Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Tiga Hari Sebelum mati
0
Suka
548
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Hari Pertama

Hutan di pinggiran Desa Gantira sudah lama ditinggalkan orang. Pepohonan tinggi menjulang, seperti gerbang raksasa menuju dunia yang seharusnya tidak dijamah. Tapi manusia selalu punya alasan untuk melanggar batas.

Danar, seorang pemburu ilegal, masuk dengan tenang sambil menyalakan sebatang rokok. Tangannya memegang parang besar, punggungnya menggendong karung dan jerat. Ia sudah mendengar cerita soal hutan ini—tentang suara tangis tanpa tubuh, pohon yang berdarah, dan makhluk tanpa wajah. Tapi uang dari menjual kulit binatang langka lebih menggoda daripada ketakutan yang dibisikan warga.

Ia membabat semak, menancapkan jerat, lalu duduk di bawah pohon tua yang dahan-dahannya berbentuk seperti tangan menengadah. Saat langit mulai memerah, ia menyadari sesuatu.

Tidak ada suara. Tak ada angin, tak ada burung, tak ada serangga. Bahkan nafasnya sendiri terdengar terlalu keras. Ia berdiri, mencoba berjalan kembali ke arah datangnya.

Tapi jalan itu hilang.

Danar mendapati dirinya mengelilingi pohon yang sama, lagi dan lagi. Dia memaki, menebas, menjerit, sampai terdengar suara—bukan suaranya sendiri, tapi bisikan.

"Sudah kubilang... jangan masuk..."

Danar berbalik. Tidak ada siapa-siapa.

Lalu tiba-tiba, rasa terbakar menjalari pergelangan kakinya. Ia melihat ke bawah—jeratnya sendiri mengikat kakinya erat. Tapi kawatnya... berubah. Bukan kawat biasa. Itu kawat berduri, dengan ujung-ujung tajam menusuk ke dalam kulitnya, dan perlahan... bergerak sendiri ke atas, menguliti betisnya.

Danar menjerit. Ia mencoba mencabutnya, tapi kawat itu seperti hidup. Setiap ia tarik, kawat makin dalam masuk ke otot. Darah mengucur deras, kakinya gemetar, dan ia jatuh. Parangnya terlempar jauh, entah ke mana.

Ia merangkak, dan dari balik semak, keluar sesuatu.

Makhluk itu menyerupai manusia, tapi hanya kerangka dibalut kulit tipis seperti kain. Matanya kosong, hanya lubang hitam dalam tengkorak retak. Tangannya membawa kampak tua berkarat, dan senyumnya... adalah robekan lebar dari telinga ke telinga, seperti sobekan pada wajah boneka kain.

Sebelum Danar sempat berteriak, kampak itu sudah menghantam wajahnya. Sekali. Dua kali. Suara daging robek dan tulang pecah menggema ke dalam hutan.

Hari Kedua

Mayat Danar digantung di pohon. Tanpa kulit. Matanya dicabut. Lidahnya disobek. Organ dalamnya tergantung seperti gantungan lonceng.

Desa Gantira geger. Polisi tidak berani masuk. Tapi seorang penulis urban legend, Vina, tertarik. Ia datang malam itu bersama kameranya, dan seorang temannya, Jordi, yang bekerja di stasiun TV lokal.

Mereka masuk ke hutan pukul tujuh malam.

“Aku yakin ini cuma ulah orang gila. Mungkin sekte sesat,” kata Vina, mencoba terdengar berani.

Tapi Jordi tidak banyak bicara. Tangannya gemetar sejak mereka melihat kepala babi tergantung di pagar hutan. Dagingnya membusuk, matanya masih menatap ke arah mereka. Seperti memperingatkan.

Setelah sejam berjalan, mereka menemukan bekas kemah. Tapi tidak ada manusia. Hanya suara... sesuatu... yang bergerak cepat di antara pepohonan.

"Jangan bercanda, Vin. Apa itu barusan?"

"Bukan aku. Jangan panik."

