Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Tetangga Kos Receh
2
Suka
3,108
Dibaca

       Tetangga adalah bagian dari kehidupan yang akan berdampingan dimanapun kita bahagia maupun susah. Tetangga selalu bertanya sebagai bentuk kepedulian sebagai mahluk sosial yang aktif untuk mencari tahu dan melihat kalau diri kita baik-baik saja. Pertanyaan dari tetangga pun juga beragam sesuai dengan versi kita yang akan berbeda pertanyaanya jika kita sudah melewati dengan baik dan benar.

          Kehidupan pribadi tidak akan terlepas dari pertanyaan tetangga. Pertanyaan–pertanyaan yang ingin sekali tidak dijawab tetapi karena sungkan menjadi terbiasa untuk menjawab. Pertanyaan yang sama akan terjadi ketika bertemu tetangga satu dengan tetangga yang lain. Berbeda orang tetapi pertanyaan yang diajukan tetaplah sama. Kejadian-kejadian lucu selalu terjadi ketika memiliki tetangga yang rasa ingin tahunya tinggi.

        Tetapi dalam cerita kali ini bukan tetangga rumah atau kompleks yang selalu bertanya dan mencari tahu kepribadian dan kehidupan kita akan tetapi tetangga yang dibahas di cerita ini adalah tetangga kos yang memiliki karakter yang berbeda dan disatukan dalam satu atap dari berbagai antah berantah yang tidak tahu asal usul rimbanya. Tetangga kos yang tidak seperti tetangga rumah dan kompleks yang serba ingin mencari tahu tetapi malah saling berdiam ketika berpapasan, menatap satu sama lain dan  kemudian segera menutup pintu kosnya serta terdengar asik sendiri dengan dunia versinya.

         “Nomer yang anda hubungi sedang tidak aktif silahkan coba lagi.” Nada panggilan telepon yang tidak terhubung kepada ibu kos sebagai pemilik kos. Sebut saja anak baru ini Ade yang kebingungan di depan pagar menoleh kekanan, menoleh kekiri dan menatap ke depan yang hanya ada pagar tinggi menutup rumah kos tersebut. Ade yang masih kebingungan bagaimana caranya untuk bisa masuk ke dalam karena sudah kegerahan di bawah terik matahari yang panas seperti cacing tanah yang menggeliat. Ade baru menginjak halaman depan kos sebagai penghuni kos baru dengan posisi sebagai anak rantau yang membawa tas yang dibawa di punggung dan kardus yang berisi wadah barang-barang kebutuhannya selama di kos yang dijinjing dengan tangan menjadi tanda besarnya beban kehidupan.

           Tiba-tiba dari belakang mncul seseorang cowok yang tidak dikenalnya membuka pintu pagar dan kemudian menutup kembali pintu pagarnya seperti mengacuhkan keberadaan Ade yang berdiri berhadapan dengannya sekarang. Cowok yang memakai kemeja hitam itu kemudian mengerutkan alisnya ketika mata mereka saling bertatap-tatapan dan kemudian cowok tersebut membalikan badan dan segera membuka pintu rumah.

         “Mas tunggu.” Ade pun menyahut dari balik pagar dan berteriak kepada cowok yang akan masuk ke dalam rumah kos tersebut.

             “Iya ada apa?” Sahut cowok kemeja hitam itu.

             “Apa benar ini rumah kos atas nama ibu Olive. Rumah kos khusus cowok, berhubung saya sudah menghubungi bolak balik tapi belum beruntung.” Sahut Ade dari balik pagar yang menjulang tinggi itu.

          “Hubungi lagi saja mas kalau gitu atau paketnya taruh aja di depan pagar berhubung pak Olive mungkin sedang sibuk.” Sahut cowok berkemeja hitam itu yang kaki sebelah kanannya sudah melangkahkan kaki akan masuk rumah.

