Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
The quiet girl and the cold prince
1
Suka
55
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

---

Di Akademi Sihir Arkael, kekuatan sihir bukan segalanya. Kadang, yang benar-benar luar biasa… adalah hati yang diam-diam mencintai.

Liera Alvene bukan siapa-siapa. Setidaknya, begitu anggapan seluruh siswa akademi. Rambutnya dikepang rendah, kacamatanya terlalu besar, jubahnya lusuh. Ia selalu datang paling pagi dan pulang paling malam, duduk di sudut ruangan tanpa suara. Tak ada yang peduli padanya, kecuali jika ingin mengejek.

> “Eh, si kutu buku datang lagi.”

“Pakai kacamata tebal juga gak bikin kamu pinter sihir, tahu!”

Liera hanya tersenyum tipis. Ia sudah terbiasa. Lagipula, ia tidak datang untuk jadi populer. Ia hanya ingin lulus — diam-diam, tak terlihat, tak diganggu.

Hingga hari itu tiba.

---

Kelas duel menjadi pelajaran paling ditakuti Liera. Tapi nasib buruk seperti selalu menempel padanya.

Nama yang keluar dari tongkat pemilih hari itu adalah:

> “Liera Alvene vs. Kael Nox.”

Seluruh kelas langsung bersorak kaget — dan girang.

Kael Nox. Pewaris keluarga bangsawan sihir paling kuat di benua utara. Rambut perak, mata abu-abu dingin, dan aura pembunuh yang membuat siapapun terdiam. Wajahnya tampan, posturnya tegap, dan senyum? Tak pernah terlihat. Bagi semua gadis di akademi, Kael adalah pangeran yang tak tersentuh. Bagi semua cowok, dia mimpi buruk di arena duel.

Dan sekarang, si culun melawan si dewa es?

“Cepat hancurkan dia, Kael!”

“Akhirnya ada hiburan hari ini!”

Liera melangkah pelan ke arena. Tangannya dingin. Napasnya bergetar. Ia bahkan belum menyempurnakan satu pun mantra pertahanan.

Di seberangnya, Kael berdiri tenang, tongkat sihir tergenggam di satu tangan, matanya menatap lurus ke arah Liera… lalu sekejap melembut.

“Jangan takut,” katanya lirih.

Liera kaget. Apa dia benar-benar bicara?

“Duel dimulai!” seru guru pengawas.

---

Petir menyambar dari tongkat Kael. Bukan penuh kekuatan, tapi cukup kuat untuk menjatuhkan lawan biasa. Semua orang bersorak... sampai cahaya membeku.

Seketika, waktu berhenti.

Liera berdiri dengan tubuh gemetar, tapi mata tertutup. Cahaya biru muncul dari tubuhnya. Mulutnya menggumamkan mantra kuno dalam bahasa yang bahkan ia tak kenali.

Petir Kael lenyap.

Di sekeliling tubuh Kael muncul pelindung transparan, lalu menghilang perlahan. Semua orang terdiam. Liera jatuh ke tanah, pingsan.

---

Ia terbangun di ruang penyembuhan, langit-langit batu di atasnya berputar perlahan. Lelah, tapi hangat. Dan di dekat jendela, bersandar pada dinding, berdiri seseorang.

Kael.

Ia menoleh. “Akhirnya sadar juga.”

Liera mencoba bangkit. “K-kamu… kenapa di sini?”

“Untuk memastikan kamu hidup. Kamu jatuh cukup keras,” katanya singkat.

Liera menunduk. Wajahnya merah. “Aku... aku nggak tahu mantra itu.”

Kael menatap lurus padanya. “Itu sihir kuno. Pelindung jiwa. Hanya muncul saat seseorang mencintai dengan tulus.”

Liera membeku.

“Tenang saja,” lanjut Kael. “Aku tidak akan bilang siapa-siapa. Tapi... aku tahu kamu memperhatikanku. Sejak dulu.”

Liera tidak bisa bicara. Mulutnya kering, matanya bergetar.

“Dan aku juga memperhatikanmu,” lanjut Kael pelan. “Kamu satu-satunya orang di tempat ini yang tidak pernah pura-pura. Tidak pernah sok tahu. Tidak menjilat siapa pun.”

Ia berjalan mendekat. “Aku ingin mengenalmu, Liera.”

---

Hari-hari setelah itu berubah drastis.

Liera tak lagi duduk sendirian. Kael sering datang duduk di sebelahnya. Ia tidak banyak bicara, tapi kehadirannya cukup membuat semua orang terdiam.

> “Kael deket sama si kutu buku?”

“Mereka pacaran?”

“Apa-apaan ini?!”

Tapi Kael tidak peduli.

Di taman belakang sekolah, mereka sering duduk berdua. Liera membaca buku. Kael kadang tidur bersandar di bahunya. Perlahan, senyum yang tak pernah terlihat di wajah Kael mulai muncul — hanya untuk Liera.

---

Hingga suatu hari, Liera menemukan Kael tergeletak pingsan di ruang mantra kuno. Tubuhnya dikelilingi retakan es. Aura sihirnya tidak stabil.

