Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Tempat Les Kak April
0
Suka
21
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Kak April, kenapa kakak suka sekali membaca novel ?" Aisyah salah satu murid les ku kelas dua SMP yang sudah ratusan kali bertanya pada ku tentang kecintaan ku terhadap hobi membaca ku ini.

"Emang kamu, yang hobinya liatin Oppa Kpop" kataku sembari tertawa dan mengundang tawa lima murid les ku lainnya.

"Kenapa kakak tidak menjadi penulis novel saja, kakak suka sekali bercerita tentang buku yang kakak baca kepada kami" Raihana murid les ku yang selalu antusias ketika aku menceritakan sebuah cerita kepada mereka.

Nama ku April, usiaku dua puluh sembilan tahun, belum menikah dan sudah dua tahun aku resign dari kantor ku. Mendapatkan pekerjaan baru ternyata lebih sulit dari pada ketika aku lulus kuliah. Banyak lowongan pekerjaan yang memberi batas usia pada syarat-syarat nya, dan salah satu yang sering aku temui adalah usia maksimal untuk melamar pekerjaan adalah dua puluh lima tahun.

Pengangguran dengan pengalaman pekerjaan yang berbeda dengan jurusan kuliah ku dan usia ku yang banyak sekali mengatakan aku tidak muda lagi entah apa ukuran usia muda bagi mereka menjadi masalah untuk ku dan juga keluarga ku yang juga membutuhkan tambahan pemasukan untuk kehidupan kami.

Aku tidak bisa memasak, aku pun tidak punya modal lagi untuk berjualan, satu-satunya yang aku punya adalah mulut ku dan untuk itu aku putuskan membuka bimbingan belajar, mungkin bahasa umumnya tempat les untuk anak-anak yang ingin belajar atau sekedar membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumahnya. Sekarang ini lah aku seorang guru les dengan lima orang siswa.

Murid-murid ku semuanya adalah perempuan, mereka adalah anak-anak yang berada di kompleks perumahan yang sama dengan ku, dan mereka juga seumuran sama-sama kelas dua SMP dengan sekolah yang berbeda, untung saja mereka seumuran, tuhan memberikan kemudahan pertama untuk ku agar aku fokus dulu mengajar sesuai dengan kelas mereka yang materi pelajarannya tidak berbeda.

Aku kira menjadi seorang guru les itu gampang, seperti guru sekolah kita, mengajar dan menjelaskan kepada siswa memberikan tugas dan tinggal di nilai. Persepsi ku salah selama ini, guru Les bukan hanya sekedar mengajarkan dan menjelaskan atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah mereka, tetapi aku harus benar-benar mengetahui apakah mereka paham dengan pelajaran di sekolahnya.

Aku benar-benar terkejut melihat cara pembelajaran anak-anak sekarang dengan diri ku yang dulu, dimana ketika aku masih bersekolah dulu kami akan mencari jawaban dari soal yang di berikan oleh guru di buku paket sekolah kami, kami harus membaca dengan teliti hingga mendapatkan jawaban yang di butuhkan meskipun memakan waktu yang lebih lama. Sedangkan anak-anak sekarang mereka lebih memilih untuk mencari langsung di smartphone mereka jawaban yang mereka butuhkan, tidak butuh waktu lama jawaban tersedia dengan cepat, mudah dan praktis bagi mereka. Awalnya aku mengikuti cara mereka, tetapi aku menyadari bahwa jawaban yang mereka dapatkan dengan mudah dari smartphone mereka ternyata jarang sekali masuk kedalam ingatan mereka, bukan hanya yang sifatnya menghapal tetapi pemahaman juga. Ternyata ini pengaruh dari kurang nya membaca.

Aku rasa cara pembelajaran seperti mereka tidak salah, tetapi minat membaca mereka menjadi lebih rendah. Aku seperti merindukan masa-masa sekolah ku ketika bersama mereka, merindukan saat-saat membaca buku pelajaran yang meskipun tak ingin tapi wajib untuk di baca karena semua jawaban soal di dalam sana. Merindukan suasana dengan teman-teman ku dulu yang saling bertukaran novel sebagai bentuk hiburan kami.

