Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lisa membuka mata saat sinar matahari menembus tirai ungu kamarnya, menari di dinding yang dipenuhi poster-poster band indie kesukaannya. Satu poster yang paling besar, dengan gambar vokalis favoritnya tengah melompat di udara, menggantung persis di atas meja belajar yang penuh catatan warna-warni dan bingkai foto kecil keluarga.
"Lisa, ayo turun! Sarapan!" suara lembut ibunya terdengar dari lantai bawah, diiringi aroma telur dadar dan roti panggang yang menguar dari celah pintu.
Lisa mengusap wajahnya perlahan, lalu bangkit dan duduk di tepi ranjang. Sekilas ia menatap cermin. Rambutnya masih berantakan, tapi matanya bersinar tenang, seolah dunia tak pernah menyakitinya. Ia berdiri, mengenakan hoodie abu-abu yang sudah mulai pudar warnanya, lalu melangkah keluar kamar.
Di meja makan, pemandangan itu seperti lukisan kebahagiaan yang tak disentuh waktu. Ayahnya duduk sambil membaca koran, ibunya menuangkan teh hangat ke cangkir, dan adiknya Rio duduk menyuap nasi dengan lahap, sesekali menggoda Lisa dengan mulut penuh. Gelak tawa mereka mengisi ruang, mengalir ringan seperti pagi yang terlalu damai untuk dilukai.
Lisa duduk di tempat biasa. Ibunya menyodorkan piring, dan ayahnya, tanpa mengalihkan pandangan dari koran, berkata, "Ranking satu lagi bulan ini, ya? Hebat."
Lisa tersenyum kecil. "Biasa aja, Yah. Belum tentu bulan depan juga."
"Ah, merendah terus, padahal nilaimu susah ditandingi," timpal ibunya, lalu mengelus rambutnya sekilas.
Rio nyengir, "Tapi tetap aja, Kak Lisa enggak bisa ngalahin aku main Mobile Legend."
"Karena aku enggak main game, bego."
"Bahasa!" seru ibu mereka, lalu semua tertawa lagi.
Lisa mencuri pandang ke dinding di seberang meja makan. Di sana tergantung jam kayu bulat yang sudah bertahun-tahun menemani keluarga itu. Jarum panjang dan pendeknya berhenti di satu titik. 07.15.
Ia mengerutkan dahi. "Jam itu rusak lagi, ya?"
Ibu menoleh sekilas. "Oh? Mungkin baterainya habis. Nanti Mama ganti."
Lisa mengangguk pelan, lalu kembali menikmati makanannya.
Di luar rumah, suara burung dan langkah sepatu anak-anak sekolah terdengar samar. Tak ada tanda-tanda badai. Tak ada keretakan. Di dalam diri Lisa, sebuah bagian kecil dari dirinya menyadari bahwa pagi ini, berbeda dengan pagi lainnya... Yang sempurna.
***
Pagi itu, ...