Kael terkena kutukan darah, kutukan lama dari perang keluarga bangsawan — dan jika tidak dihentikan, akan membekukan jiwanya selamanya.

Satu-satunya penawar adalah sihir perlindungan hati.

Dan hanya satu orang yang bisa melakukannya…

Orang yang mencintainya.

Liera berdiri di sisi tempat tidurnya. “Kael… tolong kembali. Aku belum sempat bilang kalau aku juga—”

Tiba-tiba tubuh Kael mulai membeku.

Liera menutup mata. Mengulurkan tangan. Mulutnya mengucapkan mantra… dan cahaya biru muncul kembali. Kali ini lebih hangat. Lebih tulus.

> “Aku mencintaimu.”

Es di tubuh Kael mencair. Matanya terbuka perlahan. Dan saat ia melihat Liera menangis, ia mengangkat tangannya... mengusap pipinya.

---

💖 Epilog:

Setahun kemudian, Liera lulus sebagai salah satu murid terbaik di Akademi Arkael. Ia tak lagi disebut “gadis kutu buku” — tapi sebagai penyihir pelindung cinta, pewaris sihir kuno yang hanya bisa muncul lewat hati yang tulus.

Di sampingnya, Kael berdiri. Masih dingin, masih diam, tapi kini selalu menggenggam tangan Liera.

Dan semua murid tahu, dari ratusan mantra yang dipelajari di sekolah…

> Mantra terkuat adalah cinta yang tak pernah menyerah.

TAMBAHAN, TAPI BAWAH VERSI AWAL/COBA-COBA, oke?

Di dunia sihir, tidak semua kekuatan berasal dari mantra. Kadang, cinta yang diam-diam tumbuh adalah sihir paling kuat.

Liera Alvene, gadis berkacamata dengan rambut kecokelatan dan jubah lusuh, selalu berjalan sendirian di lorong Akademi Arkael. Murid-murid lain menyebutnya “penyihir gagal.” Ia tak peduli. Ia datang ke sekolah sihir bukan untuk populer. Ia hanya ingin belajar... dan menghilang tanpa jejak.

Semua berjalan biasa, sampai suatu hari di kelas duel, ia diminta maju melawan lawan terkuat di angkatannya — Kael Nox.

Kael adalah segalanya yang Liera bukan: tampan, kuat, dan populer. Namun, wajahnya selalu dingin, seperti tak tertarik pada dunia. Tapi saat duel dimulai, sesuatu terjadi.

Liera terdesak. Kael mengayunkan sihir petir yang mengarah langsung ke arahnya. Semua orang menahan napas.

Dan... waktu berhenti.

Entah dari mana, siaran mantra kuno keluar dari mulut Liera — suara yang bahkan bukan miliknya. Sihir itu melindunginya... dan Kael.

Duel dibatalkan. Liera pingsan.

---

Ia bangun di ruang penyembuhan, sendirian. Tapi di ujung ruangan, seseorang bersandar di dinding.

Kael.

"Kenapa kamu melindungiku juga?" tanyanya pelan.

Liera menunduk. "Aku... tidak tahu. Itu keluar sendiri."

Kael mendekat. Mata peraknya menatap tajam. "Itu sihir kuno. Sihir yang hanya muncul... saat seseorang mencintai dengan tulus."

Jantung Liera berhenti sejenak. Ia ingin menyangkal, tapi...

Kael tiba-tiba tersenyum tipis — senyum pertamanya yang pernah Liera lihat.

"Tenang saja. Aku tidak akan bilang siapa-siapa. Tapi... mungkin mulai besok, kamu bisa duduk di sebelahku saat makan siang?"

Liera tak menjawab. Tapi pipinya memerah, dan jantungnya tak berhenti berdebar.

Untuk pertama kalinya, Liera menyadari:

Ternyata, cinta juga bisa menjadi sihir terkuat... bahkan untuk gadis berkacamata yang selalu dianggap tak terlihat.

_

_ ini versi awal

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
The quiet girl and the cold prince
adit pratama
Novel
Rumah Yang Tak Utuh
Khoirul Hasanah
Novel
Gold
-8°C
Mizan Publishing
Cerpen
Cinta di Antara Tetesan Hujan
kevin andrew
Cerpen
Embun untuk Daun
Ningningluvvzz
Cerpen
Unseen Bond
Fanny F. C.
Cerpen
Secangkir Moccacino untuk Nona Manis
anjel
Novel
AKMAL & HELSA
Agustina Herlina
Novel
Gold
Sunset in Weh Island
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Jejak Bintang
Ramayoga
Novel
Genius Wife & Superstar Husband
Fallen_Angel
Novel
Menantimu di ujung rindu
Neya Adjie
Novel
Bukan Selamat Tinggal Yasmin
Sandra Arq
Novel
Bronze
Love Behind The Scenes
Jules
Cerpen
Bronze
CINTA DALAM KEABADIAN
Citra Rahayu Bening
Rekomendasi
Cerpen
The quiet girl and the cold prince
adit pratama