Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Tangisan Ibu Terhenti
0
Suka
1,879
Dibaca

Tiga pasang kunang-kunang menari mengikuti arah angin. Gelombang cahayanya terlihat berpendar, meliuk-liuk seakan sedang menampilkan sebuah pertunjukan megah. Empat-lima pasang kunang-kunang lain menyusul, ikut meramaikan pertunjukan. Deru pertemuan sayap kunang-kunang terdengar riuh, bahagia menyambut musim hujan.

Sementara di pusat perkampungan ini, gemerlap belasan lampu dop nampak meriah. Terlihat segunduk gunung diiringi jajaran bukit di sekitarnya, berdiri amat kekar. Semilir angin tak henti-hentinya bersiul malam ini. Bunda muncul tiba-tiba dari dalam bingkai pintu kayu tua yang sengaja kubuka lebar-lebar dengan dua cangkir teh hangat di kedua tangannya, menemaniku yang tengah takjub akan perkampungan ini.

“Bunda, segar sekali ya udaranya? Anginnya pun sejuk.”

“Iya, benar. Segera habiskan teh hangatmu, Ra. Esok kau harus bangun pagi-pagi.”

“Mau ke mana, Nda?”

“Kau tak mau melihat seisi kampung ini di pagi hari, Ra? Bunda saja ingin cepat-cepat berganti hari, tak sabar menyaksikan sudut demi sudut kampung ini,” ucap Bunda, sembari meninggalkanku sendiri di teras rumah, menyatu dengan keheningan malam.

***

Pagi mulai beranjak, diam-diam melingkupiku yang masih saja terlelap. Semakin lama, binar mentari semakin lancang memecah fokus tidurku. Namun tetap saja, selimut tebal masih membalut sekujur tubuhku pagi ini, mendambakan kepuasan lebih besar atas jam tidurku semalam. Ditambah lagi ingar-bingar udara pagi yang berhasil membuatku segan untuk terbangun pagi ini. Aku kembali tenggelam dalam lelap.

PYAARRR!!!

Hanya sesaat setelah ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Tangisan Ibu Terhenti
Sepasang Renjana
Cerpen
Teror Guna-guna Tetangga Belakang Rumah
Indahhikma
Cerpen
Bronze
Manusia Dan Mesin
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Tiba Tiba Jodoh
Rizkia Khoirul Anwar
Cerpen
Bronze
Pukuc Kadit Odlas
Muhaimin El Lawi
Cerpen
Bronze
Sarah Choice
wia ukhrowia
Cerpen
Mati Itu Pasti; Lapar Itu Setiap Hari
Andriyana
Cerpen
Jawaban Tuhan
spacekantor
Cerpen
Bronze
Pergi Dengan Angin
Viona fiantika
Cerpen
Bronze
Tertawan Mimpi
Sarah Teplaka
Cerpen
Bronze
Balada Tes CPNS
spacekantor
Cerpen
Suara Butala
bloomingssy
Cerpen
Bronze
Pasar Bisa Diciptakan
Galang Gelar Taqwa
Cerpen
Bronze
Bola Yang Tak Diidamkan
Ahmad Muwafiq Ainul Yaqin
Cerpen
Must be number one
Ika nurpitasari
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Tangisan Ibu Terhenti
Sepasang Renjana