Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Terlambat
0
Suka
597
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Lisa membuka mata saat sinar matahari menembus tirai ungu kamarnya, menari di dinding yang dipenuhi poster-poster band indie kesukaannya. Satu poster yang paling besar, dengan gambar vokalis favoritnya tengah melompat di udara, menggantung persis di atas meja belajar yang penuh catatan warna-warni dan bingkai foto kecil keluarga.

"Lisa, ayo turun! Sarapan!" suara lembut ibunya terdengar dari lantai bawah, diiringi aroma telur dadar dan roti panggang yang menguar dari celah pintu.

Lisa mengusap wajahnya perlahan, lalu bangkit dan duduk di tepi ranjang. Sekilas ia menatap cermin. Rambutnya masih berantakan, tapi matanya bersinar tenang, seolah dunia tak pernah menyakitinya. Ia berdiri, mengenakan hoodie abu-abu yang sudah mulai pudar warnanya, lalu melangkah keluar kamar.

Di meja makan, pemandangan itu seperti lukisan kebahagiaan yang tak disentuh waktu. Ayahnya duduk sambil membaca koran, ibunya menuangkan teh hangat ke cangkir, dan adiknya Rio duduk menyuap nasi dengan lahap, sesekali menggoda Lisa dengan mulut penuh. Gelak tawa mereka mengisi ruang, mengalir ringan seperti pagi yang terlalu damai untuk dilukai.

Lisa duduk di tempat biasa. Ibunya menyodorkan piring, dan ayahnya, tanpa mengalihkan pandangan dari koran, berkata, "Ranking satu lagi bulan ini, ya? Hebat."

Lisa tersenyum kecil. "Biasa aja, Yah. Belum tentu bulan depan juga."

"Ah, merendah terus, padahal nilaimu susah ditandingi," timpal ibunya, lalu mengelus rambutnya sekilas.

Rio nyengir, "Tapi tetap aja, Kak Lisa enggak bisa ngalahin aku main Mobile Legend."

"Karena aku enggak main game, bego."

"Bahasa!" seru ibu mereka, lalu semua tertawa lagi.

Lisa mencuri pandang ke dinding di seberang meja makan. Di sana tergantung jam kayu bulat yang sudah bertahun-tahun menemani keluarga itu. Jarum panjang dan pendeknya berhenti di satu titik. 07.15.

Ia mengerutkan dahi. "Jam itu rusak lagi, ya?"

Ibu menoleh sekilas. "Oh? Mungkin baterainya habis. Nanti Mama ganti."

Lisa mengangguk pelan, lalu kembali menikmati makanannya.

Di luar rumah, suara burung dan langkah sepatu anak-anak sekolah terdengar samar. Tak ada tanda-tanda badai. Tak ada keretakan. Di dalam diri Lisa, sebuah bagian kecil dari dirinya menyadari bahwa pagi ini, berbeda dengan pagi lainnya... Yang sempurna.

***

Pagi itu, ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Novel
ELOK BERDARAH
Mona Cim
Cerpen
Bronze
Misteri kamar Bapak
muhamad zaid
Flash
Bidadari Pembohong
Alwinn
Novel
Kindness Killer
Hera Z
Novel
MISTIS & MEDIS
Linda Fadilah
Cerpen
Bronze
Lembah Berhantu Ambrose Bierce, penerjemah : ahmad muhaimin
Ahmad Muhaimin
Cerpen
Bronze
Ibu Jadi Boneka Kayu
Dian Herdiawan
Cerpen
Bronze
Lelaki Bibliokas
Aruna Mufida
Cerpen
Bronze
Nocturnal Kota dan Wanita di Balik Jendela
Maquia
Cerpen
Bronze
A Little Bird
Lirin Kartini
Cerpen
Bronze
Saldo anda Rp.0
Ron Nee Soo
Novel
Ashen side of Sumatra
Bintang Harly Putra
Cerpen
Bronze
kenangan September
Mochammad Ikhsan Maulana
Novel
Bronze
RITUAL GUNUNG KEMUKUS
Citra Rahayu Bening
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
24 Jam Yang Menghapusku
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tidak ada Tempat untuk Kita Berteduh
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Nyaris
Muhamad Irfan
Cerpen
Tak Layak
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Jaket Merah yang Tak Pernah Dikembalikan
Muhamad Irfan
Cerpen
BISU
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bunga yang Tak Pernah Ditaruh di Vas
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Satu Kursi yang Kosong
Muhamad Irfan
Cerpen
Tersisa di Gaza
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tak Terdengar
Muhamad Irfan
Cerpen
Sepotong Roti Hangat di Ujung Hujan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tanpa Balasan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan di Meja Sebelah
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan yang Tidak Pernah Pulang
Muhamad Irfan