Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Tragedi Berak
1
Suka
12
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ehem.

Sebagai narator dalam kisah ini, kupikir seharusnya kau taruh dulu piringmu sebelum membaca.

Namanya Joni. Seorang pemuda sederhana yang hidup di pinggir perkotaan. Pemuda yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang bangunan ini tidak pernah tidur sepanjang hidupnya. Tetapi saking baik hatinya ia rela membangunkan seisi pinggiran kota pada pagi hari sehingga ia pun dipanggil...

"TUKANG BANGUNIN!"

Jika kau berpikiran sama denganku, maka benar, ayah Joni memanglah seekor ayam jago. Namanya Bang Jago, dan sudah berstatus sebagai opor lebaran kemarin. Sekarang masakan itu masih ada di kulkasnya. Cukup seperti itu perkenalan dari tokohku ini, tidak perlu panjang karena ini hanyalah cerita pendek.

Bercanda, Joni itu masih manusia kok, sama sepertiku dan kamu. Kecuali kamu bukan.

Mari dengarkan perjuangan saudara kita ini saat dia tidak bisa lagi berdamai dengan sang perut. Kisah ini dimulai pagi itu, Minggu yang cerah dengan kicauan burung dan anak-anak yang bermain bola di lapangan sebelah rumah. Pagi yang cerah itu telah dirusak oleh bau busuk dari kamarnya. Suara harmoni terompet maut berpadu satu dengan kicauan burung emprit di pohon sana.

“Hueeekkkk!!! Joonnn!! Jangan kentut lagi dong!” seruku sambil menutup hidung. Benar, aku adalah korban pertama dari cerita ini.

Dan yang diomeli sedang asyik-asyiknya memeriksa jejaring sosialnya. Bau dan suara harmoni itu ia anggap angin yang berlalu, ia mengeluarkannya dan tidak perlu repot mencarinya, toh temannya sudah “menemukannya”. Dan ia mengeluarkan angin sorga itu lagi tanpa mengetahui kalau temannya setengah sekarat.

Broootttt!! Dan kali suara itu lebih besar daripada sebelumnya.

Temannya memutar kunci pintu dengan tergesa-gesa. Sialnya, kunci pintunya macet. Temannya semakin beringas memutar kunci.

“Heghhhh!!! Bukaa!!” seru temannya.

Joni mendekati temannya yang sekarat. Ia memutar kuncinya. Dan hoopla! Pintu terbuka bak gerbang surga. Ternyata temannya salah memutar kunci. Kemudian ia berlari keluar dan langsung mengambil napas sebanyak yang bisa dia hirup. Ia tak akan lagi kembali kebalik pintu yang berbau jahanam itu. Kemudian ia berjalan keluar dengan sangaaaattt bahagia.

Sekarang, kalau kalian bertanya mengapa aku terjebak di sana, jawabannya sederhana. Malam sebelumnya kami menantang diri kami masing-masing untuk memakan kacang sebanyak mungkin, siapa yang kentutnya paling bau dia yang menang. Namun, seperti yang kalian lihat aku telah kalah. Ah, uangku melayang sudah.

Bagaimana aku tahu kisah Joni setelah ini? Dia memberitahuku dan menyuruhku untuk bercerita pada kalian.

Joni kembali kedalam setelah aku pergi keluar. Ia mendengus, ternyata kentutnya bau sekali. Lantas ia keluar sambil duduk di kursi depan. Ponsel masih setia di tangannya. Jarinya lincah menekan layar untuk membalas inbox temannya. Sesekali ia nyengir saat melihat status galau temannya yang memiliki kesan hiperbola bin alay.

K4m0e Gc dTnG2 kU sEnD1R1 d1s1n1 mEnUnGgUmU s4mP41 4KhIr H4Ya4t. Begitu status lebay milik temannya. Akhir hayat? Mati dong. Begitulah pikir Joni.

Belum sampai lima belas menit ia FB-an, ia merasakan sesuatu diperutnya. Sakit luar biasa. Dan ketika sakit itu dimulai, ia mulai mengeluarkan suara harmoni plus bau harumnya. Saatnya ia “setor” tabungan ke wc. Ia masuk dan meletakkan ponselnya. Kemudian ia berlari sambil memegangi pantatnya. Dan celakanya, kamar mandi sedang ramai-ramainya bak penerima sembako.

Ia tidak habis pikir. Rumah Pak Bakri. Rumah seorang dermawan yang selalu membantu orang. Bahkan orang seperti dirinya. Kemudian ia berlari ke rumahnya. Dari balik pintu muncullah seorang bapak-bapak berusia limapuluhan, dialah Pak Bakri.

“Kenapa Jon?” tanya Pak Bakri ramah.

Ia membalas senyuman Pak Bakri dengan senyum paksa.

