Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sebuah Cerpen
SZIZOFRENIA APARTEMEN
Penulis : Teguh Santoso
Secara berkali-kali Andin memperkenalkan saudara-saudaranya setiap kali kami melakukan video call. Kami saling kenal di semua media social dan selama bertahun- tahun belum pernah ketemu karena saya tinggal di daerah Nusa Dua Bali dan Andin tinggal di Apartemen Rasuna Said Kuningan Jakarta. Dari mulanya telfonan hingga video call, dari hanya dimulai seminggu sekali hingga hampir tiap hari Andin selalu menghubungiku.
“Al kamu tidak terganggu kan kalau Andin telfon melulu?”
“Aku justru tiap hari selalu menunggu telfonmu kan kadang aku telfon duluan karena teramat sangat merindumu Andin”
“Al apa ini itu cinta?”
“Ya cinta kalau tidak ada cinta gak mungkin kita bahagia melakukan ini”
“Tapi kamu jauh dan kamu orang baek-baek, aku hanya wanita tidak baik Al”
“Kamu kan tahu aku mau menjalani selama ini karna benar-benar mencintaimu”
“Tapi apa mungkin kalau aku sendiri begini”
“Semua kembali pada kesungguhan hati kita Andin, urusan takdir urusan bagaimana kita menjemputnya”
“Al aku seneng banget kata-katamu selalu membuat aku tenang, nyaman dan bahagia, apa selamanya bisa begini Al”
“Insyaallah Andin”
“Nah dan itu, keyakinan kita juga berbeda, apa mungkin bisa”
“Tidak ada paksaan untuk semua pilihan Andin, saya hanya ingin kamu bahagia”
Kalimat-kalimat itu yang selalu muncul dalam setiap komunikasi jarak jauh dari telfonan maupun video call, bahkan kalimat-kalimat itu yang menjadi sihir perasaan diantara kita untuk jarang bertengkar. Seperti dua pepohonan Beringin yang saling meneduhkan, dedaunannya membisikan kenyamanan abadi dengan akar tunggang yang menjulang mengait di relung paling dalam di dalam bumi cinta kami.
Andin selalu mengaku punya 5 saudara yang bernama Andin, Andini, Andina, Andani, dan Andona. Setiap kali telfon hanya satu nomor telfon itu yang selalu ku hubungi, namun yang menerima selalu berganti-ganti saudara-saudarnya itu. Kadang Andini yang menerima, namun Andini pun tau persis persoalan kami berdua, begitu juga saudara yang lainnya, meskipun namanya hampir sama mereka hanya dibedakan zodiac yang berlainan, Andin berzodiac libra, Andini berzodiac gemini, Andina berzodiac cancer, Andani berzodiac pieces dan Andona berzodiac sagitarius. Setiap kali video call mereka pun berpenampilan berbeda. Meskipun wajahnya hampir mirip persis menyerupai anak kembar. Andin sosok yang kalem lembut dan rentan, Andini sosok wanita karir tegas to the point, Andina sosok tomboy keras kepala dan kasar sedangkan Andani sosok melankoli milenial berpenampilan memikat serta Andona sosok gaul cuek mengaku anti pria.Dari setiap video call yang membedakan adalah tahi lalatnya yang berbeda-beda namun tetap manis dan cantik dan dandannya sesuai karakter masing-masing dengan problematika masing-masing. Andona misalnya selalu curhat perihal perasaan yang aneh dengan wanita aneh, Andani punya langganan kursus fotografi kayak pangeran tapi sudah punya istri, sedangkan Andini gonta-ganti kencan dengan bos-bos eksekutif muda. Setiap saudaranya yang saya videocall bisa menceritakan persoalan saudara-saudaranya masing-masing dan terutama menceritakan Andin yang saya coba untuk bisa komunikasi tapi terhalang saudara-saudaranya itu.
