Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku tiba di Bandung dengan harapan yang membumbung tinggi, seperti kabut tipis yang menggantung di langit Dago saat pagi menjelang. Media sosial seperti Instagram dan TikTok terlalu pandai menyulap kota ini seolah-olah panggung yang penuh pesona visual—dari suasana syahdu selepas hujan, spot wisata yang hits, pusat per-fashionan kaum muda mudi nusantara, hingga citra "aa-aa" dan "teteh-teteh" Bandung yang memesona, serta reputasinya sebagai kota kreatif yang memunculkan banyak seniman dan musisi.
Namun, realitas punya cara sendiri untuk mengoreksi ekspektasi. Hari-hariku di Bandung dimulai dari sebuah kamar kos sempit di ujung timur kota Bandung. Gang kecil yang padat, kemacetan di Bundaran Cibiru, dan genangan air “Waterboom” Soekarno Hatta selepas hujan turun lebat. Kadang-kadang, aku berpikir Bandung tak jauh beda dari kota-kota besar lainnya dengan kompleksitas masalah sosialnya. “Ah, ayeuna mah Bandung mah kitu weh, estetik-estetik teh ngan saukur di medsos hungkul,” c...