        “Oh, jadi pemilik kos ini bapak-bapak kukira ibu-ibu berhubung namanya Olive. Saya mendapatkannya dari website pencarian kos mewah harga murah biasa mas anak kos harus menghemat ongkos. Saya hanya menghubungi lewat chat saja kemarin jadinya tidak tahu kalau pemilik kos ini cowok.” Ade berkata sambil tersenyum kepada cowok berkemeja hitam itu.

          Cowok berkemeja hitam itu mendengar penjelasan Ade tidak tersenyum sama sekali dan kemudian melangkahkan kaki satunya dan akan menutup pintu utama rumah tersebut.

             “Tunggu mas, jangan ditutup.” Sahut Ade lagi.

            “Ada apa lagi mas. Sudah masnya balik saja paketnya itu taruh depan pagar. Nanti pak Olive pasti turun ambil paket.” Sahut cowok berkemeja hitam itu.

          “Maaf mas saya bukan kang paket. Bolehkah saya masuk diluar sangat panas.” Sahut Ade lagi.

            “Kalau mau menjenguk atau sebagai tamu saya ijin dulu dengan pak Olive mas berhubung sudah tertera di peraturan kos tamu dan keluarga yang membesuk harus lapor dulu kepada pak Olive.” Cowok kemeja hitam itupun langsung menutup pintunya.

          Ade hanya terdiam sekarang dan dia masih di luar dibawah terik matahari yang semakin panas. Ade kemudian mencoba menghubungi pemilik kos tetapi masih sama tidak diangkat dan tak lama kemudian muncullah penghuni kos yang lain dengan membawa gitar di punggungnya kemudian dia membuka pagar. Ade pun segera mendorong cowok itu supaya bisa masuk ke dalam pagar juga. Cowok berambut seperti landak itu kemudian menoleh kepada Ade.

          “Terimakasih mas berkat kakak saya bisa masuk rumah ini.” Ade tersenyum kepada cowok berambut landak itu.

          “Masnya siapa? Ada urusan apa? Kenapa siang-siang begini berdiri didepan pagar rumah orang?” Cowok berambut landak itu berkata kembali kepada Ade.

       “Iya mas tenang tarik napas dulu, saya bukan kang paket atau tamu maupun keluarga penghuni kos tetapi saya mau ngkos disini mas. Saya sudah menghubungi pak Olive beberapa hari lalu melalui chat dan sekarang saat saya datang pak Olive susah untuk dihubungi.” Ade berkata kembali kepada cowok berambut landak itu sambil menurunkan kardus yang dipegangnnya.

         “Jadi kamu mau masuk ke dalam?” Cowok berambut landak itu berkata tanpa ekspresi.

         “Iya mas.” Ade berkata kembali dengan senang.

         “Terus sepeda motormu kamu taruh di luar.” Cowok berambut landak itu berkata menunjuk sepeda motor Ade.

       Ade menoleh melihat kendaraannya yang berada di luar pagar. Segera Ade menuntun sepedanya akan membawanya masuk tetapi saat dia menggiring sepedanya cowok berambut landak itu sudah menutup pintu pagarnya.

           “Maaf mas, masnya tunggu disitu sebentar. Saya mau manggil pak Olive dulu. Apakah benar ada orang yang memesan kos beberapa hari lalu dan sekarang akan menghuni kos disini?” Cowok berambut landak itupun kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup pintu utama.

        Ade hanya bisa menghela napas panjang dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku penghuni kos. Kardus Ade yang sudah masuk di dalam halaman depan kos dan terhindar dari panas sedang Ade hanya bisa menunggu sambil tetap menjinjing tas berada dipunggungnya dan kemudian dia duduk di sepedanya. Panas yang dihantarkan matahari membuat tempat duduk sepeda Ade juga seperti panggangan buru-buru Ade berdiri karena rasa yang terbakar.

