Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Teman online
1
Suka
7
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Cukup Jaya!" Seorang gadis cantik terlihat menangis sembari memegangi pipinya yang merah.

"Aku capek! nggak cuma hati aku, tapi fisik aku juga kamu sakitin, Jaya! setiap emosi selalu lampiasin ke aku, selalu nyalahin aku, aku terima karena aku sayang sama kamu, aku nunggu buat kamu berubah, tapi apa?! Kamu malah makin menjadi!" Sedangkan lelaki yang di panggil Jaya itu masih terdiam, tangannya yang baru saja melayang untuk menampar perempuan di depannya ini terlihat bergetar.

"Aku capek, aku udah muak sama kelakuan kamu." Perempuan itu terlihat berusaha menghentikan tangisnya.

"Makasih udah jadi cowok terberengsek yang aku kenal, dan maaf aku nggak bisa jadi mainan kamu lagi! " Setelah mengucapkan kalimat sarat akan kesakitan, perempuan itu berbalik, dan berlari menjauh tanpa menoleh lagi. Meninggalkan Jaya yang kakinya terasa kaku untuk melangkah. "Kenya ...." Perempuan itu tak akan menoleh lagi.

"KENYAA!! "

Jaya terbangun seketika dari tidurnya, ia menggeleng kecil dan meraup wajahnya dengan kasar, bisa-bisanya kisah masa lalunya hadir menjadi sebuah mimpi buruk.

Perempuan itu adalah Kenya, perempuan yang pernah menjadi kekasihnya beberapa tahun yang lalu, yang telah di sakitinya berkali-kali tanpa sedikitpun dirinya meminta maaf kepada perempuan itu.

Adijaya Vincent, lelaki yang menjadi mahasiswa semester 2 di bangku kuliah itu terlihat menghela napas kecil, ia telah melupakan masa lalunya, dan kini ia sedang berusaha menjadi lebih baik lagi.

***

Di kantin fakultas, Jaya terlihat larut menatap HP nya sedari tadi, membuat yang lain menegur karena ia hanya fokus ke HP bahkan sampai mengabaikan makanannya.

Jaya hanya tersenyum tipis. Akhir-akhir ini ia sedang menyukai sebuah grup chat random, berkenalan dengan teman-teman online, meskipun dia jarang nimbrung karena sifatnya yang pendiam. Ia fokus menatap layar ponsel karena di grup ada seorang perempuan bernama Mona yang sedang curhat perihal cowoknya yang toxic, sering berkata kasar dan main tangan terhadapnya.

Jaya yang jarang sekali nimbrung, kini secara mengejutkan tertarik untuk muncul membalas curhatan perempuan itu.

Vincent : kenapa masih di pertahanin?

Dio : wehh, tumben Vincent nongol.

Ziko : kirain udah nggak bernapas, Vin. Wkwk.

Kalau di dalam grupchat, Jaya memang memperkenalkan diri dengan nama belakangnya.

Mona : alasan klise, masih sayang.

Jaya geleng-geleng kepala membacanya, tidak habis pikir alasan seperti itu masih di gunakan ketika hati dan fisik sudah sama-sama terluka.

Dan hal itu sedikit mengingatkannya dengan kekasih masalalunya.

Dan berawal dengan Mona yang curhat tentang hubungan toxic tersebut, Jaya menjadi tertarik untuk lanjut mengobrol dengan perempuan itu, ia bahkan sampai mengajak perempuan itu mengobrol di chat pribadi.

Vincent : bagaimana mungkin bisa nyaman sama hubungan kayak gitu?

Mona : nggak tau emang goblok apa gimna ya, tapi perasaan kan susah banget diatur.

Vincent : dapat di pahami. Tapi, emangnya perasaan sayang lo itu ngasih keuntungan karena jadi alasan buat bertahan?

Mona : keuntungannya ya itu, jadi goblok sama cinta terus rela aja gitu di sakitin. Dia marah gue diem, dia mukul gue cuma nangis, nerima-nerima aja.

Vincent : lebih sayangi diri lo sendiri mulai sekarang.

Tanpa sadar Jaya menghela nafas pendek. Jadi, seperti itu kah dulu Kenya terhadapnya? bersyukurlah semenjak putus dari Kenya dan masuk kuliah, Jaya menjadi sosok yang pendiam. Dia mulai belajar dari kesalahan dan berusaha memperbaiki keburukannya.

