Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kabut tipis menggantung di udara pagi ketika Arga menuruni bus kecil di terminal Rantepao. Bau tanah basah bercampur aroma kopi Toraja yang mengepul dari warung pinggir jalan, menyambutnya seperti sapaan lembut yang anehnya membuat bulu kuduknya meremang. Ia memeluk erat tas ransel berisi kamera DSLR dan lensa tele, harta karun yang menemaninya ke mana pun. Hari itu, ia datang dengan satu tujuan: memotret tau-tau patung kayu yang diyakini sebagai representasi arwah leluhur di gua pemakaman Londa.
Arga adalah fotografer lepas yang gemar memburu subjek etnografi. Majalah tempat ia kerap mengirimkan karyanya tertarik membuat edisi khusus “Ritual Kematian Nusantara.” Toraja, dengan upacara Rambu Solo’ dan makam tebingnya, adalah surga visual. Namun, di balik semangat profesionalnya, ada dorongan pribadi: rasa penasaran pada cerita-cerita gaib yang sering ia anggap hanya bumbu wisata.
Sopir ojek yang ia sewa menembus jalanan sempit menuju Londa. Sepanjang perjalanan, Arga menatap sawah hijau yang berundak, kerbau yang berkubang, dan deretan Tongkonan yang atapnya melengkung bagai perahu terbalik. Semuanya tampak tenang, nyaris suci. Hanya saja, udara yang ia hirup terasa berat, seolah mengandung bisik-bisik yang tak terdengar.
“Pertama kali ke sini, Pak?” tanya sopi...