Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Subuh di Gaza tidak pernah benar-benar gelap. Ada cahaya yang menggantung rendah di langit, seperti sisa mimpi yang enggan pergi. Suara azan mengalun dari kejauhan, lirih dan gemetar, seperti suara seseorang yang masih bertahan. Udara lembap, sejuknya menggigit lembut tulang, dan bau tanah basah masuk ke jendela rumah kami yang sedikit terbuka.
Aku duduk di tepi ranjang, menggenggam buku catatanku. Di halaman paling belakang, aku baru saja menulis satu kalimat:
“Kalau hari ini tenang, aku ingin berangkat sekolah tanpa takut.”
Itu harapanku pagi ini. Tidak lebih dari itu. Bukan harapan besar, bukan permintaan muluk. Hanya ingin berjalan ke sekolah tanpa suara drone di atas kepala. Ingin mendengar suara guru meski suaranya kerap tenggelam oleh derit besi dan dentum-dentum yang tak pernah diundang. Ingin melihat teman-temanku bercanda tanpa sembunyi di bawah meja.
Dan satu lagi harapan kecil yang paling kurindukan mendengar tawa adikku, Sami.
Sami baru lima tahun. Suaranya nyaring seperti burung kecil yang tak pernah lelah. Tapi sudah tiga hari ini ia lebih banyak diam. Matanya seperti lubang yang dalam dan tak bersuara. Kadang ia memeluk boneka robeknya, kadang hanya duduk memandangi pintu.
Ibu sedang menyiapkan roti. Tangannya cekatan, walau wajahnya pucat. Ia menyalakan kompor kecil yang nyalanya bergoyang oleh angin pagi. Ayah...