Aku memutuskan untuk meningkatan minat membaca dari murid-murid ku ini, setidaknya mereka tidak seperti ku yang sulit mendapatkan pekerjaan sekarang, aku ingin mereka berlima bisa terbang jauh lebih tinggi menggapai impian mereka. Aku akan berusaha menumbuhkam minat mereka. Aku suka membaca novel, salah satu aktivitas paling menyenangkan pada diri ku adalah membaca novel. Aku akhirnya mencoba untuk meracuni murid-murid ku dengan kecintaan ku pada novel.

"Kak, Aku suka sekali karater Ali, dia itu sangat pintar, aku ingin seperti dia" Della salah satu murid ku yang akhirnya paling suka membaca novel diantara yang lainnya.

"Benar, Ali sangat pintar bahkan dia bisa membuat Ily" kata ku merespon ucapan Della. Terkadang di sela-sela waktu les mereka dengan aku, aku sering menyelipkan beberapa percakapan yang akan membuat mereka antusias untuk membaca.

"Siapa itu Ali?" tanya Kia, salah satu murid ku yang sangat hobi untuk bermain sosial media, membuat video di sosial media, dia ingin sekali menjadi content creator. Aku tetap mendukung tentang apa pun impian murid-murid ku, sambil menumbuhkan minat membaca mereka.

"Salah satu karakter serial Bumi" Della terlihat antusias memberitahu Kia.

"Aku sudah baca, tapi aku tidak terlalu suka, terlalu menghayal" kata Kia.

"Kamu terlalu sibuk dengan hp mu, mana sempat membaca" Putri, salah satu murid ku yang kalau berbicara terdengar ketus tetapi dia sebenarnya baik sekali.

"Emang kamu sudah baca" kata Kia yang terlihat kesal.

"Sudah, lanjutkan lagi kerjakan PR nya, jangan berantem" pertengkaran kecil seperti ini lumayan sering terjadi di sela-sela pembelajaran mereka dengan ku.

"Sudah selesai kak, coba kakak periksa" Della merupakan yang paling cepat memahami pelajaran, dan dia juga yang ternyata diantara murid ku yang paling antusias ketika pertama kali aku perkenalkan dengan dunia novel, dan sekarang membaca novel menjadi salah satu aktvitas kesukaannya.

"Kak, gak ada jawabannya, lihat di internet saja ya" Aisyah yang sulit sekali menumbuhkan keinginan membacanya, meskipun begitu aku tetap menawarkan dia meminjam buku-buku novel ku.

"Sini kakak lihat bukunya" jawabannya ada di buku, Aisyah hanya malas saja membaca, terkadang aku membantunya untuk meringkas bacaannya.

"Gak ada kan kak, cari di hp saja kak" kata Aisyah mencoba meyakinkan aku.

"Ada, baca halaman seratus lima puluh sampai seratus lima puluh satu" aku melihat wajah Aisyah yang cemberut karena dia harus membaca juga.

"Kak, kakak belum jawab loh pertanyaan aku" kata Raihana.

"Yang mana?" tanya ku penasaran.

"Kenapa kakak tidak menulis novel saja?" tanya Raihana.

"Kakak sebenarnya cita-citanya mau jadi apa sih?" tanya Putri yang juga terlihat antusias.

"Jangan di jawab dulu kak, tunggu aku bentar lagi aku siap" Aisyah yang juga terlihat penasaran.

"Aku juga, tunggu" Kia yang juga penasaran.

"Cepetan aku bantuin" Della pun ikut membantu Aisyah untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

"Sudah, periksa kak" Kia memberikan bukunya kepada ku dan diikuti oleh Aisyah.

Aku memeriksa semua pekerjaan rumah mereka, sedangkan mereka fokus memandangi ku.

"Bagus, sudah kakak periksa, kayaknya sudah terlalu malam, lebih baik kalian pulang saja" kata ku mencoba menggoda mereka.

"Eh kakak, besok kita libur sekolah kak, tanggal merah, kami masih mau di sini, kakak belum jawab" Putri terlihat kesal.

"Nanti orang tua kalian marah" kata ku.

"Della, sudah WhatsApp mama, kata mama boleh" Della tersenyum, keempat murid ku yang lain pun ikut memberikan pesan pada orang tuanya.

