Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Self Improvement
Bronze
Titik Nol Orde Baru : evolusi kucing penjaga lapak
1
Suka
25
Dibaca

Lapak Subuh: Rio, Opet, dan Janji Dingin Fajar

​Kota yang Bergetar dan Aroma Amis yang Hangat

​Di salah satu gang yang ada di kota, sebuah gang yang menjadi urat nadi antara perumahan padat dan pasar tradisional, hiduplah seorang pemuda sederhana. Namanya Rio. Rio bukan nama yang terdengar megah, namun di balik kesederhanaannya, ia memanggul tanggung jawab yang besar: menjadi pedagang ayam potong.

​Rio menjalankan profesi ini dengan penuh dedikasi. Lapaknya terbagi dua: yang utama berada di dalam pasar kota. Sebuah medan pertempuran harian di mana setiap pedagang berebut perhatian pembeli. Lapak kedua, yang lebih intim dan personal, berada tepat di depan rumahnya sendiri, di sudut gang sempit. Lapak depan rumah ini adalah pos komando cadangan, baru dibuka ketika stok di pasar kurang atau sedikit. Namun, bagi Rio, lapak rumah adalah tempat paling suci, tempat ia menyiapkan barang terbaiknya sebelum fajar menyingsing.

​Pagi itu, suasana dingin cukup menusuk tulang, jenis dingin yang memaksa uap napas keluar seperti asap. Pukul 04.30, saat kebanyakan warga kota masih terlelap dalam selimut tebal, Rio sudah beraktivitas. Ia mengenakan kaus oblong tebal berlengan panjang dan celana training usang, namun gerakannya lincah dan tanpa keluhan. Ia adalah salah satu anomali di tengah kegelapan subuh.

​Dia menjalani rutinitas pagi: mengeluarkan freezer tua yang kelak menjadi tahta kekayaan dan obsesi ke teras lapak, menata timbangan, dan menyiapkan baskom-baskom berisi es batu kristal yang disiapkan semalaman. Melayani pembeli pertama, para pengecer sarapan yang membutuhkan suplai segera, ia melakukannya dengan senyum ramah yang tulus.

​Suasana subuh di lapak Rio adalah sebuah orkestra sensorik yang unik:

​Pendengaran: Di antara keheningan yang tersisa, mulai terdengar berisiknya suara mesin kendaraan. Motor-motor matic yang melintas terburu-buru, diselingi deru truk pasar yang berat. Rio harus meninggikan suara sedikit untuk melayani pembeli, namun ketenangan dalam nadanya tidak pernah hilang.

​Penciuman: Aroma amis ayam, yang seharusnya mengganggu, bagi Rio justru berpadu harmonis dengan bau asap knalpot yang sesekali menyergap, dan lembabnya embun pagi. Ada sensasi kontras antara dinginnya es batu dan kehangatan dari secangkir kopi hitam yang diletakkan Rio di sudut lapak.

​Penglihatan: Subuh masih cukup gelap, Rio mengandalkan lampu neon kuning yang redup, lampu yang membuat lapaknya tampak seperti sebuah panggung teater kecil di tengah kegelapan gang. Di bawah cahaya itu, ayam-ayam potong tampak memancarkan warna pucat yang bersih, tanda kualitas yang ia jaga mati-matian.

​Rio, di tengah semua kontras itu, tetap terlihat segar berseri. Tak ada keluhan. Ia bukan hanya menjual ayam; ia menjual kualitas dan integritas di setiap potongannya. Prinsipnya sederhana: kesegaran di atas segalanya.

​ Bayangan Hitam di Tepian Lapak

​Di suatu pagi yang dingin, ketika Rio sedang sibuk menata rat...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Cerpen
Bronze
Titik Nol Orde Baru : evolusi kucing penjaga lapak
Bang Jay
Cerpen
Aku untuk Diriku Part 1
Dyah
Flash
Lelah Normal
imagivine
Flash
Bronze
Pengecut yang disukai Tuhan
K. Istiana
Cerpen
Bronze
Cinta di Ujung Aspal
Bang Jay
Cerpen
Dari Lelah Menuju Lega
Penulis N
Flash
A PIECE OF LIFE ABOUT ME
Kimijuliaaa
Flash
Biru Merah
lidia afrianti
Flash
Bronze
Akselerasi Politis Jakarta Bandung
Silvarani
Cerpen
Blue Life
Adam Nazar Yasin
Flash
Kisi-Kisi
Hans Wysiwyg
Flash
After Taste
Adam Nazar Yasin
Flash
TAK SE-AMORFATI ITU
L DARMA
Flash
Langkah Kecil, Perubahan Besar
Penulis N
Cerpen
Bronze
Reynald's Longing
Langitttmallam
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Titik Nol Orde Baru : evolusi kucing penjaga lapak
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Cinta di Ujung Aspal
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Keserakahan berujung Kehancuran
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Panen Manggis, Nyawa hampir Menangis
Bang Jay
Novel
Bronze
Dari Kuli turun ke Hati
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Di Atas Reruntuhan yang Membangun Dunia
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Ketika Makhluk Ruang Angkasa Mengirim Mata-mata
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Amarah sang Raja Air
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Goyah
Bang Jay
Cerpen
Mancing gaya. Ikan Raya
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Canda berujung petaka. Malam jum'at kliwon
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Pohon Beringin Saksi Bisu
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Kisah Kasih di Lapak Ayam Potong
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Misteri Raja Ampat
Bang Jay
Cerpen
Bronze
Keringat dan Luka
Bang Jay