Tiba-tiba lampu senter Jordi mati. Lalu Vina. Gelap.

Lalu suara langkah... dan nafas.

"VINAAA!" teriak Jordi, lalu sesuatu menariknya ke semak.

Vina menjerit, menyenter asal. Cahaya hanya menangkap kilatan darah di udara.

Jordi menghilang.

Suara air menetes terdengar dari belakangnya. Ketika Vina menoleh, ia melihat sesuatu mengerikan.

Tubuh Jordi disayat-sayat. Masih hidup. Wajahnya dipaku ke batang pohon. Matanya diiris perlahan dengan pecahan kaca. Mulutnya ditarik dengan kawat hingga robek.

Dan makhluk itu... sedang duduk sambil menjahit bibir Jordi satu persatu.

Dengan tali ususnya sendiri.

Vina muntah, lalu lari. Ia jatuh, bangkit lagi, lalu tersandung karung.

Karung itu bergerak.

Ia membukanya. Di dalamnya, ada bayi. Atau lebih tepatnya, tubuh bayi—tanpa kepala. Tangan dan kakinya diikat dengan rambut manusia.

Tangisan terdengar, tapi bukan dari bayi itu. Dari atas.

Ia mendongak.

Ada perempuan tergantung dengan rambut sendiri, matanya dicungkil, mulutnya menganga seperti ingin menjerit, tapi tak bersuara.

Lalu pohon itu bergerak. Dahan-dahannya memelintir, lalu menusuk dada perempuan itu. Seolah ingin... menyatu dengannya.

Vina tak bisa bergerak. Sesuatu menyentuh lehernya. Panas. Basah.

Saat ia menoleh, ia melihat wajah.

Wajahnya sendiri.

Dipaku ke batang pohon. Tapi masih hidup. Masih menatapnya. Masih... menangis.

Hari Ketiga

Penduduk desa menemukannya pagi-pagi.

Vina duduk di tengah jalan desa, telanjang, berlumur darah. Tangannya menggenggam mata sendiri. Matanya sudah tidak ada di wajahnya. Hanya rongga hitam, dan senyum lebar robek hingga pipi.

Di dadanya terukir tulisan:

"AKU MELIHATNYA. KALIAN SEMUA AKAN MELIHATNYA."

Hutan Gantira kini disegel. Tapi warga masih mendengar suara tangis dari dalam hutan. Kadang, ada suara tawa—dalam, serak, dan panjang.

Seminggu setelah kejadian, seorang anak kecil bermain di dekat pagar hutan. Ia menemukan boneka kayu dengan wajah berdarah dan perut terbuka.

Tertulis satu kalimat di dadanya:

“HARI KEEMPAT MILIKMU.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Tiga Hari Sebelum mati
Irvan D
Flash
Hati-Hati di Jalan
Ahmad R. Madani
Cerpen
Boneka Terkutuk
Amelia Purnomo
Novel
Gold
Fantasteen: Kuchisake
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Haunted School
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Wadah Baru
Ron Nee Soo
Flash
Sebuah Ritual Pemanggilan
Matrioska
Novel
Gold
HARU MAHAMERU
Falcon Publishing
Cerpen
Bronze
Misteri Hutan Bawean
sukadmadji
Flash
Jalan Setapak
Bima Kagumi
Cerpen
PEMBELI TERAKHIR
Freya
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Hamburg
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Dinding Tertawa
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
Fantasteen Scary: Knock! Knock!
Mizan Publishing
Skrip Film
PUAKA RATU ARJUNA
Delly Purnama Sari
Rekomendasi
Cerpen
Tiga Hari Sebelum mati
Irvan D
Novel
Kalau Memang Terindah Kenapa Harus Jadi Mantan?
Irvan D
Cerpen
Kereta terakhir
Irvan D
Novel
Malam Tanpa Kulit
Irvan D
Novel
Pengelana Waktu
Irvan D
Cerpen
Bayang Bayang Di Lorong Gelap
Irvan D