"Lanjut kak" kata Raihana yang terlihat paling penasaran.

Aku bingung apa yang ingin aku katakan pada mereka, apa sebenarnya impian ku, aku mulai memikirkan apa yang paling membuat ku bahagia. Dulu aku memang ingin sekali menjadi seorang penulis skenario film, tetapi aku belum bisa mewujudkan nya, sebenarnya mimpi itu belum pernah padam dan masih ku simpan disebuah ruangan di dalam hati ku. Banyak faktor yang membuat ku belum bisa menggapai nya, tempat tinggal ku yang jauh dari ibu kota tempat para sineas berkumpul. Aku tinggal di pulau seberangnya, belum lagi orang tua ku yang dari dulu sangat tidak memperbolehkan ku keluar dari kota ini hanya karena aku adalah seorang anak perempuan, tetapi sekarang mungkin orang tua ku sudah berdamai mereka memperbolehkan ku ke ibu kota asalkan aku sudah mendapatkan pekerjaan yang jelas. Itu lah salah satu takdir yang sudah ku lalui.

Dulu aku suka sekali membuat sebuah cerpen, tetapi tidak pernah terpikirkan untuk mempublikasikannya, aku hanya menganggap nya hobi yang mengasyikkan. Ketika aku sibuk bekerja sebelum resign dari kantor, salah satu hobi ku itu sudah tidak pernah ku lakukan lagi, setelah resign aku mulai menulis lagi, tetapi aku menulis puisi-puisi. Pertanyaan murid ku ini membuatku bertanya kembali pada diri ku, apa yang sebenarnya yang aku sukai dan ingin aku lakukan.

"Jadi apa kak ?" tanya putri yang semakin penasaran.

"Kalau kakak buat novel, kalian akan membacanya ?" tanya ku.

"Pasti" kata Della dengan semangat.

"Kakak ingin jadi penulis?" tanya Putri.

"Kakak ingin menjadi penulis skenario film" aku tersenyum melihat murid-murid ku terlihat antusias.

"Kalau kakak buat film, aku jadi artisnya" Kia terlihat bersemangat.

"Tapi itu di ibu kota, jauh" kata Aisyah.

"Kakak tulis aja novel, terus nanti novelnya bisa di jadikan film" kata Raihana.

"Menjadi penulis novel tidak semudah itu, tulisan kita harus diterbitkan dulu oleh penerbit, terus kalau laris dan laku baru berkemungkinan di film kan" kata ku yang terdengar sedikit pesimis.

"Aku suka ketika kakak merekomendasikan novel apa yang harus kami baca, itu adalah sebuah tanda bahwa kakak mampu untuk membuat sebuah cerita yang bagus" Della mencoba menyemangati ku.

"Kakak ku sayang, sekarang dunia ini hanya sekecil ini, begitupun penerbit dan ketenaran yang kakak katakan" Kia menunjukkan kearah hpnya.

"Maksud kamu ?" Aisyah yang terlihat tidak mengerti.

"Banyak aplikasi-aplikasi menulis novel di hp, terkadang aku suka membaca lewat aplikasi-aplikasi tersebut, bahkan aku lihat di sosial media, banyak dari novel - novel online itu jadi film" Kia terlihat percaya diri menjelaskan pengetahuannya tentang smartphone.

"Ia, tapi aku tidak terlalu suka, ceritanya banyak tentang rumah tangga, mama saja baca menggunakan aplikasi begituan" Della memanyunkan bibirnya.

"Banyak kok tentang anak sekolahan, beragam disana" Kia menjelaskan.

"Benar kata Kia kak, nanti tinggal promosikan di sosial media, jadi orang bisa cepat tahu" kata Putri yang ikut bersemangat.

Aku sudah tahu mengenai aplikasi-aplikasi tersebut, tetapi kepercayaan diri ku mulai menurun tentang impian ku, tetapi melihat mereka yang antusias mendengarkan impian ku, pintu impian ku yang sudah ku kunci rapat terbuka kembali, aku kembali memiliki semangat untuk menggapainya.

"Dunia sudah sangat canggih sekarang ya" kata ku tersenyum melihat mereka.

