Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Coba lihat disana ada tumpukkan harta karun,” ucap Mimi kegirangan sambil mengajak Patri untuk menuju ke tempat itu. Tempat yang asing, lembab namun banyak harta karun disana yang bisa mereka temukan. Genangan air dan hewan kecil disana seakan menjadi pemandangan sehari-hari yang harus mereka lewati untuk mendapatkan harta karun itu.
Terpaksa mereka lakukan ini hanya sekedar untuk menyambung hidup. Tuan-tuan di luar terkadang kejam dan tak segan menyiram, memukul bahkan menendang badan Mimi dan Patri yang kecil ketika mereka hanya ingin meminta sesuap makanan dari tuan-tuan untuk menyambung hidup.
Tuan yang baik dan tulus saat ini hanya sebagian kecil mereka temukan dan itu suatu anugerah bagi mereka jika bertemu dengan tuan seperti itu. Namun sayang hanya sebentar mereka berpapasan tapi menurut Mimi dan Patri, inilah berkat yang mereka inginkan dari Tuhan yang membawa rezeki melalui perantara tuan yang baik dan memiliki kasih sayang tulus khusus untuk Mimi dan Patri.
Sore itu Mimi dan Patri tak bertemu dengan tuan baik yang ditemui hanya ada harta karun yang terlihat dan itu cukup banyak untuk mengganjal rasa lapar dan haus dikala malam tiba.
“Wah, benar harta karun ini banyak Mi. Kita bakalan kenyang malam ini,” ucap Patri tak sabar ingin menyantapnya.
“Iya, walau hanya makanan sisa tuan-tuan namun ini berarti untuk perut kita, enak juga ya. Pantas saja tuan-tuan kekenyangan sambil bersendawa tak menghiraukan apapun.”
“Iya, hari ini rezeki kita Mi, walaupun sisa mereka tapi setidaknya kita ikut makan apa yang mereka rasakan.”
“Iya, ternyata rasanya seperti ini. nikmat juga,” ucap Mimi sambil menyantap bergiliran dengan Patri.
Tiba-tiba saat mereka makan dengan lahapnya, angin mulai bergemuruh dan rintik hujan mulai turun. Sayang sekali badai akan segera datang.
“Mi, kita harus cepat menyantapnya jangan sampai kita kena badai disini, apalagi jika air naik bagaimana nasib kita?” ucap Patri sambil sedikit gelisah.
“Iya, kamu saja yang makan sisanya semua. Mimi sudah kenyang. Kamu tunggu disini ya. Mimi carikan tempat biar kita bisa berlindung dari badai hari ini. Isi dulu perutmu sampai kenyang biar nanti malam tak susah-susah kita cari makanan. Kamu tunggu disini ya,” ujar Mimi sambil menenangkan Patri dan siap-siap untuk mencari tempat berlindung.
“Iya, Mi tapi Patri takut sendirian, bagaimana kalau ada orang asing lewat, Patri harus kemana?”
“Jangan takut kamu harus berani, kalau ada orang asing lewat, kamu sembunyi saja di dekat tong-tong besi itu biar tidak keliatan ya. Kamu harus mandiri dan berani kalau Mimi gak disini, dicoba ya. Ya sudah ya, habiskan semuanya. Mimi pergi dulu ya!”
“Iya, Mi, cepat ya Mi, aku tunggu disini,” ucap Patri sambil melanjutkan makannya dengan gelisah.
Sementara itu, Mimi dengan cepat mencari tempat berlindung yang agak tinggi dari jalanan supaya mereka tetap aman dan terhindar dari badai. Tak butuh waktu lama, Mimi berhasil menemukan tempat aman itu. Sebuah tangga kecil menjuntai dengan kanopi di atasnya dan pintu masuk berwarna biru rumah tuan-tuan membuat Mimi merasa aman jika bersama Patri disana.