         Tiba-tiba muncullah pak Olive penghuni kos yang ditunggu-tunggu oleh Ade hari ini. Orangnya kemudian buru-buru membuka pagar dan mempersilahkan Ade masuk. Kepala pak Olive yang botak itu berkilau terkena sinar matahari. Pak Olive tersenyum kepada Ade tetapi Ade tidak menggumbrisnya dan terlihat cemberut karena sudah hampir satu jam dia menunggu dan terpanggang udara panas.

          “Maaf ya nak, tadi saya ketiduran.” Pak Olive kemudian membuka pintu dan tetap tersenyum menoleh kepada Ade.

          Ade hanya mengangguk tetapi dalam hatinya dia menjerit “Bisa-bisanya tidur, padahal tadi sudah janjian.”

          Pak Olive kemudian melangkahkan kaki dan kemudian menutup pintunya saat Ade sudah berada di dalam rumah. Pak Olive kemudian melangkahkan kakinya menaiki tangga dan diikuti oleh Ade. Ade melihat beberapa penghuni kos yang menatap dirinya dan pak Olive dari balik jendela yang terbuka dan kemudian tidak tersenyum menghampiri jendela kamarnya dan menutup kordennya dan juga Ade melihat ada penghuni kos yang langsung menutup pintu kos saat Ade dan pak Olive berjalan akan naik ke lantai tiga.

          Entah kenapa Ade merasa penghuni kos terlihat tidak bersahabat dan aneh dengan tatapan-tatapan mereka terhadap penghuni baru yang seakan-akan sedang mengamati dan suatu saat jika lengah akan menerkam. Tak lama kemudian Ade dan pak Olive sampai di lantai tiga dan kemudian pak Olive mempersilahkan Ade untuk masuk ke dalam kamarnya setelah memberikan tiga kunci yaitu kunci kamar kos yang terletak di pojok dekat kamar mandi itu, kunci pintu utama dan kunci pagar.

         “Tinggal kamar ini yang tersisa. Dekat kamar mandi cukup strategis bukan, dikarenakan biasanya penghuni kos pada selalu antri kamar mandi. Nanti kamu bisa antri yang pertama karena dekat dengan pintu kamar mandi.” Pak Olive berkata sambil tersenyum kepada Ade.

          “Iya pak strategis kalau antri tapi paling cepet baunya yang pertama masuk ke kamar.” Sahut Ade sambil membuka pintu kamar kos.

       Pak Olive yang tadi tersenyum terlihat wajahnya tiba-tiba berubah kecut dan kemudian meninggalkan Ade yang sudah memasuki kamarnya. Ade kemudian segera membersihkan ruangannya, membuka pintu lemari yang kosong dan dalam sekejap sudah berisi beberapa barang-barang yang dibawanya dari asal kota rantauannya. Ade yang terlihat capek itupun kemudian melihat jam yang sudah menunjukan pukul empat sore.

         Ade yang kelaparan itupun kemudian turun ke lantai dua untuk memasak mie instan yang tadi dibawanya dari rumah tetapi saat menuju dapur terlihat banyak penghuni kos yang antri untuk memasak. Terlihat mereka segera menatap Ade yang baru datang dan dalam sekejap yang tadi ramai dengan percakapan menjadi sunyi senyap. Ade pun kemudian bergegas kembali ke lantai tiga dan menuju kamarnya untuk menaruh mie instan.       

          Ade yang sudah mulai keroncongan perutnya itupun kemudian berpikir sejenak dan segera kemudian bergegas mengambil pakaiannya dan alat mandi untuk mandi dikarenakan dia merasakan bau kecut dan akan keluar sehabis mandi untuk mencari makan di daerah sekitar kos sekalian untuk menyapa tetangga desa tersebut. Ade yang keluar dari kamar kos kemudian kaget melihat banyaknya para penghuni kos yang sedang antri kamar mandi. Ade kemudian mengurungkan niatnya untuk mandi dan kembali menuju kamar kos berdiam diri berguling-guling ria.

