Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
The Untold Story between Us
1
Suka
6,028
Dibaca

Selamat ulang tahun ya…

 

Sebuah pesan singkat aku terima via WhatsApp saat perjalanan ke sekolah. Hiruk pikuk di angkot karena bersamaan dengan jam pegawai berangkat kerja, membuatku tidak begitu mengindahkan pesan dari nomor tak dikenal ini. Namun sesaat kemudian hatiku merasa tergelitik. Di saat ada yang begitu baik mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, kenapa aku justru mengacuhkannya? Hari itu memang hari ulang tahunku yang ke-16. Tapi pastinya tidak banyak yang tahu. Kemungkinan hanya keluarga, pacar, dan teman-teman genk tentunya. Hmmm siapa ya?

Balasan pun datang dengan cepat setelah sebelumnya aku menanyakan identitas si pengirim yang tidak terlihat dari gambar profilnya.

 Ni dari pengagum rahasia loe...

Heheee….

Ini Rey in the house yooo…

 Aku tidak tahu kalau pesan singkat itu adalah awal dari sebuah cerita. Cerita yang lain dari yang aku jalani selama ini dengan Nathan, kekasihku yang telah menemaniku setahun terakhir ini. Dari situlah awal kedekatan aku dengan Rey. Awal yang wajar sebenarnya. Rey adalah teman sekelasku dan Nathan. Namun kedekatan kami di kelas hanya sekedarnya. Aneh juga rasanya dia bisa tahu hari ulang tahunku. Hmmmm pasti dari Facebook, pikirku.

Aku lupa kapan tepatnya kami mulai sering berkomunikasi. Hampir setiap malam, kami chatting dengan santainya bahkan bisa sampai berjam-jam. Seringnya kami banyak membahas PR, tugas praktikum, hingga kejadian-kejadian yang dialami setiap hari. Bahkan sudah dua kali dia main ke rumahku hanya untuk mengerjakan PR, padahal jarak rumahku dengan rumahnya cukup jauh.

Rey menjadi orang ter-update kedua setelah Nathan yang mengetahui banyak tentangku. Kadang aku merasa aneh juga dengan hubungan ini. Tapi keanehan ini tidak lain kuanggap karena aku baru mempunyai sahabat cowok lagi setelah sekian lama. Sering pula aku bercerita tentang hubunganku dengan Nathan. Dan Rey pun sering bercerita banyak tentang Yuci, pacarnya. Seiring waktu, keakraban yang terjalin itu berlanjut hingga saat ini.

 

Pada suatu malam saat aku sedang asik menonton Drakor, seperti biasa Rey menemaniku via WhatsApp.

Rey     : Khan, loe tau daerah komplek Jati Asih nggak?

Khana : Taulah. Kan deket sama rumah gue. Kenapa gitu?

Rey     : Gue mau ambil barang di rumah temen gue. Loe mau nganterin ga? Hehee.

Khana : Waah…asiiik dun berarti gue bisa nebeng pulang… Yihuuy…

Rey     : Hmmmm….wani piro?? Wkwkkk…

Chatting malam itu diakhiri dengan ucapan selamat malam dan kesepakatan kalau sepulang sekolah besok, aku dan Rey akan pulang bersama.

 Dan keesokan harinya saat pulang sekolah pun tiba. Agak berat hati sebenarnya meninggalkan Nathan lebih dulu padahal biasanya aku diantar olehnya sampai halte depan. Tapi aku dan Rey sama-sama sudah meminta izin dan Nathan mengizinkan. Tidak ada kulihat ada perasaan bête atau cemburu di wajahnya. Hmm…Nathan memang orang yang pandai mengendalikan perasaannya.

“Lho kok loe bawa mobil sih, Rey?” aku kaget setelah Rey dengan isyarat tangannya meminta aku untuk mendekati Avanza silver yang terparkir di depan sekolah. “Gue pikir kita pulang naek motor.”

“Hmm…pengen naek motor bareng gue lagi ya jadi bisa deket-deket?” Rey tertawa. “Jauh kali rumah loe. Lagian udah sore juga nih, takut hujan tau.” Senyum nyengirnya menghiasi wajahnya seperti biasa.

Entah kenapa Rey begitu berkharisma saat itu. Padahal dia terlihat cuek dengan celana abu-abu dan kaos oblong putihnya. Rambutnya hampir selalu terlihat berantakan dengan kacamata frame hitam yang setia menutupi minus setengah di kedua matanya. Saat pulang bareng pun menjadi momen yang begitu aku dan Rey nikmati. Sepanjang jalan dihiasi dengan saling canda, karaoke lagu yang diputar di radio, dan cerita-cerita konyol yang membuat aku selalu ingin tertawa. Hanya satu kata yang bisa kulukiskan untuk menggambarkan perasaanku saat itu. ENJOY.

 Satu yang kusadari, kami berdua sama-sama berharap waktu yang singkat ini tidak akan habis. Namun sekuat apa pun harapan itu, waktu tetap terus berjalan dan akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Tidak berapa lama Rey mengambil barang di rumah temannya, dia pun mengantarku pulang. Sebelum dia pamit, aku mengajaknya makan nasi goreng di dekat rumah sebagai ucapan terima kasih karena telah mengantarku  pulang. Suasana menjadi agak canggung. Bisa aku rasakan betapa groginya dia. Namun aku berusaha mencairkan suasana dengan mengajaknya bercanda.

