Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tokoh : 1. Najwa Larasati, 20 tahun, cerdas, anak ustad, berperilaku lemah lembut.
2. Harlan Kusuma, 20 tahun, biasa saja, anak pengusaha, perilaku ugal-ugalan.
3. Zoya Permata, 20 tahun, sahabat Najwa.
Pagi ini adalah ujian akhir semester hari pertama, tapi Najwa sepertinya bangun kesiangan karena selepas solat subuh tadi dia mengantuk dan tidur lagi.
“Ya Allah, jam berapa ini?” teriak Najwa saat Ummi membangunkannya.
“Sudah jam tujuh pagi,” jawab Ummi.
“Ummi, Najwa ada ujian akhir semester pukul setengah delapan, aduh telat deh, kenapa dibangunin sekarang sih.” ucapnya sambil berlari ke kamar mandi.
Ummi menggelengkan kepala saja melihat anak gadisnya itu panik karena kesalahannya sendiri. Padahal setiap harinya tidak pernah dia seperti ini. Dia anak yang selalu menyiapkan segala sesuatunya dengan matang, bahkan dia ketiduran di atas buku pelajaran yang dia pelajari.
“Sarapan dulu,” ucap Ummi ketika Najwa keluar dari kamarnya.
“Tidak usah Ummi, nanti saja, Najwa sudah telat.” balas Najwa lalu bersalaman dengan Ummi dan langsung kabur menyambar kunci motor maticnya.
“Hati-hati Najwa, ingat masa depanmu masih panjang,” nasehat Ummi ketika melihat Najwa sepertinya sangat buru-buru. Ummi takut kalau Najwa kebut-kebutan di jalan dan terjadi sesuatu padanya.
Najwa mengangguk saja lalu mengemudikan motornya secepat kilat tujuannya hanya satu, sampai di kampus dan bisa mengikuti pelajaran, tapi sepertinya hari ini adalah hari apesnya, dia bertabrakan dengan seorang pria yang menjengkelkan di parkiran motor.
“Duh, punya mata nggak sih. Kamu tahu nggak kalau ponsel aku itu harganya mahal?!” teriak pria itu.
“Maaf kak, tidak sengaja,” ucap Najwa.
“Maaf-maaf kamu harus ganti rugi!” tegas Pria itu. “Duh mimpi apa aku semalam, bisa bertemu gadis jelek, miskin sepertimu!” imbuhnya.
Najwa memutar bola matanya malas, lalu dia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh menit. Lalu dia langsung berlari meninggalkan pria sombong tadi karena takut tidak diperbolehkan masuk ruangan ujian.
“Woii, gadis jelek, beraninya kamu mengabaikanku!” teriak pria itu, lalu pria itu melirik motor Najwa dan timbullah keisengan di otaknya.
“Oh ini motor butut si jelek tadi. Pasti dia orang miskin ‘kan, aku kerjain saja dia.” ucap Pria itu lalu menjalankan aksinya. Pria bernama Harlan itu mengempesi ban motor Najwa lalu dia menendang ban itu dengan puas.
“Rasakan karena berani memprovokasi aku.” ucap Harlan lalu dia berjalan dengan tenang menuju kelasnya.
Sampai di ruang kelas, pria tampan dan agak Bengal itu duduk di belakang Najwa, gadis lugu itu pun kaget ketika melihat Harlan memasuki ruang kelasnya. Dia jarang sekali melihat wajahnya di kelas ini apa dia anak pindahan.
***
“Kita bertemu lagi, gadis kampungan,” bisik Harlan.
Najwa tidak mempedulikan pria itu, dia sibuk dengan mengerjakan lembar soal ujiannya. Lebih baik fokus mengerjakan ujian daripada meladeni pria tengil itu. Sepanjang waktu ujian pria itu selalu usil ngerjain Najwa, mulai dari menendang kecil kursi Najwa, menjepretkan karet ke arah Najwa, hingga menarik kerudung yang dipakai oleh Najwa.
“Waktu kurang lima menit lagi, selesai tidak selesai kumpulkan lembar jawaban kalian,” ucap Dosen.
“Baik, Bu,” ucap para mahasiswa itu kompak.
“Alhamdulilah akhirnya selesai juga.” ucap Najwa lalu maju berdiri dan ingin maju ke depan mengumpulkan lembar jawaban tulisannya. Tapi tiba-tiba dia jatuh dan disoraki seluruh mahasiswa yang ada di kelasnya.
“Aduh,” rintihnya setengah malu karena bisa terjatuh saat akan berjalan ke depan. Semua teman-temannya menyorakinya yang terjatuh, terlebih Harlan yang ada di belakangnya dia tertawa dengan puas melihat Najwa menjadi bahan...