        Sudah hampir satu jam para penghuni kos masih antri kamar mandi. Ade hanya bisa menghela napas panjang karena di balik kamar kosnya terdengar suara percakapan yang keras dan tawa yang terbahak-bahak. Ade yang berniat menunggu sambil berguling di kasur itu kemudian mengurungkan niatnya untuk beristirahat.

        Tak lama kemudian antrian penghuni kos sudah selesai, Ade kemudian bergegas menuju kamar mandi dan kemudian menuju dapur yang memang sudah tidak ada yang antri juga. Malam pun tiba, Ade yang sedang membaca buku-buku kuliahnya itu mendengar suara penghuni kos sebelah kamarnya yang bernyanyi ria dengan gitarnya terdengar bukannya nada merdu tapi suara-suara sumbang yang membuat dirinya menjadi tidak fokus belajar tetapi malah Ade terlihat kesal dengan suara dan nada yang tidak tepat untuk didengar.

         Malam jam sebelas pun suara itu masih bernyanyi dengan gitarnya. Ade kemudian berteriak “Woy berisik.” Tapi bukannya terdiam dan menghentikan permainan gitarnya malah semakin keras dan menjadi-jadi suara sumbangnya.

      Pagi hari Ade keluar dari kamar kos dan akan pergi ke kampus untuk kuliah di hari pertamannya menuntut ilmu di tanah perantauan. Terlihat pintu kamar kos sebelah terbuka dan kemudian cowok itu tersenyum kepada Ade. Ade yang menatap penghuni kos kamar sebelah itu kaget dan berkata dalam hati “Kukira semua penghuni kos pada kayak manekin ternyata bisa senyum juga.”

          “Mau berangkat kuliah mas.” Sahut penghuni kamar kos sebelahnya itu.

           “Iya mas mau kuliah? Masnya juga anak kuliahan ya.” Sahut si Ade.

           “Saya anak manusia mas.” Sahut penghuni kamar kos sebelah.

          Ade hanya terdiam mendengar perkataan penghuni kamar kos sebelah yang masih tersenyum cerah kepadanya seperti suasana pagi hari yang ceria dan berwarna ini.

          “Kalau masnya habis kuliah. Nanti bisa mampir ke kamar saya nyanyi bareng mas dengan gitar saya. Saya punya bakat yang terpendam dan hobi bermusik.” Sahut penghuni kamar kos sebelah yang tersenyum dan mengangkat gitarnya tinggi itu.

          Dalam hati Ade berkata “Baiknya bakatnya memang dipendam saja karena kasihan telinga para penghuni kos yang normal-normal malah jadi mendengar suara-suara sumbang yang seperti tikus kejepit pintu rumah.”

          Ade kemudian berkata menjawab perkataan penghuni kamar kos sebelah tersebut “Maaf mas, saya tidak punya bakat yang terpendam seperti masnya soalnya bakat saya cuma makan dan tidur. Saya permisi dulu mas takut telat.”

          Tetangga penghuni kos itupun kemudian berkata “Iya mas, masnya berangkat duluan.”

        Ade menganggukkan kepala dan bergegas menuruni tangga sampai ke lantai dasar dan bertemu dengan cowok berambut landak yang kemarin bertemu dengannya di depan pagar dan akan membuka pintu utama. Ade dan cowok berambut landak itu saling bertatapan dan hanya terdiam kemudian mereka berdua sama-sama mengeluarkan sepeda tetapi baru sadar belum ada yang membuka pintu pagar.

          “Masnya sudah punya kunci kan?” Cowok berambut landak itu berkata kepada Ade.

          “ Punya.” Ade menimpali dan memperlihatkan tiga kunci yang diberikan pak Olive kemarin yaitu satu kunci kamar, satu kunci pintu utama dan satu kunci pagar.

         “Harusnya tadi masnya buka pagar dulu sebelum menggiring sepedanya.” Cowok berambut landak itu berkata kepada Ade dan kemudian membuka pintu pagar.