“Akhirnya, ketemu juga tempatnya. Memang Tuhan selalu memiliki cara untuk menolong makhluknya yang sedang kesusahan ini. Terimakasih Tuhan,” ucap Mimi bersyukur mendapatkan tempat itu.
Setelahnya Mimi menandai tempat itu dan di tandainya disana. Mimi pun bergegas kembali menuju ke tempat harta karun dimana Patri sedang disana.
Berlari-lari dengan cepat dan kegirangan Mimi ke tempat Patri untuk memberitahu kalau tempat yang mereka tuju telah ditemukan sambil dikejar waktu karena badai besar akan segera tiba.
“Patri, ayo cepat. tempat itu sudah ditemukan. Kita pasti aman disana. Kamu sudah kenyangkan? Disini tadi aman, gak ada yang jahil sama kamu?”
“Aman, Mi dan kenyang juga hari ini. Rasanya tak perlu makan lagi deh buat nanti. Tempatnya dimana Mi? yasudah kita cepat kesana, rintik hujan ini sudah cukup deras.”
“Syukurlah kalau kamu sudah kenyang. Ayo. Cepat kita kesana!!”
Mereka pun langsung bergegas menuju ke tempat yang Mimi temukan. Di perjalanan hujan mulai turun deras, tubuh kecil mereka kini kuyup dan basah seluruhnya. Walaupun begitu, mereka tetap berlari menuju kesana. Dengan tekad yang kuat dan pantang menyerah melawati rintangan badai yang menerpa, akhirnya mereka sampai dan kini terasa aman jauh dari rintikan hujan itu. Walaupun udara dingin menusuk tubuh kecil mereka dan terpaan angin yang terkadang sedikit menyeret tubuhnya, tapi bagi Mimi dan Patri tempat dan tangga ini adalah hal teraman untuk berlindung dikala badai datang. Walaupun mereka tak terpikirkan akan berjumpa dengan tuan pemilik tempat ini yang baik atau mengusir mereka seperti tuan yang pernah mereka temui dulu, setidaknya ada tempat berlindung untuk malam ini.
“Sampai juga kita disini. Basah ya? Gapapa nanti juga kering sendiri. Tapi dingin juga ya hari ini,” ucap Mimi sambil menenangkan Patri.
“Iya Mi basah. Gapapa deh , asalkan kita aman gak kena banjir jalanan itu, takut Mi, gak bisa berenang,” ucap Patri sambil merasa lega di tempat itu.
“Iya, malam ini kita singgah disini saja dan semoga tuan yang didalam tak merasa jijik atau takut sama kita dan menerima kita dengan baik di tempat ini,” ucap Mimi sambil berharap dan berdoa kepada pemilik tempat itu.
“Iya Mi, aamiin,” ucap Patri sambil mendoakan pula.
Tak lama kemudian, hujan sedikit demi sedikit mulai mereda. Mimi dan Patri yang masih kuyup mulai terlelap di tempat itu.
Tiba-tiba, kret..kret.. suara pintu tuan pemilik rumah sedikit demi sedikit terbuka. Kagetlah tuan pemilik rumah itu melihat Mimi dan Patri tergeletak di depan pintu.
“Ih.. kasihan basah begini. Sepertinya tadi mereka kehujanan. Bangun-bangun,” ucap tuan pemilik rumah sambil jongkok dan membangunkan Mimi dan Patri dari tidur lelapnya. Namun, saking lelapnya Mimi dan Patri tak sadar kalau tuan pemilik rumah itu membangunkannya dan mereka tetap terlelap dalam mimpinya hal ini menjadikan tuan pemilik rumah mengira bahwa keduanya sudah tiada. Dengan cepat tuan pemilik rumah menolongnya dan di bawalah mereka ke dalam rumah sambil mengeringkan badan mereka sedikit demi sedikit dengan handuk kecil miliknya.
