Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di kota itu, masyarakat muslim bersandingan dengan masyarakat yang beragama Yahudi. Dalam berdagang, bertransaksi, bersosialisasi, mereka sering bergesekan. Terkadang tidak ada masalah, namun terkadang ada masalah. Hari sial tidak ada didalam kalendar. Jika ada, tentu itu akan semakin mudah untuk orang-orang menghindarinya. Untuk apa masuk ke jurang jika sudah terlihat jurang yang mengaga itu dari kejauhan. Hanya orang bodoh yang melakukannya. Sebodoh-bodohnya seekor keledai pun tidak akan melakukannya. Itulah mengapa cocok jika dikatakan bahwa manusia adalah sebodoh-bodohnya spesies hewan dan sekejam-kejamnya hewan yang dapat membunuh tanpa didasari sebuah alasan. Masyarakat menyebutnya sebagai psikopat. Sekuat raja hutan, kalaupun ia harus membunuh hewan lain, itu didasari karena lapar atau mempertahankan wilayahnya. Berbeda dengan manusia.
Manusia dengan intelektualnya yang tinggi, bisa menjadi mulia melebihi para malaikat dan bisa menjadi hina lebih hina dari hewan. Di era Nur hidup, manusia masih belum terinfeksi oleh sosial media dan gadjet. Tidak ada mesin dan tidak ada listrik. Semuanya masih manual. Pada malam hari, kota itu diterangi oleh obor api. Walaupun begitu, orang-orang jenius dan cerdas lahir pada era itu. Tidak ada yang berani untuk mendekte atau mengatur-atur umat islam walaupun jumlah mereka masih sangat sedikit. Negara barat tidak berani untuk menyenggol. Era itu adalah hari permulaan keemasan umat islam.
Nur melihat kakak laki-lakinya dari kejauhan yang sedang berlatih berkuda. Beberapa laki-laki yang sudah ahli mendampingi mereka. Laki-laki dengan senyum teduh itu ketika di medan pertempuran, wajahnya menjadi sangat garang. Namun, ketika bersama anak-anak dan masyarakat, wajahnya menjadi teduh. Setelah latihan usai, Khalid menghampiri adiknya untuk membantunya menaruh hasil panen mereka di pasar. Khalid menarik gerobak dan Nur mendorong gerobak dari belakang. Ibu mereka juga memberinya uang jika nanti mereka ingin membeli sesuatu di pasar.
Di dalam perjalanan, Nur berkata, "Sepertinya seru kalau berlatih memanah." Mendengar kode itu, Khalid mengetahui kemana arah pembicaraan adiknya itu. Ia menghela nafas panjang lalu berkata, "Perempuan tidak boleh ikut berperang, Nur."
"Iya, aku tahu itu. Aku hanya ingin melakukannya untuk hobi saja," jawab Nur.
"Hobi? Kenapa? Kamu mau menjadi psikopat atau apa?" tanya Khalid.
"Bukan begitu," Nur mulai cemberut.
Khalid tertawa, "Nanti aku tanyakan kepada Rasulullah ya. Beliau memperbolehkan wanita untuk berlatih memanah atau tidak."
Nur bersorak-sorak kegirangan. Khalid berkata lagi, "Tetapi jika nanti Rasulullah bilang tidak, maka kamu tidak boleh membuka topik ini lagi ya?" Nur menyetujuinya dengan hati yang gembira. "Tidak apa-apa jika memang Rasulullah berkata demikian. Aku senang."
Sesampainya di pasar, Khalid menggulung lengan bajunya keatas dan mulai memindahkan kurma-kurma yang ada di atas gerobak ke dalam toko langganannya. "Khalid putraku, panen pagi tadi ya?" sapa pemilik toko dengan ramah.
"Iya paman, ayah dan ibu masih ada di kebun sekarang," jawab khalid sambil berlalu.
"Kasian Nur ikut panas-panasan. Madinah saat ini sangat panas," kata pemilik toko.
"Iya paman. Panas sekali." Khalid menengok kearah adiknya yang hendak membantu mengangkat kurma-kurma itu, kemudian Khalid menyelanya. "Tidak usah, Nur. Aku saja yang melakukannya. Kamu duduk saja disini."
"Kalau begitu, aku boleh beli-beli di toko?" Nur menunjuk toko diujung gang sana. Khalid berkata dengan nada yang lembut, "Nanti ya sama aku. Aku akan menyelesaikan ini dulu lalu kita pergi kesana bersama-sama." Nur kemudian kembali duduk.
