Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Telepon
1
Suka
47
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jam menunjukkan pukul 09.52 malam. Sekar masih terjaga dengan dirinya yang tiduran di atas kasur empuk yang nyaman, ditemani secangkir kopi.

Walau keesokan harinya dia memiliki jadwal kuliah pagi, dia tidak begitu peduli. Sekali kali begadang menonton drama kesukaannya yang selalu dia tunda-tunda untuk menontonnya tak apa kan.

Dia juga mempunyai setumpuk novel yang belum sempat ia baca, mungkin itu bisa lain kali kalau dia ingat.

Malam ini tidak terlalu dingin dan tidak begitu ssuram. Sekar begitu fokus dengan drama kesukaannya sampai ia mendengar suara mesin dari sepeda motor memasuki rumah, berarti Raden, adik Sekar sudah pulang.

Sekar tetap saja menikmati drama yang di tontonnya. Tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi, ada telepon masuk dari Raden.

"Ada apa Raden menelpon?" tanyanya dalam hati. Sekar mengabaikan panggilan dari Raden yang menurutnya tidak penting, padahal Raden berada dirumah untuk apa dia menelfon kakaknya yang jelas-jelas berada di rumah bersamanya.

Selang beberapa menit, terdengar suara dari televisi yang dinyalakan di ruang tengah. Jam berapa sekarang? Kenapa Raden tidak tidur? Besokkan dia ada jadwal kuliah pagi juga.

Walaupun Raden menyalakan televisi Sekar tak apa karena dia memakai headset ditelinganya.

Lalu, Sekar mendengar adanya suara dari mobil yang berjalan memasuki halaman depan rumahnya dan berhenti.

Secara mengejutkan, dengan tidak sopannya Raden membuka pintu kamar Sekar tanpa mengetuk pintu, tanpa permisi, masuk begitu saja.

"Heh Raden, kalau mau masuk ketuk pintu dulu, jangan nyelonong masuk, bikin kaget tahu.", Raden hanya diam sambil melihat ke luar jendela yang ia sibak sedikit tanpa menanggapi perkataan Sekar.

"Kalau aku lagi ngomong jangan diam aja, jawab kek. Kamu lagi lihat apa sih?" Raden meninggalkan kamar Sekar tetap tidak menjawab pertanyaan dari sang kakak, melirik Sekar saja tidak dilakukan Raden.

"Sialan, aku di abaikan" umpat Sekar pelan.

Setelah itu, dia mendengar suara pintu depan dibuka lalu ditutup kembali. Suara mobil tadi yang sempat berhenti kembali menyala, pergi. Sebelum itu, Raden mematikan semua lampu ruang tengah dan mematikan televisi.

Kenapa Sekar bisa tahu Raden pergi? Karena terlihat dari bayangan yang lewat jendela kamarnya persis sekali dengan postur tubuh Raden yang tingginya kelewatan.

Sekarang hanya ada suara jangkrik yang terdengar, Sekar tidak mempedulikan sikap Raden padanya. Bodo amat lah dia. Kembali Sekar memfokuskan matanya pada drama yang sedang ia tonton.

Suara dering telepon dari ponsel Sekar berbunyi cukup nyaring. Melihat nama yang tertera pada panggilan masuk dia menggerutu.

"Ada apa kamu nelpon aku?" tanya Sekar langsung, tapi sudah ditunggu untuk menjawab malah tidak ada balasan dari seberang sana. Dia melihat layar pada ponselnya sekali lagi masih terhubung dengan Raden.

"Halo Ra, apa kamu masih disana? Halo? jawab Ra" lalu sambungan terputus.

Sekar merasa khawatir jika terjadi sesuatu kepada Raden. Dia menelfon balik Raden untuk memastikan kalo dia baik-baik saja.

Samar-samar, Sekar mendengar suara dering ponsel yang berbunyi, setahu Sekar itu nada dering ponsel Raden.

Mencari asal bunyi itu berada, Sekar membuka pintu kamar Raden mencari cari letak ponsel sang adik.

Sekar merendahkan badannya melihat kearah kolong tempat tidur Raden. Disana ia melihat benda menyala dengan suara yang masih terdengar keras.

Dia bingung atas semua yang terjadi. Dari sikap Raden yang aneh padahal pagi tadi dia bersikap begitu ramah jika berpapasan dengan orang yang dikenalnya di kampus dan dibuat bingung dengan seseorang yang menelponnya dengan nomor ponsel Raden, tapi ponselnya berada di bawah kolong tempat tidur.

Sekar jadi takut, hawa disekitarnya menjadi dingin seperti ada hembusan angin masuk ke dalam kamar adiknya.

Berniat untuk kembali ke kamarnya, saat berbalik dia tak sengaja melihat sesuatu berkelebatan melewati pintu kamar Raden dengan cepat.

Seperti patung, Sekar tak mampu untuk menggerakan badannya. Keringat dingin keluar membasahi pelipisnya.

Dengan sedikit keberanian yang ia kumpulkan, ia kembali ke kamarnya tanpa melirik kesamping atau kebelakang.

Dia mengunci pintu kamarnya dan mematikan laptop miliknya, lalu masuk kedalam selimut hangatnya.

Sekar sangat ketakutan sekarang. Apalagi orang tuanya sedang tidak ada di rumah, ayahnya pergi karna urusan pekerjaan dan ibunya ikut bersama ayahnya.

Bagaimana nasib Sekar sekarang? Dia mulai memejamkan mata agar cepat tertidur dan menganggap kejadian aneh tadi hanya mimpi.

