Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aroma kopi yang baru saja digiling harusnya menjadi pelarian sejenak di tengah hiruk-pikuk Cafe Senja. Di pagi itu, aroma kopi yang seharusnya menghangatkan, tak mampu mengusir bayang-bayang masa lalu yang menghantui dibenak Diana.
Jendela-jendela Cafe membiaskan cahaya mentari pagi yang menghangatkan suasana. Dengan rutinitas yang selalu sama di Cafe itu, desisan uap dari mesin espresso dan tetesan kopi yang jatuh ke dalam cangkir. Pelanggan yang buru-buru, pesanan yang tak ada habisnya, hingga perbincangan ringan tentang cinta yang terdengar samar seperti lelucon bagi Diana.
Di usia 26 tahun, Diana merasa sudah terlalu lelah dengan urusan cinta. Pengalaman pahit di masa lalu, kekecewaan dan kerapuhan hati membuatnya membangun tembok tinggi, ia lebih memilih tenggelam dalam rutinitasnya yang menyenangkan dengan suara mesin espresso dan aroma kopi yang pekat.
“Diana, kopi latte dua ke VIP nomor 6! Jangan lupa senyum!” suara berat Pak David sang pemilik...