"Jay, balik kelas yok!"

Jaya menoleh ketika teman-temannya mengajaknya untuk kembali ke kelas. Ia mengangguk dan bangkit dari duduknya, kembali ke kelas tanpa menghabiskan makanannya.

Dan sejak saat itu, Jaya mulai kembali membuka diri untuk orang baru.

Mona, teman online yang di kenalinya dari grupchat itu mulai menjadi sahabat baiknya.

***

Hari-hari berlalu, sudah dua bulan Jaya berteman dekat di sosial media dengan Mona. Tanpa di sadarinya, ia mulai nyaman dan tak pernah melewatkan seharipun tanpa bertukar pesan dengan perempuan itu. Sifatnya yang ekstrovert membuat Jaya tak sungkan untuk bertukar cerita dengannya.

Mona : Vinceeennt! Gue pusing, PUSING BANGETTTT!! tugas gue numpuk! gak ada bedanya sama dosa gue, numpuukk terus tiap hari :(

Chat dari Mona selalu berhasil membuat Jaya tertawa kecil.

Vincent : sini liat, gue bantu kerjain.

Mona : eh, beneran??

Vincent : iyaa.

Mona : (sand a picture).

Vincent : gue kerjain ntar sepulang kuliah.

Mona : oh my God! Lo baik amat deh, vin. Bestyh forever deh pkoknya, makasih yaa.

Vincent : Sama-sama.

Tanpa terasa mereka semakin dekat, bahkan sudah terbuka menunjukkan kedekatan mereka di dalam grup chat, membuat banyak yang mengejek dan menjodoh-jodohkan mereka berdua.

Mona : kami cuma besty! Gaje lu pada, deh.

Vincent : cuma sahabat online, gak ada apa-apa, salah emang cowok cewek sahabatan?

Dio : yee ngelak, emng lo udah move on, Mon? dari cowok lo itu?

Mona : apaan deh, cwok toxic gitu diinget inget.

Putra : siapa tau Mon, lo masih cinta mati sama dia.

Mona : diem deh, mending sama Vincent yang baik hati :D

Dio : alah bangke! Kayak gitu Masih sok-sokan ngelak.

Ziko : asli! Udah jadian aja kalian berdua.

Dan mereka berdua selalu kompak menegaskan kalau mereka hanya sahabat. Meskipun di balik itu semua, keduanya sama-sama tersenyum ketika membalas ejekan teman se-grup, dan mulai berpikir apakah mereka sebenarnya menyukai satu sama lain?

Di satu sisi, Mona menyukai sikap Vincent yang mau mendengarkan ocehannya dan selalu baik padanya. Dan bagi Jaya, Mona itu perempuan ceria yang berhasil membuatnya sering tertawa setiap hari. Jaya bukan lagi cowok berhati dingin seperti dulu, saat masa-masa SMA yang dipenuhi emosi, dan perubahannya kini sangat dapat dibuktikan dari pengakuan Mona.

Vincent baik! Baik banget.

Sampai suatu hari, untuk pertama kalinya Mona mengiriminya pesan untuk meminta bantuan darinya.

Mona : Vin, minta tolong pinjem duit buat bayar paket, boleh nggak? Gue lupa belom isi saldo rekening :(

Vincent : boleh, berapa?

Mona menyebutkan nominal dan dengan senang hati Jaya mentransfer uang untuk membayar paket milik Mona, bahkan ia merasa sangat senang bisa membantu perempuan itu.

Mona : thanks Vin, lo emang sahabat terbaik! lopyu pul! Sayang deh sama lo ;)

Kalimat candaan biasa, namun efeknya luar biasa bagi hati Jaya. Saat itulah, Jaya menyadari kalau dia benar-benar menyukai teman onlinenya ini, dan dia sedikit gamang.

Wajarkah jika dia menyukai sahabat yang hanya kenal dan berhubungan online? Mereka tidak pernah bertemu, bahkan wajah masing-masing pun mereka tidak mengetahuinya, aneh kan? Mereka sama-sama jarang mengunggah foto pribadi.

