Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Terkutuk
0
Suka
2,325
Dibaca

Seorang kolektor barang antik bernama Rendra menghela napas panjang, debu-debu yang melayang di udara menusuk hidungnya. Sudah berjam-jam dia menjelajahi toko barang loak yang kumuh ini, namun belum ada satu pun benda yang menarik perhatiannya. Toko yang terletak di sebuah gang sempit, jauh dari keramaian kota, ini dikenal dengan sebutan "Harta Karun Tersembunyi". Banyak kolektor lain yang sudah menyerah mencari di sini, tapi Rendra, dengan keuletannya, tetap optimis.

Mata Rendra menyapu setiap sudut ruangan, tumpukan buku tua, patung-patung yang patah, dan perabotan yang usang. Lalu, matanya terpaku pada sebuah tumpukan di sudut gelap, di bawah rak yang hampir roboh. Di sana, tertutup lapisan debu tebal, tergeletak sebuah kotak musik.

Rendra berjalan mendekat, langkahnya hati-hati. Kotak musik itu terlihat usang dan rusak, engselnya karatan, dan permukaannya tergores di sana-sini. Namun, ukiran di atasnya membuat Rendra terpana. Sebuah ukiran rumit yang menggambarkan sosok perempuan menari di antara pepohonan, dikelilingi oleh burung-burung kecil. Ukirannya sangat halus dan detail, menunjukkan keahlian luar biasa dari pembuatnya. Rendra merasa ada sesuatu yang istimewa dari kotak musik ini.

Pemilik toko, seorang kakek tua yang misterius, muncul dari balik tumpukan barang. Matanya yang cekung memandang Rendra dengan tatapan kosong. "Kotak musik itu," katanya dengan suara serak, "jangan pernah kau putar engkolnya." Rendra mengerutkan kening, tidak mengerti maksud kakek itu. Dia mengira itu hanyalah takhayul belaka. Rendra mengambil kotak musik itu, menawarnya, dan membayarnya. Kakek itu hanya mengangguk pelan, tanpa senyum, seolah-olah dia tahu apa yang akan terjadi.

Rendra membawa pulang kotak musik itu ke apartemennya yang minimalis. Di malam hari, setelah membersihkan kotak musik itu, Rendra kembali terpukau dengan keindahan ukirannya. Rasa penasarannya memuncak. Dia mengabaikan peringatan kakek tua itu dan memutar engkolnya. Alunan melodi yang indah namun sendu mengalun, mengisi seluruh ruangan. Melodi itu terasa akrab, seolah-olah dia pernah mendengarnya sebelumnya. Ketika melodi itu berakhir, Rendra merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia mulai dihantui oleh bayangan-bayangan aneh dan bisikan-bisikan yang tak jelas asalnya.

Bisikan-bisikan itu terd...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Terkutuk
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
KEMPONAN
Hesti Ary Windiastuti
Cerpen
Bronze
Sahabat Ku Maafkan Aku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Koma Karmila
Herman Sim
Novel
Bronze
Goyangan Pohon Beringin
Erika Oktavian
Novel
Mereka di Sini
Jasma Ryadi
Flash
Bronze
Gudang Belakang Rumah Kakek
Risti Windri Pabendan
Novel
Bronze
6nam
Nikodemus Yudho Sulistyo
Flash
SUBUH
Kimijuliaaa
Cerpen
Bronze
Gaun Bekas
Novita Ledo
Cerpen
wajah kedua
Tulisan Tinta16
Novel
SARI, Arwah Penasaran yang terundang
Efi supiyah
Novel
NANDANA
Shinbul
Flash
Hitam
rossewoodz
Flash
Pengantin Maut
Elya Ra Fanani
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Terkutuk
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sahabat Ku Maafkan Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Raina
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Yang Tersisa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ibu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Diri
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Notifikasi Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Elara
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bunker Jepang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Di Bawah Ancaman Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rantai Pemicu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Gema Yang Membeku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Anatomi Bayangan
Christian Shonda Benyamin