"Benar kak, makanya aku di depan hp terus" Kia tertawa.

"Gak baik, entar sakit mata" Raihana mengingat kan.

"Benar sekali, hp itu memang banyak keuntungan bisa sebagai sarana hiburan, informasi dan edukasi, kalian juga harus bisa memaksimalkan itu semua bukan hanya Oppa KPop saja yang di lihat, tetapi informasi dan edukasi juga harus seimbang" kata ku menjelaskan.

"Ia kak, terkadang Della suka juga melihat video penjelasan pembelajaran dari orang-orang di sosial media" kata Della.

"Bukan hanya pembelajaran di sekolah saja yang ada di hp itu, bahkan berita tentang dunia pun sekarang mudah untuk di aksesnya, tetapi kita juga harus pintar-pintar untuk memilihnya, jangan sampai kita kena hoax" kata ku.

"Ia, teman-teman Putri di kelas itu sering kali kak kena hoax, kalau putri gak percaya kalau hanya dari satu sumber" kata putri.

"Nah ini benar, makanya kakak rajin nyuruh kalian membaca karena, dengan membaca kalian akan mudah mendapatkan informasi lainnya dan mencari informasi lainnya" kata ku.

"Jadi, kakak akan menulis novel kan?" tanya Della.

"Tunggu saja, sudah malam sekali, kalian pulang dulu, dua hari lagi kita lanjutkan yah percakapan kita" kata ku.

"Kakak" Raihana terlihat cemberut.

"Oke kak, mama juga sudah suruh pulang" Kia menunjukkan pesan dari mamanya.

"Kalau kakak buat novel, tulis Aisyah sebagai perempuan cantik dan populer yah kak" Aisyah tertawa.

"Kamu kira kak April, akan menulis tentang kamu, jadi naga saja dia kak, atau batu saja" kata Putri tertawa.

"Sudah sana pulang lagi" aku tersenyum melihat pertengkaran mereka.

Murid-murid ku sudah pulang, aku masuk kedalam kamar ku dan mencari sebuah buku yang dulu sangat berharga untuk ku ketika aku masih kuliah. Aku membuka halaman buku tersebutlah satu persatu, disitu aku pernah menulis premis-premis apa saja yang ingin ku buat jika aku menulis sebuah skenario film.

Aku menangis membacanya, aku memutuskan mengunduh aplikasi membaca dan membuat sebuah akun di aplikasi tersebut, dan malam ini kuputuskan untuk membuat sebuah novel dan malam ini.

Aku memberi judul pada tulisan pertama ku "April yang telah kembali".

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Tempat Les Kak April
Yadani Febi
Cerpen
KALAU ADA YANG SULIT, KENAPA HARUS DIPERMUDAH?
Yunia Susanti
Cerpen
Story Of My Life
Jessy Margaret
Cerpen
Esok Masih Akan Terus Berjalan
Rein Senja
Cerpen
Bronze
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Suara Butala
bloomingssy
Cerpen
Bronze
Jam Malam di Warung Kopi
Muram Batu
Cerpen
KEAJAIBAN TETANGGA KOMPLEK
R Hani Nur'aeni
Cerpen
Janu Kara
rdsinta
Cerpen
Bronze
TRIJATHA
Sri Wintala Achmad
Cerpen
Bronze
Pesugihan Abah Miun
Bisma Lucky Narendra
Cerpen
Dunia Cermin
Chiavieth Annisa06
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Asa Untuk Iza
Rafiu H
Cerpen
Bronze
Pita Hitam
Imajinasiku
Rekomendasi
Cerpen
Tempat Les Kak April
Yadani Febi
Flash
REALITA ATAU MIMPI YANG SERING DI PERDEBATKAN ?
Yadani Febi
Flash
Bronze
TANDA SERU
Yadani Febi
Flash
Bronze
KEGILAAN
Yadani Febi
Flash
Bronze
PERANGKAP
Yadani Febi
Flash
Bronze
BERBISIK UNTUK BERNAFAS
Yadani Febi
Novel
Apa Kabar Neina ?
Yadani Febi
Flash
Bronze
Realita atau Mimpi yang sering di perdebatkan
Yadani Febi
Cerpen
Cinta Pertama
Yadani Febi