Mimi dan Patri pun merasakan kehangatan dan mulai membuka mata mereka perlahan. Kagetlah mereka sampai-sampai melompat dari pangkuan tuan pemilik rumah itu ke bawah. Mereka seperti ini karena trauma takut di perlakukan tak baik seperti yang biasa mereka rasa diluar sana. Suara hising Mimi dan Patri mulai keluar dan cakar dikeluarkan sedikit dari tubuhnya sebagai sinyal perlindungan diri.
Tuan pemilik rumah kaget dengan tingkah laku mereka seperti ini namun dia mencoba perlahan untuk memberikan kepercayaan kepada Mimi dan Patri kalau dia tak akan melukainya.
“Syukurlah kalian tak apa ku kira sudah tiada ternyata kalian tidur lelap ya. Sini mendekat aku tak akan melukaimu. Tenang saja disini aman kok. Pus..pus.. sini,” ucap tuan pemilik rumah sambil melambai-lambaikan tangannya.
Mimi dan Patri pun tetap berjaga karena mereka tak langsung percaya dengan tuan pemilik rumah itu. Karena traumanya dahulu yang dikira baik tapi hanya memanfaatkan tingkah lucu mereka saja setelahnya di buang kembali begitu saja.
“Sini pus.. sini,” ucap tuan pemilik rumah itu sambil mendekat dan ingin membelai badan Mimi dan Patri.
“Tetap berjaga di jarak aman. Jangan sampai kita tertipu seperti dulu ya Patri,” ucap Mimi memperingati Patri
“Tapi, kelihatannya dia baik Mi. aku coba deketin badanku ya, dia berontak atau tidak.”
“Jangan Patri bahaya, kita tak kenal dia,” ucap Mimi
“Ah.. coba deh,” ucap Patri sambil coba mendekat ke tuan pemilik rumah.
“Uh… lucunya. Sini. Nah begitu dong gak usah takut.. pus.. pus..” Kata tuan pemilik rumah sambil merasa gemas kepada Patri yang mulai mencoba mendekat.
Setelahnya, Patri digendong oleh tuan pemilik rumah dengan penuh kelembutan dan tak kasar seperti tuan lain di luaran sana.
“Ternyata tak apa Mi, dia baik. Tenang saja. kamu gak usah takut. Aku seperti merasakan ketulusan disini,” ucap Patri mencoba meyakinkan Mimi.
“Sini.. Pus.. sini.. kenapa ya satu lagi masih takut. Padahal gak akan diapa-apain kok. Tenang aja. Lucu banget lagi yang ini,” ucap tuan pemilik rumah sambil menggendong Patri dan berusaha memberi kepercayaan kepada Mimi.
Mimi pun perlahan luluh dengan sikap pemilik tuan rumah dan melihat Patri tetap aman bersamanya. Setelah itu Mimi mencoba mendekati tuan pemilik rumah dan akhirnya dia sadar kalau tuan pemilik rumah ini berbeda dari yang lain.
Karena hal inilah Mimi dan Patri kini berada di tempat yang tepat dan yang pastinya tempat dimana keduanya mereka inginkan dari dulu. Semenjak saat itu, keduanya tinggal bersama dengan makanan terjamin, rumah yang hangat dan tak perlu ketakutan lagi dengan bahaya dunia luar yang mengintai.
“Tuan pemilik rumah ini berbeda. Disini aku merasa seperti benar-benar rumah yang kita impikan dari dulu. Nyaman, tenang dan terjamin. Ku harap kita bisa hidup berdampingan selamanya. Dan terimakasih sudah percaya serta menyayangi kami dengan setulus hati,” ucap Patri sambil menatap mata tuan pemilik rumah dan bersyukur telah bisa tinggal di tempat ini.
“Iya, aku pun merasa seperti itu. Terimakasih pula kepada Tuhan atas kesempatanmu yang telah Kau berikan pada kami. Nikmat nyaman, aman dan tenang kau berikan lewat tuan pemilik rumah ini. semoga hal baik akan selalu datang kepadanya,” ucap Mimi sambil bersyukur. ***
Salam hangat ✨