Mereka tinggal di satu apartement dengan kesibukan masing-masing, tapi setiap kali kuhubungi hanya satu saudara yang berada didalam apartemen. Setiap kali saya video call dengan alasan saudara-saudranya, kalau Andin sedang ada urusan, kebetulan handphone Andin yang sering ketinggalan karena dianggap telmi (telat mikir), atau berjuta alasan yang lain tapi saudra-saudaranya selalu mengajak ngobrol apa saja tanpa kembalinya Andin. Yang mengejutkan kelima saudaranya seperti punya rasa admire terhadap saya sekalipun saya fokuskan dan tegaskan hanya ingin bertemu Andin.Namun kadang Andin sendiri putus harapan memohonku untuk mencintai saudara-saudaranya yang lain juga karena dia merasa dirinya sendiri telah hilang. Katanya ditelan waktu atau ditelan dirinya sendiri.Dengan segala kebingungan itu, besar keinginan saya untuk menemui Andin di Jakarta, dan mencari waktu yang tepat untuk bisa kencan pertama. Hal yang ingin saya abadikan sebagai moment kenangan terindah dan sangat mengesankan dalam hidup saya. Sehingga saya browsing beberapa tempat romantic yang sesuai selera Andin. Tahun baru jadi pilihan kami berdua untuk mewujudkan impian dua insan manusia yang terpaut cinta LDR, yang diselimuti segala kedamaian yang berbeda dengan hubungan romansa seindah apapun kami merasa kami lah pasang paling the best dalam riwayat sejarah kehidupan manusia. Betapa tidak kami bisa berdamai dari segala hal yang selama ini menjadi rintangan-rintangan percintaan, bahkan kami bisa mengelola konflik menjadi sebuah kenyamaan, sebuah contoh cinta yang tak tertandingi.
“Al kalau kita ketemu langsung nikah gimana Al apa kamu siap?”
“Pastinya aku juga ingin memiliki kamu sepanjang hidupku”
“Nikah sederhana saja ya Al supaya kita bisa segera selamanya bersama”
“Itu yang ku idam-idamkan ada wanita secantik kamu mau menerima aku apa adanya dan menikah sekedar resminya demi cita-cita mulia hidup sah bersama tanpa dihantui ketakutan-ketakutan berumah tangga”
“Pasti saudara-saudaraku juga bahagia Al”
“Aku lelaki paling bahagia di dunia Andin, kalau tahun baru ini dihadiahi Istri cantik dengan cinta sepenuh hati”
“Sama Al, Andin juga begitu”
Kami berdua sudah tidak sabar menunggu kedatangan tahun baru yang masih tiga bulan lagi bahkan saudara-saudaranya yang cantik-cantik itu juga lebih tidak sabar ingin memindahkan tahun baru kalau bisa seminggu lagi. Semua telfonan dan video call dengan Andin maupun saudara-saudaranya hanya bahagia yang selalu terpancar untuk segera terwujudnya hari surga pertemuan itu. Bahkan perencanaan pernikahanpun selalu dibahas dalam setiap perbincangan melalui selular, dari pelaksanaan akad pernikahan di KUA, hingga pada tahun baru itu mau bulan madu dimana dengan acara apa, semua saudara-saudaranya itu mempunyai rencana masing-masing dan mempunyai tugas masing-masing. Seakan semua saudara-saudaranya yang cantik-cantik itu juga akan menjadi istriku semua. Intinya itulah ikatan cinta yang tertanam, tumbuh dan berkembang dengan sempurna, sekalipun semua itu dijalani melalui dunia maya dimana kebanyakan yang terjadi hanyalah dunia tipu-tipu dan modus memanfaatkan seseorang yang mengidamkan sosok pasangan pendamping hidup yang sempurna atau setidaknya sesuai harapan dalam angan masing-masing penghuni dunia maya, tapi apa yang kami alami 100% benar-benar real dan sangat berbeda. Hingga pada suatu saat saya dikejutkan tamparan yang benar-benar sakit. Tapi tamparan itu tak membuatku marah atau ingin balas dendam. Tamparan itu seperti sesuatu yang saya harapkan selama ini, adanya sentuhan dari Andin. Ya Andin mendatangiku lebih awal dari yang seharusnya. Dia menarikku dari ketenggelamanku meracau tentang dunianya. Bahkan sempat membuatnya malu yang tak terkira perihal khayalan bulan madu kami bercinta di sungai berbatu. Antara marah, malu dan kesal semua tampak bercampur baur di dalam hatinya, itulah Andin yang saya kenal.
