dari kantong sampah itu, seakan hendak mengubur Sagita dalam tumpukan sampah.

Karena tidak tenang, ia bangkit, melangkah melewati sampah plastik, botol kosong, dan suara-suara orang yang pernah marah padanya, menuju dekat jendela.

Ia mendengar suara deru mesin truk pengangkut sampah di luar pelan-pelan mendekat. Hingga suara ketukan di pintu. 

Dengan hati-hati ia membukanya, disanalah berdiri seorang pria paruh baya pengangkut sampah, tersenyum.

Untuk pertama kalinya ia merasa tali pengikat kantong kresek melonggar. Senyuman itu terasa berisi sesuatu yang menghangatkan.

"ini udah waktunya, mbak, yang beginian harusnya gak disimpan kelamaan." 

Pria paruh baya itu tersenyum kembali, seperti memberi kesempatan, memberikan Sagita ruang. 

"Jadi, biarkan saya membantu."

Untuk pertama kalinya Sagita merasa ingin membuang sampah di kepalanya.

Jadi ia mengangguk, pada akhirnya pria itu melepas tali pengikat kantong kresek serta menarik kreseknya hingga terlepas.

"Terima kasih," bisik Sagita.

*

Keesokan paginya, Sagita merasakan wajahnya basah, namun juga hangat, tidak ada bau busuk yang menusuk, kepala serta napasnya terasa ringan. Juga, kepalanya tidak gatal lagi.

Dia bangkit perlahan dari ranjangnya, melangkah di lantai apartemen kecilnya yang sangat kontras dari kemarin malam sampah yang menggunung, hingga tak ada satupun sampah berserakan disana.

Sagita berdiri di depan cermin, tersenyum pada bayangannya. Tak sempurna, tapi miliknya sendiri. Sungguh cantik, Sagita merindukan dirinya yang murni seperti ini, hanya ada emosinya. 

Pada saat itulah air matanya terjatuh, membasahi pipinya yang mengembang karena senyuman yang meghangatkan dirinya sendiri.

Setelah menyeka air matanya, Sagita melirik sudut ruangan, menemukan kantong kresek baru, bersih, masih terbungkus plastik putih.

Ia tahu, kantong baru itu akan selalu ada. Bersih, menggiurkan, dan siap dipakai kapan saja. Tapi kali ini ... ia ingin belajar hidup dengan baunya sendiri. Tanpa tutup. Tanpa menampung emosi yang bukan miliknya.

Suara mesin cuci dari sudut ruangan kembali berdengung.

Biasa saja. Tapi kali ini ... terasa seperti awal yang baru.

Kali ini, ia memilih untuk membuka jendela, membiarkan angin masuk. Tidak ada bau, hanya pagi.

Sagita memejamkan mata sejenak, membiarkan pagi menyambutnya tanpa beban.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Cerpen
Trash Bag
Pan 🐼
Cerpen
Kehilangan Diri
Fata Raya
Flash
Dansa Diketiadaan
Ninazyn
Cerpen
Merakit Aku
Shelomita Rosyada
Cerpen
Bronze
Tahta Sunyi Sang Antagonis
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Dunia Tidak Berpihak Kepadaku
Ika nurpitasari
Flash
Kelakar Radith
T. Filla
Cerpen
Dari Lelah Menuju Lega
Penulis N
Novel
Rungkad: Jalan Terjal Menuju Sukses Sebagai CEO
Arka Zayden
Cerpen
Bronze
Aroma rezeki depan Mesjid
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Dika & Sang Pengubah Takdir
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Bronze
Gara-gara Ayah
Rafi Asamar Ahmad
Novel
Bronze
JANDA & THE TABLE
glowedy
Cerpen
Putus, Tapi Nggak Putus Asa
Tresnaning Diah
Cerpen
Bronze
Mencari Jati Diri
Bang Jay
Rekomendasi
Cerpen
Trash Bag
Pan 🐼