Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tiket Promo, Takdir Bodoh
Ipoh, 09.17 pagi waktu lokal
Suhu: 33°C. Kelembaban: 81%.
Mood: Bingung level Bang Toyib mudik ke planet lain.
Wicak berdiri di depan stasiun Ipoh dengan koper seberat kesalahan masa lalu. Tubuhnya berkeringat, tapi bukan karena cuaca panas. Ia menatap Tommy yang sedang mengunyah keripik udang sambil melirik peta Google Maps terbalik.
“Bro, ini Malaysia... tapi rasanya kayak... Cirebon versi kolonial ya?” kata Wicak, menghapus peluh dengan saputangan bermotif Doraemon.
“Cirebon kepala lo! Ini Ipoh. Kota tua. Bersejarah. Katanya banyak kopi, banyak mural, banyak cewek Instagramable. Makanya gue ikut,” jawab Tommy, dengan nada bangga seperti baru saja menemukan Atlantis.
Mereka berdiri bengong. Di sekeliling mereka, orang-orang tampak tahu ke mana mereka akan pergi. Sementara dua pria 40-an ini justru memegang tiket kereta lama yang sudah hangus masa berlakunya dan koper yang... bukan milik mereka.
“Cak... ini koper siapa?” Tommy menatap koper cokelat lusuh yang mereka ambil dari rak bagasi. Ada inisial "Z.T" dan kode Jangan dibuka kecuali Anda siap lari zigzag.
“Tadi lo yang ambil,” tuduh Wicak.
“Tadi lo yang ngasih!”
“Tadi lo yang bilang, ‘ambil aja, yang ini glossy!’”
“Tadi gue kira itu kode keberuntungan!”
“Tadi gue kira lo punya IQ!”
Mereka berdebat dengan intensitas sinetron primetime. Lalu Wicak, yang paling tidak tahan dengan ketidakpastian, membuka kope...