“Al kita masih disini hentikan ceritamu, focus kalau aku bukan Andin dalam kepribadian gandamu yang terbelah-belah ke pelbagai pelosok fantasi liarmu, ini aku Al disini menemanimu demi kesembuhanmu”
Itulah yang menarik diriku kembali di sofa manja seorang psikiater dari segala penjelajahan fantasiku. Bahwa Andin dokter psikolog cantik yang berusaha menyembuhkanku dari segala terpecah belahnya puluhan kepribadian dalam novel-novel fantasiku. Bahkan Andin melakukan itu semua semata-mata sepenuh hati dengan keikhlasan, karena banyak yang bilang Andin mantan istriku seorang psikolog ternama dan tersohor yang sibuk meninggalkanku sendirian di Nusa Dua, dan sejak awal pernikahan kami yang terlarang itu, Andin mengetahui kalau Al yang dicintainya itu mengidap szisofrenia fatal yang harus diseriusin dalam teraphy penyembuhan. Andin menikahi Al dalam perbedaan kasta terlarang dalam budaya hidup di Bali. kenekatanya membuat kutukan Al menderita szisofrenia hingga keluarga besarnya berusaha memisahkannya. Hingga kehidupan Al dengan Andin ibarat handphone, jauh terasa dekat, dekat terasa jauh. Artinya ketika saling berdekatan justru seperti berjauhan, karena sibuk dengan handphone masing-masing, menjadi kuli rupiah tuntutan kehidupan milenial ini. Makan bersama pun seperti di alam masing-masing terbuai oleh handphone masing-masing. Ketika jauh melalui handphone itu menjadi makhluk jajahan perindu yang menopang mesin selular hingga terjadilah prahara hidup. Demi kelangsungan hidup manusia menghamba pada kode inskripsi selular yang memangsa kehidupannya menghampiri kesibukan-kesibukan mengabaikan alunan sukma merangkai kejiwaan yang mengolah pembaruan psikologis seperti yang dialami Al hingga szisofrenia terhadap seseorang yang dicintainya, bahkan karena takut kehilangan angan rasa kasmaran itu dibangun di alam lain oleh Al yang penulis novel itu.
“Al besok kita harus mulai lagi pada jam yang sama, jangan lupa minum obatnya, dan kita tetap harus berhati-hati untuk ketemu, jangan sampai keluarga kita tahu, ikuti teraphy-teraphy yang Andin kasih tahu kemarin ya, sekarang jam nya Andin tidur, Manhattan sudah semakin larut, Andin juga ngantuk, Andin selalu sayang kamu berusahalah untuk sembuh, I love you Al”
“I love you so much Andin, salam untuk saudara-saudaramu itu”
Videocall off.
GRIYA PRINGLANGU INDAH 27 OKTOBER 2021ZIZOFRENIA APARTMEN
Penulis : Teguh Santoso
Secara berkali-kali Andin memperkenalkan saudara-saudaranya setiap kali kami melakukan video call. Kami saling kenal di semua media social dan selama bertahun- tahun belum pernah ketemu karena saya tinggal di daerah Nusa Dua Bali dan Andin tinggal di Apartemen Rasuna Said Kuningan Jakarta. Dari mulanya telfonan hingga video call, dari hanya dimulai seminggu sekali hingga hampir tiap hari Andin selalu menghubungiku.
“Al kamu tidak terganggu kan kalau Andin telfon melulu?”
“Aku justru tiap hari selalu menunggu telfonmu kan kadang aku telfon duluan karena teramat sangat merindumu Andin”
“Al apa ini itu cinta?”
“Ya cinta kalau tidak ada cinta gak mungkin kita bahagia melakukan ini”
“Tapi kamu jauh dan kamu orang alim anak pesantren, aku hanya wanita binal Al”
“Kamu kan tahu aku mau menjalani selama ini karna benar-benar mencintaimu”
“Tapi apa mungkin kalau aku sendiri begini”
“Semua kembali pada kesungguhan hati kita Andin, urusan takdir urusan bagaimana kita menjemputnya”
“Al aku seneng banget kata-katamu selalu membuat aku tenang, nyaman dan bahagia, apa selamanya bisa begini Al”
“Insyaallah Andin”
“Nah dan itu, keyakinan kita juga berbeda, nanti kamu hasut aku untuk pindah keyakinan”
“Tidak ada paksaan untuk semua pilihan Andin, saya hanya ingin kamu bahagia”
Kalimat-kalimat itu yang selalu muncul dalam setiap komunikasi jarak jauh dari telfonan maupun video call, bahkan kalimat-kalimat itu yang menjadi sihir perasaan diantara kita untuk jarang bertengkar. Seperti dua pepohonan Beringin yang saling meneduhkan, dedaunannya membisikan kenyamanan abadi dengan akar tunggang yang menjulang mengait di relung paling dalam di dalam bumi cinta kami.
