Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Tak Ada Percaya Pada Ku
0
Suka
865
Dibaca

Bab 1: Kilau yang Meremang

Aisha Permata menatap pantulan dirinya di cermin rias. Kilauan lampu panggung dari layar televisi di depannya memantul di wajahnya yang dirias sempurna. Senyum tipis terukir di bibirnya, bibir merah merekah yang baru saja mengucap terima kasih atas piala Aktris Terbaik. Sebuah gaun malam berwarna perak membalut tubuh rampingnya, memancarkan aura kemewahan yang tak terbantahkan. Gemuruh tepuk tangan masih terngiang di telinganya, diikuti deru pujian dari jutaan pasang mata di televisi. Malam ini adalah puncaknya. Aisha Permata, 30 tahun, aktris papan atas Indonesia, telah mencapai segalanya.

Di balik gemerlap lampu dan sorak sorai, Aisha adalah sosok yang terorganisir, perfeksionis, dan menjaga citranya lebih dari apa pun. Ia tidak pernah terlibat skandal, selalu profesional, dan dikenal sebagai pribadi yang tenang. Hidupnya, bagi sebagian besar orang, tampak sempurna. Apartemen mewahnya di jantung kota Jakarta adalah oasis pribadinya, cerminan dari kesuksesannya—minimalis, futuristik, dengan jendela-jendela besar menghadap cakrawala kota yang berkelip.

"Selamat, Ai! Kau benar-benar luar biasa malam ini!" Suara Leo Wijaya, manajernya, memecah keheningan di ruang rias pribadi. Leo, sahabat dekat Aisha sejak awal kariernya, masuk dengan senyum lebar dan membawa buket bunga mawar putih raksasa. "Aku sudah mengamankan semua kontrak baru. Kariermu akan melesat lebih tinggi lagi!"

Aisha tersenyum tulus pada Leo. "Terima kasih, Leo. Tanpa kamu, aku tidak akan bisa sampai sejauh ini."

"Omong kosong," Leo menepuk pundaknya. "Ini semua kerja kerasmu. Sekarang, bagaimana kalau kita pulang? Kau butuh istirahat."

Aisha mengangguk. Ia lelah, tapi lelah yang membahagiakan. Sepanjang perjalanan pulang, Leo terus berbicara tentang rencana-rencana masa depan, sementara Aisha sesekali menanggapi, pikirannya melayang pada kehangatan selimutnya.

Sesampainya di apartemen, Leo masih sempat mengecek email pekerjaan, sementara Aisha langsung menuju kamar. Ia melepas gaun pestanya, menggantungnya dengan hati-hati. Saat ia berbalik untuk mengambil handuk, ia mengerutkan kening.

Jam tangan mahalnya, hadiah dari sebuah merek perhiasan terkenal, yang seharusnya ia letakkan di nakas, kini berada di atas tumpukan novel di rak buku. Aisha ingat betul ia meletakkannya di nakas sebelum mandi tadi pagi, karena ia sempat melihatnya saat memakai perhiasan terakhir. Ia yakin sekali.

"Aneh," gumamnya. Mungkin ia terlalu lelah dan pelupa. Ia mengambil jam itu dan meletakkannya kembali ke nakas.

Keesokan harinya, kejadian-kejadian kecil mulai menghantui Aisha. Ia menemukan bingkai foto orang tuanya yang selalu menghadap ke arahnya di meja ruang tamu, kini terbalik menghadap dinding. Bukunya yang sedang ia baca semalam, yang ia tandai dengan pembatas buku di halaman 75, kini terbuka di halaman 23, dengan pembatas buku di lantai. Pakaian yang sudah ia lipat rapi di lemari, ditemukan terhampar di atas sofa.

Awalnya, Aisha hanya menganggapnya sepele. Mungkin asisten rumah tangganya yang terlalu "rajin" atau ia sendiri yang lupa. Tapi frekuensi kejadiannya semakin meningkat.

Suatu siang, Aisha sedang menelepon Leo untuk membahas jadwal. Ponselnya, yang ia letakkan di meja dapur, berdering dengan nada dering yang tak dikenalnya. Aisha melihatnya. Nomor tidak dikenal. Ia mengangkatnya. Hening. Hanya ada suara desisan samar.

"Halo?" Aisha memanggil. Tidak ada jawaban. Panggilan terputus.

Beberapa menit kemudian, ia menerima pesan teks dari nomor yang sama. Isinya hanya satu baris: "Kau takkan pernah sendirian lagi, Aisha."

Jantung Aisha berdegup lebih cepat. Pesan itu terasa dingin, mengancam. Ia segera menelepon Leo.

"Leo, aku... aku mendapat pesan aneh," kata Aisha, suaranya sedikit gemetar. Ia membacakan pesan itu.

Leo menghela...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp12.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Tak Ada Percaya Pada Ku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Limit: Rahasia Si Pencuri
Syafira Muna
Flash
Menabur Abu
Paramitha
Novel
Gold
Bird Box
Noura Publishing
Novel
Bronze
Lembar Usang Berkisah
Dwimarta
Novel
Gold
Sherlock Holmes: Locked Rooms
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Menur: Dendam Roro Jongrang
Mila Phewhe
Novel
Melukis Manusia
Antonius Ngatiman
Cerpen
Bronze
(Pintu) Surga Ada di Bawah Pohon Bambu
hyu
Novel
Bronze
Mayat Wanita Bercadar itu, Istriku (Bukan Pesona Cleopatra)
Alibnu A.
Novel
NONE the red wol
Alpri prastuti
Cerpen
Bronze
Laboratorium Transmisi Mental
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Misteri Kursi Kepiting
Heri Winarko
Novel
Bronze
Wali Kala Nanti
Ana Latifa
Cerpen
Bronze
Iblis Betina
Tiri Tirtha
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Tak Ada Percaya Pada Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sang Kolektor Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jumat Akhir Bulan Juli
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Hitam Di Jendela
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Labirin Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Nyata Dan Bercerita
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Persimpangan Mimpi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan 000
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sahabat Backpacker Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pintu Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Merapi Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Sudut Mata
Christian Shonda Benyamin