       “Makasih mas sudah dibukakan.” Ade berkata sambil menyetir sepedannya yang meninggalkan asap knalpot. Terdengar di telinga Ade sekarang suara batuk-batuk dari cowok berambut landak itu karena menghirup asap knalpot sepeda motornya.

          Sore hari, Ade tiba di kos dan kemudian segera menaiki tangga hingga mencapai lantai tiga. Masih sama seperti yang tadi, tetangga penghuni kamar kos sebelah masih duduk di lantai dan menatap keluar kamarnya yang terbuka pintunya dan tersenyum kepada Ade. Ade membalas senyum penghuni kos yang ramah itu daripada yang lainnya.

         “Sudah kuliah mas? Hari ini cerah bukan mas.” Penghuni kamar kos sebelah bertanya.

          Ade membatin pada dirinya sendiri “Pertanyaan yang aneh, mungkin dia hanya sekedar basa basi berhubung tidak ada obrolan yang perlu dibicarakan antara tetangga kos yang berdekatan satu sama lain yang senasib sebagai anak perantauan dan menempati lantai tiga. Hanya saja bedanya ia mendapatkan juara kedua bau kamar mandi setelah aku juara pertamanya.”

          “Ayo mas masuk mari menyanyi dengan saya.” Penghuni kamar kos sebelahpun kemudiaan mengambil gitarnya bernyanyi didepan Ade.

        “Maaf mas, saya tidak bisa hari ini. Saya harus mengerjakan laporan.” Sahut Ade meninggalkan penghuni kamar kos sebelah yang masih bernyanyi dengan gitarnya dan menoleh kepada Ade sambil menganggukkan kepala.

          Ade kemudian memasuki kamar kos dan berkata dalam hati “Ternyata lebih baik mendengarkan lewat kamar daripada langsung. Malah ngeri suaranya.”

           Malam hari terlihat oleh Ade saat dia turun dari lantai dua untuk masak, penghuni kamar kos sebelah sedang menyapu lantai kamarnya. Penghuni kamar kos sebelah yang masih belum menyebutkan namanya itupun hanya tersenyum kepada Ade yang lewat. Adepun kemudian membalas senyuman penghuni kamar kos sebelah tersebut.

           Setelah makan, Adepun kemudian ingin pergi ke kamar mandi untuk mencuci perlengkapan makan yang dipakainya memasak tersebut. Ade begitu terkejut seperti saat kemarin ada sampah di sekitar pintu dekat kamar kosnya. Entah kenapa Ade jadi teringat penghuni kamar  kos sebelah yang baru saja menyapu lantai tapi masih belum bersih dan malah menyisakan sampah plastik di depan pintu kamarnya.

          Adepun kemudian mengambil sapu dan menyapu sendiri sampah tersebut dan begitu juga sisa-sisa debu yang berada di depan kamar kosnya. Ade yang menggerutu dalam hati itu sambil melihat kamar penghuni kos sebelah yang sedang tertutup pintu kamar dan jendelanya tertutup dengan korden. Ade kemudian sambil masih menggerutu kembali ke kamarnya setelah membasuh tangan dan kakinya.

          Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam dan Ade seperti hari kemarin masih mendengar suara sumbang dari kamar sebelah. Entah kenapa Ade sampai tidak fokus mengerjakan laporan yang sedang dibuatnya dikarenakan dia sering menghapus beberapa kata yang menurut Ade tidak cocok dalam kalimat yang baru saja dibuatnya. Ade baru selesai mengerjakan laporannya sekitar jam setengah satu dan penghuni kamar kos sebelah masih bernyanyi ria dengan volume suara yang sama.

          Keesokan harinya, Ade yang bangun agak telat pergi ke kamar mandi dan masih banyak yang antri. Akhirnya Ade berinisiatif untuk tidak mandi tetapi menyemprotkan parfum dengan banyak di baju yang akan dipakainya. Setelah itu Ade berangkat dengan kondisi masih mengantuk karena tidak bisa tidur kemarin. Seperti dua hari yang lalu, penghuni kamar kos sebelah duduk di lantai dan tersenyum kepada Ade.

