Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Keringat membasahi wajahnya, mengalir hingga membentuk jejak gelap di bantal yang kusut. Tubuh pria itu menggeliat, kedua tangannya meraba-raba udara, seolah mencari pegangan untuk melarikan diri dari perangkap yang ada di dalam mimpinya. Dia berteriak walaupun matanya masih terpejam. Perempuan di sampingnya terbangun oleh kegaduhan itu. Ia terkejut melihat suaminya seperti kesakitan. Sontak, perasaannya terselimuti kecemasan. Dengan penuh kehati-hatian, ia mengguncang tubuh pria itu, menyeka peluh di dahinya dengan saputangan yang mulai lembab. Berulang kali ia memanggil nama pria itu, berharap ia terbangun, namun tak berhasil.
Tubuh pria itu malah semakin meronta, sampai-sampai tubuhnya terhempas dari ranjang. Suara benturan keras menggema di kamar yang sudah dipenuhi kegaduhan. Namun pria itu tetap tak segera bangun. Lantai dingin menempel di kulitnya yang basah oleh peluh, dan sesaat suasana terasa begitu mencekam, seperti ada sesuatu yang tak terlihat merayap di antara kegelapan.
Perempuan itu merangkak perlahan ke ujung kasur dengan tubuh yang gemetar hebat, seperti daun kering tersapu angin malam. Begitu ia mendongak, pandangannya langsung terpaku kepada pria itu. Ketakutan membuat tubuhnya membeku. Lidahnya kelu. Tak mampu menyusun kata atas apa yang dilihatnya:
Kulit pria itu merah membara. Ia mengerang, suara nyerinya memenuhi seluruh sudut kamar. Lalu, dalam hitungan detik, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi. Dari balik kulitnya yang meradang, bulu hitam legam bermunculan, tumbuh dengan cepat seperti rumput liar di musim hujan. Ekor panjang melesat dari atas duburnya, diiringi perubahan bentuk wajah—moncong hitam perlahan terbentuk menggantikan mulut manusia yang dahulu ia kenal.
Si perempuan melebarkan rahangnya, bibirnya menganga, namun suaranya tak kunjung keluar. Hanya setelah perubahan itu sempurna—saat pria itu sepenuhnya menjadi seekor anjing hitam legam—jeritan yang tertahan akhirnya meledak. Suara itu memecah keheningan malam, melesat hingga ke rumah-rumah tetangga yang masih terlelap. Fajar belum menyingsing, tetapi dunia di sekitarnya sudah terguncang oleh ketakutan yang entah akan membawa apa.
***
Asep terbangun pada sebuah realitas yang ganjil, seolah dunia telah melarikan diri dari segala kewajaran. Ia mendapati dirinya terapung di atas permukaan air yang terhampar luas, begitu tenang hingga tampak tak bernapas. Matanya menoleh ke kiri dan ke kana...