“Kok tumben ya honey gue nggak ngehubungin gue. Gue jadi ngeri nih jangan-jangan ada hidden camera di sini yang mergokin kita,” kata Rey sambil menyeruput es teh manisnya.

Aku tertawa mendengar celotehannya. “Ya ampuun, Rey. Kayak kita lagi ngapain aja.”

“Jangan salah. Gara-gara gini aja bisa bikin gue batal tunangan tau.”

Sekali lagi aku tertawa. Sepertinya Rey memang sedikit khawatir dengan sikap calon tunangannya yang tidak biasa malam itu. Darinya, aku banyak mendengar cerita tentang Yuci. Sifatnya yang pencemburu berat membuatnya sering mengecek keberadaan Rey saat tidak bersamanya. Rey sudah terbiasa dengan sifat pacar yang telah dipacarinya sejak SMP itu. Selepas SMA ini, Rey dan Yuci memang berencana untuk bertunangan. Kedua keluarga pun sudah saling mengenal satu sama lain karena kebetulan mereka tinggal di daerah yang sama.

Setelah selesai menyantap habis nasi goreng gilanya, Rey pun pamit pulang.

Rey     : Kok gue ngerasa ada yang aneh ya setelah kemaren kita jalan bareng….

Chat Rey tiba-tiba kepadaku dua hari setelahnya.

Khana : Aneh kenapa maksudnya? Kemaren tuh kita pulang bareng kaliii bukan jalan bareng…:p

Rey     : Nggak tau gue juga. Tapi jadi aneh aja perasaannya. Gue jadi suka kepikiran loe…

Tanpa sadar aku tersenyum dan rasa senang pun tak dapat ditahan. Namun buru-buru aku membuang jauh rasa senang itu.

Khana : Nah lhoo…nah lhoo…loe udah kena pelet gue…Wkwkwk…

            Hoo itu karena loe jarang pergi sama cewe kali.

  Biasanya kan kemana-mana loe sama honey loe terus.

Rey     : Hmm…iya kali ya.. Loe ngerasain hal yang sama ga sih?

Aku terdiam dan tidak langsung menjawab.

Rey pun kemudian mengirimkan stiker lucu tak ke henti ke dalam WA-ku berisikan candaan menunggu jawaban.

Khana : Aneh gimana ya…Biasa aja sih gue. Asik aja gitu.

Rey     : Hmm iya loe sering pergi sama temen cowok loe sih.

Khana : Yeee…nggak gitu juga kali.

 

Hari demi hari terlewati. Dan perasaanku semakin tak karuan. Aku masih merasa kedekatanku dan Rey bukan suatu hal yang perlu dipermasalahkan. Kami memang dekat tapi hubungan ini masih berkutat pada title persahabatan. Rey bukan cowok pertama yang menjadi sahabatku. Masalahnya adalah dalam setiap kesempatan Rey selalu bisa menghadirkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuatku sangat nyaman. Dan rasa nyaman ini yang menurut Ela, sahabatku, salah.

“Tetap aja, Khan. Loe udah ngerasa nyaman sama dia. Bahaya lho kita ngerasa nyaman selain dengan pacar kita. Sekarang ini ada dua orang yang spesial buat loe. Apa-apa loe cerita sama dia. Mau Nathan atau Rey selalu tau kan apa-apa yang loe lakuin? Nah sekarang gue tanya, apa bedanya mereka berdua hayoo??”

Sahabatku yang satu itu selalu tahu apa yang aku rasakan sebenarnya. Bahkan yang tidak aku sadari sekalipun. Omongannya yang lugas itulah adalah salah satu ciri khasnya. Aku tidak menyangkal apa yang dikatakannya. Dan itu sungguh mengganggu pikiranku. Sejak pulang bareng saat itu, Rey semakin berani menunjukkan perasaannya. Bukan sekedar dugaan saja kalau dia menyukaiku. Tapi memang begitu kenyataannya. Yang sering membuatku berfikir bagaimana bisa dia menyukaiku disaat ada Yuci yang selalu di sampingnya dan dia pun tahu kalau aku berpacaran dengan Nathan. Kenapa dia terus maju mendekatiku? Padahal dia sendiri tahu kalau pun perasaanku sama dengannya, tidak akan berarti apa-apa nantinya karena kita sudah memiliki pasangan masing-masing. Aku hanya takut. Takut….kalau aku ikut jatuh hati padanya. Sungguh aku tidak mau itu terjadi.