“A..anu pak, bisa numpang kekamar mandi? Udah gak tahaannn.. shhh.. bisa pak?” desah Joni sambil bergerak gelisah dan memegangi pantat.

“Tapi, lagi dipake mandi sama anak saya, dan kalo mandi durasinya dua jam minimal.” Jawab Pak Bakri mencoba menghibur.

Dua jam? Dua? Ia tidak bisa menunggu lama. Kemudian ia berpamitan, “makasih pak Assalamualaikum.” Kemudian ia berlari lagi.

Pak Bakri menjawab, “Waalaikumsalam.”

Sensasi dingin dan bergejolak memenuhi dirinya. Kemudian ia berhenti di tumpukan material, ah tidak, maksudnya sekumpulan pohon pisang di samping tumpukan. Tempat yang cocok. Ia mengambil posisi paling nyaman. Tapi..

“Bang Joni, ngapain disitu?” tanya seorang anak kecil yang lewat.

Mampus. Ia salah tingkah.

“Ng..nggak kok, lagi nyari cacing buat mancing.” Jawab Joni dengan wajah pucat dan terpaksa berbohong.

“Cacing? Abdul boleh ikut nyari? Abdul juga pengen mancing!” seru anak kecil itu yang lantas mendekat.

Aduh! Kenapa jadi gini ya? Ia terpaksa menahan dan ikut menggali mencari cacing tanah. Dan setelah cacing itu cukup banyak didapat, Abdul pun beranjak.

“Bang udah siap nih, ayo mancing.” Ujar Abdul.

Aseemm...!! Malah ngajakin mancing nih anak.

Dengan senyum seadanya ia menjawab, “abang mancingnya besok.”

“Kok nyari cacingnya sekarang?” tanya Abdul.

 “Tapi, biar gak repot, abang nyarinya sekarang, soalnya besok sekolah, jadi besok sore abang mancingnya.” Jelas Joni.

Abdul manggut-manggut. Kemudian lewatlah seorang anak kecil sebaya Abdul.

“Ahmad! Mancing ya?”seru Abdul keras.

“Iya! Ikut?” jawab Ahmad.

Dan bocah itu pergi sekarang. Joni bisa bernapas lega. Tapi, rasa sakit yang hilang kini datang lagi. Perutnya serasa dipilin-pilin. Sakit sekali. Dan suara harmoninya makin lama makin keras.

Ia berlari lagi. Mencari tempat kosong. Ada tempat di pinggir sungai. Tapi kasusnya sama dengan kamar mandi kostnya. Ramai bak antre sembako. Bencana banget! Ia berlari lagi menuju tempat “menabung” yang kosong.

Dan tibalah ia di pinggir sungai bagian lain. Airnya jernih. Dan owhhh.. ada tempat yang tertutup! Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung membuka pintunya.

“TUKANG NGINTIIPPP!!!!” seru nenek-nenek yang di dalam.

“Nggak nek! Nggak sengaja!” seru Joni takut.

Lalu nenek-nenek tersebut mengejar Joni sambil berteriak. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran. Teriakan nenek tersebut langsung mengundang kerumunan masa.

“Tukang ngintipp!! Kejarr!!” seru mereka.

Emakk!! Apa salah Joni? Kenapa jadi begini? Joni menangis dalam hati. Kerumunan masa masih mengejarnya. Ia melihat pohon beringin tua dan langsung bersembunyi di belakangnya.

“Kemana tuh anak?” tanya salah seorang dari mereka.

“Ahh! Kejar lagi!” seru yang lain.

Akhirnya pergi juga, fiuuuhh.. Joni menghela napas. Tapi ia harus segera pergi. Ia berlari lagi dan sampailah di jalan raya. WC umum. Ia menyeberang dan langsung menuju WC umum. Sebelum itu ia mengetuk pintu WC terlebih dahulu.

“Spadaaaa.. anybody inside?” serunya sok pake bahasa Inggris.

Tidak ada jawaban.

“Yes!” serunya lalu masuk.

Ia lalu keluar tiba-tiba. Bukan ada setan di dalam. Lalu ia mengumpat sebanyak-banyaknya.

“Piiippp Sial! Punya siapa sih yang belum disiram?! Piiipp Piip!” serunya marah, dan pip artinya sebuah sensor yang bisa kalian dengar.

Ia langsung meninggalkan tempat tersebut. Ia membuat wajahnya sedatar mungkin agar orang-orang disekitarnya tidak menyadari penderitaannya. Dan ia melihat WC umum lainya. Kosong. Ia lalu masuk ke dalamnya.

“Woy dek! Percuma! Airnya habis!” seru orang yang lewat.

“Ya diisi lah!” balas Joni.

“Percuma! Kerannya kagak idup, listriknya mati!” balas orang itu.