           Ade kemudian membalas senyum penghuni kamar kos sebelah dan kemudian dia dengan tergopoh-gopoh turun menuju pintu utama. Ade kemudian berpapasan dengan cowok pertama kali yang bertemu dengannya dan masih sama berkemeja hitam.

          “Eh, masnya lagi.” Ade menyapa cowok berkemeja hitam itu.

         “Masnya yang kemarin yang kukira tukang paket itu ya.” Cowok berkemeja hitam itu berkata tanpa senyum kepada Ade.

          “Iya mas benar itu saya.” Ade berkata lagi menimpali perkataan cowok berkemeja hitam itu.

           “Sudah selesai menginapnya mas?” Sahut cowok berkemeja hitam itu lagi kepada Ade.

           “Saya tidak menginap mas. Saya penghuni kos sini sekarang.” Sahut Ade lagi.

           “Oh, saya kira kemarin masnya mau jenguk adeknya disini berhubung wajah masnya tidak seperti anak kuliahan. Masnya masih ingat saya rupanya?” Sahut cowok berkemeja hitam itu.

            Ade kemudian  menjawab pertanyaan cowok berkemeja hitam itu “Iya masih ingat masnya soalnya dari kemarin sampai hari ini baju masnya tetap sama pakai kemeja hitam.” Ade kemudian menyetir sepeda motornya dan membuka pintu pagar meninggalkan cowok berkemeja hitam yang terlihat mukanya kesal mendengar perkataan Ade.

            Adepun sudah tiba di depan kamar kosnya dan melihat penghuni kamar kos sebelah masih duduk di lantai dan terlihat oleh Ade sampah plastik dan debu tanah berada di depan kamar kosnya. Ade yang sedang merasa capek tersebut kemudian disapa oleh penghuni kos sebelah “Baru pulang mas?”

         Ade kemudian menyahut perkataan penghuni kamar kos sebelah “Iya mas baru pulang kuliah. Mas kalau menyapu kamar yang bersih biar nanti istrinya tidak brewokan.”

         “Hah mana ada mas cewek brewokan? masnya bisa saja.” Penghuni kamar kos sebelah menyahut menimpali perkataan Ade.

            “Itu mitosnya seperti itu mas.” Sahut Ade lagi.

           “Masnya mengada-ada saja.” Sahut penghuni kamar kos sebelah yang mulai geleng-geleng kepala melihat Ade seperti orang aneh sekarang.

           Ade hanya terdiam sekarang dan tidak harus berkata apa kemudian penghuni kamar kos sebelah berkata kembali sambil menghampiri Ade dan menunjukan channel youtobennya di handphonenya “Mas jangan lupa subscribe channel youtobe saya namanya bang Jo.”

           Ade terdiam sejenak mengangguk menatap penghuni kamar kos sebelah dan kemudian memasuki kamar kosnya dan berkata dalam hatinya “Kosan macam apa ini? Isinya orang-orang tidak biasa. Pingin pindah saja rasanya.”

           Malam haripun tiba, tidak seperti biasanya tidak terdengar suara bernyanyi dan bermain gitar dari penghuni kamar kos sebelah. Ade kemudian berkata dalam hatinya “Akhirnya penghuni kamar kos sebelah sudah sadar bahwa bakat yaang terpendam baiknya dipendam saja. Akhirnya hari ini hari yang tenang untuk mengerjakan laporan dan tidur yang nyenyak nanti.”

           Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, Ade sudah selesai mengerjakan tugas laporannya dan masih seperti tadi suasana yang damai dan diimpikan oleh Ade terwujud. Akhirnya Adepun kemudian membaringkan badannya ke kasur empuk yang berada di kamarnya dan mulai berguling-guling. Entah kenapa tiba-tiba ada suara ketukan palu dari kamar kos sebelah yang terdengar keras sekali membuat Ade terbangun dan melihat jam di handphonenya menunjukan pukul setengah dua belas malam.