Mereka hanya sahabat di dunia maya, jadi wajarkah jika Jaya memiliki perasaan lebih untuk perempuan itu?

Vincent : sekali-kali coba Lo nunjukin muka ke gue :)

Itu adalah langkah awal Jaya untuk mengetahui pribadi Mona lebih jauh, saat itu dia juga berkeinginan untuk mengungkapkan perasaannya. Tidak untuk meminta balasan dari perempuan itu, dia hanya ingin mengungkapkan kejujurannya.

Mona : kepo ya lo sama gue? Gue kasih pap tapi ntar lo gantian ya :D

Vincent : oke siap.

Jaya bahkan sampai senyum-senyum sendiri menunggunya, sama sekali bukan Jaya yang orang-orang kenal.

Mona : (sand a picture)

Akhirnya! Jaya bersorak dalam hati, ia bergegas melihatnya.

Dan seketika itu juga Jaya mematung, raut mukanya menjadi kaku, dan senyumnya luntur tak bersisa.

Wajah itu ..., Sangat di kenalinya! Wajah yang kadang masih mampir di mimpinya.

Kenya? Perempuan dalam foto adalah dia, benar-benar Kenya, mantan kekasihnya. Kenya Ramona! Bagaimana mungkin Jaya tidak menyadarinya sama sekali?

Dan jika Mona adalah Kenya, berarti ..., selama ini cowok yang di ceritakan Mona adalah dirinya sendiri? Dirinya yang dulu, Jaya yang toxic dan emosional.

Bagaimana mungkin? Bagaimana cara menjelaskan semua ini? Jadi, selama ini dia bertukar pesan dengan mantan kekasihnya? Dia juga ikut emosi mendengar cerita Mona tentang cowok toxicnya dulu, dia juga ikut mentertawakan dan mengatainya, berarti dia mentertawakan dirinya sendiri?

Jaya merasa napasnya tercekat, ia tak mampu berkata-kata mengetahui fakta mengejutkan ini.

Mereka sama-sama tidak mengetahui identitas masing-masing. Jadi, bagaimana tanggapan Mona jika tau Vincent itu adalah Jaya? Lelaki yang selalu disesali karena pernah berhubungan dengannya?

Dan diatas semua itu, tidak usah jauh-jauh memikirkan perasaan yang hendak diungkapkannya. Jangankan berharap mendapat balasan, dengan mengetahui identitas masing-masing, Jaya bahkan tak yakin Mona mau mempertahankan hubungan persahabatan mereka. Ia tak apa-apa jika Mona menolak perasaannya, namun Jaya tak bisa jika persahabatan mereka akan hilang nantinya. Jaya sudah telanjur menyayangi persahabatan mereka, jadi bisakah Mona menerima dirinya lagi dengan versi yang lebih baik ini?

Sungguh, Jaya tak mau Mona menyesali berhubungan dengan dirinya, untuk yang kedua kali.

Vincent : (send a picture)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sisi Lain Istana
Fitriani
Flash
Bronze
Kencan
Afri Meldam
Cerpen
Bronze
Goresan Kapur, Impian Terukir
Mochammad Ikhsan Maulana
Cerpen
Teman online
Rain dandelion
Novel
Bronze
Buku Harian Alana
Nur Chayati
Skrip Film
SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Widhi ibrahim
Skrip Film
Perempuan 3 Nama (skrip)
Ayeshalole
Flash
Bronze
Kedinginan
Andriyana
Cerpen
Bronze
Tetangga Baru
Viola khasturi
Novel
Gold
The Red Haired Woman
Mizan Publishing
Skrip Film
SATU KATA CINTA
Bayu Adityo Prabowo
Novel
Letters of a Liar
Yoga Arif Rahmansyah
Novel
Bronze
Never Ending Story
Karina saraswati
Skrip Film
Daun di Antara Mawar & Melati (Script)
Rika Kurnia
Flash
Mask
Wuri
Rekomendasi
Cerpen
Teman online
Rain dandelion
Cerpen
Bronze
TEMAN KATANYA, CINTA RASANYA
Rain dandelion
Cerpen
Ayah, maafkan Sea
Rain dandelion
Cerpen
Tawa Yang Hilang
Rain dandelion
Novel
Aero school
Rain dandelion