Perjuangan Joni belum juga padam. Ia berjuang mati-matian untuk hal sepele ini. Jika listrik di kelurahannya mati, pasti kelurahan lain tidak kan?

“Aha!” seru Joni yang mendapat ilham.

Lalu ia mencari angkot. Ia melambaikan tangan dan berhentilah angkot biru di depannya. Ia duduk senyaman mungkin. Tapi ia tidak membawa dompet.

Kalo gitu gue langsung kabur aja. Ujarnya dalam hati.

Angkot mulai berjalan menuju kelurahan lain. Joni enjoy saja dan segera melupakan rasa sakit di perutnya. Ups! Perasaan aneh ini lagi. Tiba-tiba ia ingin kentut.

Aduhh.. jangan lagi dong. Joni menahan kentutnya. Sensasi dingin memenuhi tubuhnya. Tapi apa boleh buat, kalo keluar ya keluar.

Cesss... kali ini tidak ada suaranya. Tapi baunya itu lho.

“Uwaa.. siapa kentut nih?!” seru salah seorang ibu-ibu.

Suasana angkot menjadi kacau. Tapi Joni tidak bisa menahan lagi. Cess.. pembius alaminya keluar lagi dan membuat beberapa penumpang muntah. Angkot mulai melaju tak terkendali. Suasana makin kacau tatkala sopir angkot ikut pingsan karena tak tahan dengan bau kentut Joni.

“AAAAA....!!!!!” teriak para penumpang.

“Pak sopir!!! Banguuunnn!!!” seru salah seorang penumpang sambil mengguncang tubuh si sopir.

Angkot melaju zig-zag dan berputar-putar. Beberapa penumpang muntah berat, dan diantaranya pingsan. Kemudian angkot pun menabrak pohon besar di pinggir jalan, barulah angkot berhenti.

Joni yang sadar langsung meninggalkan TKP. Ia lalu berlari ke kelurahan sebelah dengan berlari. Entah sampai kapan penderitaan ini berakhir.

Lalu sampailah ia di jalan raya. Ia ingin menyeberang. Celakanya sedang ada pawai budaya dan susah sekali menyeberang.

Ia hampir kehabisan akal. Bagaimanapun caranya harus menemukan WC!

Akhirnya ia pun berhasil melewati ujian hidup itu. WC umum itu di depan mata. Kosong. Baunya wangi khas bunga melati, efek dari pembersih lantai. Tempatnya cukup luas. Dan sangat bersih sampai-sampai enggan harus mengotorinya lagi. Air juga sangat melimpah. Suara keran makin membuat tenang. Ia pun melakukan tugasnya di dalam.

“Enaakkkk....”

Joni pun bahagia. Eh belum.

Saat ia akan cebok, air di bak pun habis. Ia menyalakan keran, lampu tiba-tiba mati dan kerannya tidak hidup.

“Wah listriknya mati!” seru orang dari luar.

Dan mirisnya waktu pemadaman bergilir ini biasanya berdurasi selama satu jam. Joni hanya pasrah karena harus jongkok satu jam dengan pantat masih kotor. Mungkin ini adalah karma. Guess what? Aku yang menang.

Tamat.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Tragedi Berak
Noer Eka
Flash
Satu Jam Saja
Hans Wysiwyg
Cerpen
Culture Shock! (Karna beda tetangga, beda pula aturan mainnya)
Estria Solihatun N
Cerpen
Bronze
Cerita Teras Rumah
Fajar Muharram
Flash
Obrolan Mengancam
Saifan Rahmatullah
Flash
Bronze
A True Work of Art
Karlia Za
Cerpen
Bronze
Kucingku Kena Pelet
Novita Ledo
Komik
Bronze
HIRO
Ady Setiiawan
Komik
DY! Mr. Sleepyhead
Cindy Saraswati
Flash
Petak Umpet
Suci Asdhan
Cerpen
Bronze
Kopi 2
syaifulloh
Flash
Iphone & Klepon
I Gede Luwih
Flash
BOIM
Mr. Nobody
Komik
Pabo Comic
moris avisena
Cerpen
KEKACAUAN DI PESTA ULANG TAHUN
Penulis N
Rekomendasi
Cerpen
Tragedi Berak
Noer Eka
Flash
Two Killers
Noer Eka
Cerpen
Dalam Tidur
Noer Eka
Cerpen
Insomnia
Noer Eka
Cerpen
Tentara Yang Sendirian
Noer Eka
Cerpen
LARI!
Noer Eka
Cerpen
Telepon Iseng!
Noer Eka
Flash
Truth or Dare
Noer Eka
Cerpen
Kisah Pembunuh Berantai
Noer Eka
Cerpen
Menunggu Hukuman Mati
Noer Eka
Novel
Catatan Sebelum Mati
Noer Eka
Novel
KALA SENJA
Noer Eka