            Ade kemudian berpura-pura turun menuju lantai dua sambil melihat apa yang sedang dilakukan penghuni sebelah kamar kosnya itu. Ade pun kemudian menoleh di kamar kos sebelahnya yang pintunya terbuka lebar padahal hari sudah malam. Ade kemudian menyapa penghuni kamar kos sebelah itu.

            “Lagi ngapain mas malam-malam?” Ade berkata sambil menatap penghuni kamar kos sebelah.

             Penghuni kamar kos sebelah yang sedang menaiki kursi sambil membawa palu itu berkata “Mau masang paku di kamar buat cantolan mas. Kelihatannya barang-barang saya sudah mulai bertumpuk banyak dan tidak ada tempat lagi di lemari dan juga di lantai serta meja.”

             “Sudah malam mas, lebih baik tidur. Pakunya diurus besok saja.” Sahut Ade lagi.

          “Tidak bisa mas. Ini harus dibuat sekarang. Nanti saya tidur dimana?” Sahut penghuni kamar kos sebelah dari dalam kamarnya.

            “Tidurnya dikasur mas.” Sahut Ade lagi.

          “Coba kesini mas.” Penghuni kamar kos sebelah itu kemudian menyuruh Ade masuk kedalam kamarnya.

           Ade kemudiaan menuruti permintaan penghuni kamar kos sebelah untuk masuk dan terlihat oleh Ade sekarang kamar itu bertumpuk dengan banyak barang termasuk di kursi dan kasur penghuni kos itu. Ade kemudian membatin “Pantesan selalu duduk di lantai.”

              “Tadi saya dapat kiriman dari keluarga di kampung. Jadinya saya harus buat sekarang biar bisa istirahat.” Sahut penghuni kamar kos sebelah.

              Ade kemudian berkata dalam hatinya “Yang ada tetangga kos juga tidak bisa tidur.”

             “Harusnya tadi, mumpung masnya mampir dikamar kos saya sambil main gitar dan nyanyi bareng mas tapi karena senar gitar saya putus jadinya tidak bisa main sekarang. Nanti saja mas kalau saya sudah beli senar gitar baru ayo main musik bersama. Masnya kesini mau main musik bersama kan?” Sahut penghuni kamar kos sebelah kamar.

            “Tidak mas saya mau tidur.” Ade berkata menimpali perkataan penghuni kamar kos sebelah dan kemudian kembali ke kamar kosnya. Ade yang akhirnya semalam suntuk tidak tidur dan baru tidur jam dua itupun kemudian memutuskan esok harinya untuk pindah kos yang berada di area dekat kampus dan berkumpul dengan kawannya yang sebangku dengannya di kelas kuliahnya.

            

 

     

                        

     

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Tetangga Kos Receh
Ilfinda Zaka Ochtafarela
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Kurir
Bakasai
Cerpen
Bronze
Kadang bikin aku kesal
deru senja
Flash
WANTO
Mr. Nobody
Komik
KOMIK JERAWAT
moris avisena
Komik
Bronze
Petualangan Athan dan Detektif Mammo
Andy widiatma
Cerpen
Bronze
Burung Merpati Tingting
Andriyana
Flash
Bukan Anak Durhaka
Nunik Farida
Flash
"Kehancuran Kelakar: Kejeniusan Kembar Alex dan Andy"
Maria Septian Riasanti Mola
Komik
Random Moment
giin_
Flash
Abi Hoyong Magnum, Pak!
Atika Salsabila Zahra
Cerpen
Terajana (Teras Janda Muda)
Ragiel JP
Flash
Apel untuk Doktor
Adinda Amalia
Rekomendasi
Cerpen
Tetangga Kos Receh
Ilfinda Zaka Ochtafarela
Skrip Film
KETIKA CITA TERBENTUR CINTA
Ilfinda Zaka Ochtafarela