 Rey sering mengungkapkan perasaannya lewat lagu. Lagu pertama yang dia berikan adalah ‘Rasa Ini’ dari Vierra. Setelah itu disusul dengan 16 lagu yang mewakili perasaannya dikumpulkan dalam sebuah CD berjudul ‘I Feeling This’. Di malam dia memberikan lagu ini untukku, dia menulis pesan singkat I think I addicted to you… Hatiku tersentuh membaca sepenggal kalimat itu. Aku hanya bisa membalas pesannya, Apa pun yang loe rasain ke gue, loe simpen aja baik-baik. Ga akan ada yang berubah. Tetaplah berjalan di koridor masing-masing

 Ada sedikit perasaan galau saat aku menuliskan kalimat itu. Seperti rasa tidak tega mematahkan harapannya. Namun aku memang harus tetap mengatakannya karena aku tidak ingin ada yang terluka baik aku, Rey, Nathan ataupun Yuci. Rey pernah bilang kalau dia tidak suka kalau Nathan menjadi pacarku karena menurutnya dia tidak cocok bagiku. Tapi bagaimanapun Nathan adalah pacar terbaik yang kupunya sampai saat ini. Aku menyayanginya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Aku tidak akan sanggup untuk menyakitinya.

Tetapi pada akhirnya aku terlambat mengendalikan perasaan ini. Saat kumenyadarinya, rasa itu telah terlanjur menguasai hatiku. Rey telah berhasil membuatku jatuh hati padanya. Selama setahun belakangan ini, aku selalu berusaha meyakinkan kalau hubungan aku dan Rey tidak ada yang spesial dan menyangkal bagaimana perasaan senang ini selalu muncul saat berkomunikasi dengannya.

Aku mulai sadar dengan perasaan ini kepada Rey saat suatu siang di sekolah. Waktu itu aku sedang membaca gosip di mading yang baru saja dipasang. Dari kaca mading aku melihat bayangan Rey. Dan entah kenapa jantungku menjadi berdebar-debar hingga membuat lututku hampir lemas. Aku kehilangan fokus membaca mading dan mulai salah tingkah. Dalam hati aku berharap agar dia tidak mendekat. Tapi justru dia malah mengajakku mengobrol dan tingkahku mulai konyol. Aku menjadi sangat kikuk padahal selama ini aku biasa saja kalau sedang mengobrol dengannya. Tanpa alasan jelas, aku segera menghindar darinya. Rey hanya bisa melihatku dengan tatapan heran. Pasti dalam pikirannya dia bertanya-tanya kenapa sikapku menjadi aneh??

Ya Tuhaan…jangan sampai dia tahu bagaimana perasaanku….

 Saat aku pulang bareng dengan Nathan setelah kejadian itu, aku hanya bisa menangis di balik punggungnya. Nathan tidak tahu hal itu. Aku pererat pelukanku padanya. Aku sangat menyesal. Aku merasa telah mengkhianati Nathan dengan membiarkan perasaan ini tumbuh di hatiku. Namun sungguh…aku tak bisa mengendalikan perasaan ini…

 

Dear Rey,

Sampai kapan pun tak kan kubiarkan kamu mengetahui perasaanku sebenarnya bagaimanapun kamu selalu menanyakannya kecuali jika kamu membaca cerita ini. Mungkin kamu telah bisa menduga tanpa aku menjawabnya sekalipun. Tidak ada kejadian spesial diantara kita. Mungkin hanya saat di mobil kamu mengantarku pulang, saat mengerjakan peer dirumahku, atau saat kita chatting setiap hari. Namun tidak dipungkiri kalau hal itu sangat berkesan dan akan menjadi momen yang kurindukan. Dan saat kurindu, aku hanya bisa mengenangmu lewat lagu-lagu yang kamu berikan untukku, yang berada dalam album ‘I Feeling This’. Terima kasih atas semua perasaanmu. Dan seperti kamu tahu, kalaupun kita melanjutkan kisah ini, tidak akan berarti apa-apa untuk kita berdua. Yang ada justru akan menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Kau sudah dengannya dan aku sudah dengan dirinya. Aku berdoa untuk kebahagianmu dan aku bahagia pernah menjadi yang spesial untukmu. Dan sampai kapan pun kita tetap akan berjalan di koridor kita masing-masing….

Jakarta, April 2011

♠♠

 

 

 

--- Based on true story

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Akhir Cerita
Eshal
Cerpen
The Untold Story between Us
Icha Trezna
Novel
Gold
Luka Dalam Bara
Noura Publishing
Cerpen
Martin dan Kisah Cintanya yang Rumit
Imas Hanifah N.
Novel
HOLD MY HAND
Indri Dwi
Novel
AMERTA
Nisya Nur Anisya
Novel
Bronze
Kisah Cinta Terunik Indonesia (KCTI)
Al Mueda Data
Novel
Bronze
Gemintang
Prily R. Madansary
Novel
Sepertiga Waktu Dalam Rasa Rindu
Alfan Hasanah
Novel
Bronze
Di Aamiin Yang Sama
BossyTika
Cerpen
Jangan Takut
Steffi Adelin
Novel
Bronze
Boyfriend Hunting
Stella
Novel
Ephemeral
KATA LUVI
Novel
Aku yang Salah
Quat Rain
Komik
Thirtysomething
Kanistha
Rekomendasi
Cerpen
The Untold Story between Us
Icha Trezna
Novel
Bronze
I See You when I Can't See You
Icha Trezna
Cerpen
I See You when I Can't See You
Icha Trezna