Itu hanya pemikiran Sekar saja. Merasakan seperti ada bisikan yang tidak jelas di kedua telinganya yang semakin lama semakin keras membuatnya tidak tahan, begitu menyakitkan.

Dia menutup telinganya kencang, menahan rasa sakit pada telinganya yang mulai mengeluarkan darah, dia merasakannya. Lama-kelamaan suara itu menghilang dengan sendirinya.

Tubuh Sekar bergetar menahan tubuhnya yang terasa dingin jika disentuh. Apa yang sekarang terjadi pada dirinya?

Tubuhnya kaku seperti ada seseorang yang menahan tubuhnya agar tidak dapat bergerak barang sedikit pun.

Bunyi dering ponsel Sekar menyala kembali menandakan panggilan masuk.

Kepalanya menengok ke arah ponselnya melihat siapa yang menelpon, meski sedikit susah menggerakkan lehernya. Ia masih bisa melihat bahwa Raden yang menelponnya. Sekar tidak bisa menerima telpon dari Raden. Dia benar-benar tidak bisa.

"Kak, kau disana?" Sekar membelalakkan mata, dia mendengarnya, suara Raden. Tapi, bagaimana bisa ponsel Sekar menerima panggilan itu, dia tak meyentuhnya sama sekali.

"Kak, aku cuma ingin bilang jangan pergi ke kamarku, jika kau mendengar suara ponsel berbunyi di bawah kolong kasurku abaikan saja, jangan kau ambil. Atau kau dalam bahaya" Suara Raden tapi bukan Raden.

Sekar tidak dapat menahan lagi rasa takut ini. Rasanya ingin tenggelam saja. Dan dia benar-benar tenggelam, terhisap ke bawah kasurnya, jatuh ke lantai.

Sebuah tangan besar, kuku-kuku panjang dan tajam mencekal kedua kakinya dan menyeretnya kencang kedalam kamar Raden, lebih tepatnya dibawah kasur milik Raden.

Kakinya terasa sakit akibat cengkraman tangan besar itu pada kedua kakinya. Kepalanya menahan perih, saat dia terseret, kepalanya terbentur tembok sangat keras, rasanya darah mengalir deras dari dahinya.

Penderitaan Sekar tidak sampai disitu saja. Kuku-kuku itu mengoyak kakinya sampai mengeluarkan banyak darah, mematahkan tulang betisnya. Dia menjerit meminta bantuan, tapi tak ada seorang pun yang bisa menolongnya. Giliran kepalanya yang di cengkram oleh tangan besar itu, menekannya kuat sampai hancur tak berbentuk. Mengambil bagian tubuhnya dan memakannya lahap.

*****

Sekar berkeringat banyak sampai baju tidur yang ia kenakan basah. Menghela nafas panjang meraba seluruh tubuhnya, masih utuh. Tidak ada yang lecet atau luka. Semua baik-baik saja.

Syukurlah itu semua hanya mimpi yang ia alami. Ya mimpi terburuk yang pernah ia alami. Pintu kamarnya terbuka, ada kepala yang muncul dari luar ke dalam kamarnya.

"Kakak sudah bangun? Cepatlah mandi aku akan menunggu di luar, hari ini kau memiliki jadwal pagi kan? Aku ingin berangkat bersamamu saja. Tak apa kan?" tanya Raden yang hanya di angguki Sekar.

"Sip, cepat mandinya kak" Raden menutup kembali pintu kamar sang kakak. Mulai bergegas mandi.

*****

"Lama nggak nunggunya?" tanya Sekar saat sampai di ruang tamu tempat Raden menunggunya. Raden tersenyum di depan Sekar.

"Tidak kok. Oh ya, ini roti untuk kakak, aku hanya bisa membuatkanmu itu" Sekar menerima roti yang di sodorkan Raden untuknya.

"Terima kasih" ucapnya, sambil memakan roti tersebut.

"Jika sudah, ayo kita berangkat, aku bawa minuman, jangan khawatir" kata Raden saat Sekar hendak pergi ke dapur mengambil minum. Mereka melangkah keluar tidak lupa untuk mengunci pintu rumah mereka.

Setelah kepergian dua bersaudara itu, dari dalam kamar Raden terdengar bunyi ponsel berdering sangat keras, layar ponsel itu tidak tertera nama mau pun nomor sang penelepon. Ponsel itu lalu mati dengan sendirinya, beberapa menit kemudian berbunyi lagi dengan layar ponsel yang tidak diketahui siapa yang menelpon begitu seterusnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Telepon
Egi
Flash
Bronze
Liturgi Daging Yang Bernyanyi
NRP
Cerpen
Bronze
Suara Penyiar Radio
Christian Shonda Benyamin
Novel
BEAUTY BLOOD
quinbbyyy
Novel
Bronze
SUMI
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Cerpen
Bronze
Cermin Tua di Loteng
ryannnn
Cerpen
Bronze
Arah Kompas
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
The Motion of Puppets
Mizan Publishing
Flash
Hades
AkunKosong
Cerpen
Bronze
Ouija
Christian Shonda Benyamin
Flash
Wanita Berbaju Putih
Desi Ra
Flash
Bronze
PENJEMPUT
Mxxn
Novel
Tales From the Beyond
Adri Adityo Wisnu
Cerpen
Bronze
Aku Tidak Sakit
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
JERITAN HATI SANG KUNTILANAK
Triboy Mustiqa
Rekomendasi
Cerpen
Telepon
Egi
Flash
1025
Egi