Andin selalu mengaku punya 5 saudara yang bernama Andin, Andini, Andina, Andani, dan Andona. Setiap kali telfon hanya satu nomor telfon itu yang selalu ku hubungi, namun yang menerima selalu berganti-ganti saudara-saudarnya itu. Kadang Andini yang menerima, namun Andini pun tau persis persoalan kami berdua, begitu juga saudara yang lainnya, meskipun namanya hampir sama mereka hanya dibedakan zodiac yang berlainan, Andin berzodiac libra, Andini berzodiac gemini, Andina berzodiac cancer, Andani berzodiac pieces dan Andona berzodiac sagitarius. Setiap kali video call mereka pun berpenampilan berbeda. Meskipun wajahnya hampir mirip persis menyerupai anak kembar. Andin sosok yang kalem lembut dan rentan, Andini sosok wanita karir tegas to the point, Andina sosok tomboy keras kepala dan kasar sedangkan Andani sosok melankoli milenial berpenampilan sexy serta Andona sosok gaul cuek mengaku lesbian.Dari setiap video call yang membedakan adalah tahi lalatnya yang berbeda-beda namun tetap manis dan cantik dan dandannya sesuai karakter masing-masing dengan problematika masing-masing. Andona misalnya selalu curhat perihal cinta segita lesbian dengan istri orang, Andani punya langganan pijat mas mas jawa yang ganteng kayak pangeran tapi sudah punya istri, sedangkan Andini gonta-ganti kencan dengan bos-bos eksekutif. Setiap saudaranya yang saya videocall bisa menceritakan persoalan saudara-saudaranya masing-masing dan terutama menceritakan Andin yang saya coba untuk bisa komunikasi tapi terhalang saudara-saudaranya itu.
Mereka tinggal di satu apartement dengan kesibukan masing-masing, tapi setiap kali kuhubungi hanya satu saudara yang berada didalam apartemen. Setiap kali saya video call dengan alasan saudara-saudranya, kalau Andin sedang ada urusan, kebetulan handphone Andin yang sering ketinggalan karena dianggap telmi (telat mikir), atau berjuta alasan yang lain tapi saudra-saudaranya selalu mengajak ngobrol apa saja tanpa kembalinya Andin. Yang mengejutkan kelima saudaranya seperti punya rasa admire terhadap saya sekalipun saya fokuskan dan tegaskan hanya ingin bertemu Andin.Namun kadang Andin sendiri putus harapan memohonku untuk mencintai saudara-saudaranya yang lain juga karena dia merasa dirinya sendiri telah hilang. Katanya ditelan waktu atau ditelan dirinya sendiri.Dengan segala kebingungan itu, besar keinginan saya untuk menemui Andin di Jakarta, dan mencari waktu yang tepat untuk bisa kencan pertama. Hal yang ingin saya abadikan sebagai moment kenangan terindah dan sangat mengesankan dalam hidup saya. Sehingga saya browsing beberapa tempat romantic yang sesuai selera Andin. Tahun baru jadi pilihan kami berdua untuk mewujudkan impian dua insan manusia yang terpaut cinta LDR, yang diselimuti segala kedamaian yang berbeda dengan hubungan romansa seindah apapun kami merasa kami lah pasang paling the best dalam riwayat sejarah kehidupan manusia. Betapa tidak kami bisa berdamai dari segala hal yang selama ini menjadi rintangan-rintangan percintaan, bahkan kami bisa mengelola konflik menjadi sebuah kenyamaan, sebuah contoh cinta yang tak tertandingi.
“Al kalau kita ketemu langsung nikah gimana Al apa kamu siap?”
“Pastinya aku juga ingin memiliki kamu sepanjang hidupku”
“Nikah sederhana saja ya Al supaya kita bisa segera selamanya bersama”
“Itu yang ku idam-idamkan ada wanita secantik kamu mau menerima aku apa adanya dan menikah sekedar resminya demi cita-cita mulia hidup sah bersama tanpa dihantui ketakutan-ketakutan berumah tangga”
“Pasti saudara-saudaraku juga bahagia Al”
“Aku lelaki paling bahagia di dunia Andin, kalau tahun baru ini dihadiahi Istri cantic dengan cinta sepenuh hati”
“Sama Al, Andin juga begitu”
Kami berdua sudah tidak sabar menunggu kedatangan tahun baru yang masih tiga bulan lagi bahkan saudara-saudaranya yang cantic-cantik itu juga lebih tidak sabar ingin memindahkantahun baru kalau bisa seminggu lagi. Semua telfonan dan video call dengan Andin maupun saudara-saudaranya hanya bahagia yang selalu terpancar untuk segera terwujudnya hari surga pertemuan itu. Bahkan perencanaan pernikahanpun selalu dibahas dalam setiap perbincangan melalui selular, dari pelaksanaan akad pernikahan di KUA, hingga pada tahun baru itu mau bulan madu dimana dengan acara apa, semua saudara-saudaranya itu mempunyai rencana masing-masing dan mempunyai tugas masing-masin. Seakan semua saudara-saudaranya yang cantic-cantik itu juga akan menjadi istriku semua. Intinya itulah ikatan cinta yang tertanam, tumbuh dan berkembang dengan sempurna, sekalipun semua itu dijalani melalui dunia maya dimana kebanyakan yang terjadi hanyalah dunia tipu-tipu dan modus memanfaatkan seseorang yang mengidamkan sosok pasangan pendamping hidup yang sempurna atau setidaknya sesuai harapan dalam angan masing-masing penghuni dunia maya, tapi apa yang kami alami 100% benar-benar real dan sangat berbeda. Hingga pada suatu saat saya dikejutkan tamparan yang benar-benar sakit. Tapi tamparan itu tak membuatku marah atau ingin balas dendam. Tamparan itu seperti sesuatu yang saya harapkan selama ini, adanya sentuhan dari Andin. Ya Andin mendatangiku lebih awal dari yang seharusnya. Dia menarikku dari ketenggelamanku meracau tentang dunianya. Bahkan sempat membuatnya malu yang tak terkira perihal khayalan bulan madu kami bercinta di sungai berbatu. Antara marah, malu dan kesal semua tampak bercampur baur di dalam hatinya, itulah Andin yang saya kenal.
“Al kita masih disini hentikan ceritamu, focus kalau aku bukan Andin dalam kepribadian gandamu yang terbelah-belah ke pelbagai pelosok fantasi liarmu, ini aku Al disini menemanimu demi kesembuhanmu”
Itulah yang menarik diriku kembali di sofa manja seorang psikiater dari segala penjelajahan fantasiku. Bahwa Andin dokter psikolog cantik yang berusaha menyembuhkanku dari segala terpecah belahnya puluhan kepribadian dalam novel-novel fantasiku. Bahkan Andin melakukan itu semua semata-mata sepenuh hati dengan keikhlasan, karena banyak yang bilang Andin mantan istriku seorang psikolog ternama dan tersohor yang sibuk meninggalkanku sendirian di Nusa Dua, dan sejak awal pernikahan kami yang terlarang itu, Andin mengetahui kalau Al yang dicintainya itu mengidap szisofrenia fatal yang harus diseriusin dalam teraphy penyembuhan. Andin menikahi Al dalam perbedaan kasta terlarang dalam budaya hidup di Bali. kenekatanya membuat kutukan Al menderita szisofrenia hingga keluarga besarnya berusaha memisahkannya. Hingga kehidupan Al dengan Andin ibarat handphone, jauh terasa dekat, dekat terasa jauh. Artinya ketika saling berdekatanjustru seperti berjauhan, karena sibuk dengan handphone masing-masing, menjadi kuli rupiah tuntutan kehidupan milenial ini. Makan bersama pun seperti di alam masing-masing terbuai oleh handphone masing-masing. Ketika jauh melalui handphone itu menjadi makhluk jajahan perindu yang menopang mesin selular hingga terjadilah prahara hidup. Demi kelangsungan hidup manusia menghamba pada kode inskripsi selular yang memangsa kehidupannya menghampiri kesibukan-kesibukan mengabaikan alunan sukma merangkai kejiwaan yang mengolah pembaruan psikologis seperti yang dialami Al hingga szisofrenia terhadap seseorang yang dicintainya, bahkan karena takut kehilangan angan rasa kasmaran itu dibangun di alam lain oleh Al yang penulis novel itu.
“Al besok kita harus mulai lagi pada jam yang sama, jangan lupa minum obatnya, dan kita tetap harus berhati-hati untuk ketemu, jangan sampai keluarga kita tahu, ikuti teraphy-teraphy yang Andin kasih tahu kemarin ya, sekarang jam nya Andin tidur, Manhattan sudah semakin larut, Andin juga ngantuk, Andin selalu sayang kamu berusahalah untuk sembuh, I love you Al”
“I love you so much Andin, salam untuk saudara-saudaramu itu”
Videocall off.
GRIYA PRINGLANGU INDAH Pekalongan 2022