Sesusai semua kurma dipindakan kedalam toko, Khalid meminta minum dari paman itu karena merasa kehausan. Sebelum minum, ia menawarkan Nur untuk minum terlebih dahulu. Namun Nur malah menghabiskannya. Khalid membalik gelas yang kosong itu tanpa sedikitpun air yang tersisa. Pemilik toko tertawa melihatnya lalu mengisi gelas itu lagi dan mempersilahkan Khalid untuk minum. "Nur juga kehausan ya," kata paman pemilik toko. Nur hanya tersenyum sebagai jawaban.
Kemudian kedua remaja itu berjalan ke toko yang berada diujung gang. Toko itu adalah milik seorang laki-laki yahudi. Mereka berdua memasuki toko dan melihat-lihat. Mata Khalid tertuju pada sesuatu lalu ia meraihnya untuk melihat secara detail. "Selamat datang anak muda," sapa sang pemilik toko dengan ramah. "Selamat siang paman," jawab khalid.
Mata sang pemilik toko mengincar sosok Nur yang berdiri tak jauh di belakang Khalid. Itu membuat Nur tidak nyaman dan terus menunduk. Ketika Nur berjalan kearah Khalid, roknya seperti terikat oleh sesuatu dan membuatnya menjadi robek. Ternyata pemilik toko itu sudah bersekongkol dengan laki-laki Yahudi lainnya untuk mengaitkan ujung rok Nur pada sebuah paku di lantai kayu itu. Kaki putih mulus Nur terlihat. Ia berteriak dan Khalid dengan sigap membuka kaosnya dan menutupi kaki adiknya yang terlihat auratnya. "Apa maksudmu?" Khalid menggertak laki-laki Yahudi itu dan siap untuk menghajarnya. Khalid meninggalkan sopan santunnya dan siap untuk mematahkan rahang laki-laki itu. "Hidungmu sudah bengkok, sekarang mau kubuat bengkok lehermu itu?"
"Hei, jaga kata-katamu anak muda!" Beberapa laki-laki dewasa berdiri dari tempat duduknya. Nur membujuk kakaknya untuk pulang saja. Ia khawatir kalau kakaknya kenapa-napa. Datang seorang laki-laki muslim yang melihat kejadian itu sedari awal. Ia masuk ke toko dan menyuruh Khalid dan Nur untuk pulang saja. Biar ia yang menghajar mereka semua.
Khalid menolak untuk pulang. Ia akan mempertahankan martabat keluarganya. Tidak ada yang boleh menghina dan melecehkan adiknya. Apalagi dari seorang Yahudi. Ia menyuruh Nur untuk pulang terlebih dahulu. Khalid akan membereskan masalah ini terlebih dahulu. Nur berlari pulang kerumah dan pertempuran dimulai. Dua orang laki-laki muslim melawan puluhan orang yahudi. Khalid yang paling muda diantara mereka semua. BAK! BUK! BAK! BUK!
Nur berlari sambil menangis. Ia tidak menuju ke rumahnya, melainkan ia menuju ke masjid untuk menemui Rasulullah. Beliau sedang berbincang-bincang dengan para sahabat. Wajah putih itu sangatlah teduh bagaikan bulan purnama. Nur berusaha menjelaskan apa yang telah terjadi diantara tangisnya yang tidak kunjung berhenti. Setelah ia menceritakan semuanya, ia menangis sesenggukan lagi. Mendengar cerita Nur, wajah Rasulullah memerah menahan amarah dan beliau mempersiapkan pasukan saat itu juga. Pasukan siap tempur. Mereka semua memakai baju zirah perang dan pedang bermata panjang. Mereka beriringan bergegas menuju ke toko Yahudi itu. Setibanya di toko itu terlihat darah berceceran di lantai. Walaupun tidak terlihat dimana jasad Khalid dan laki-laki muslim satunya lagi, namun Rasulullah yakin bahwa mereka sudah shahid dibantai oleh mereka semua.
Orang-orang yahudi itu menghalangi pasukan muslimin untuk memasuki toko. Dengan satu kalimat perintah, angin berhembus dengan kencang seakan-akan alam turut mendukung. Dengan suara yang tegas, beliau berkata, "Serahkan pemilik toko itu kepadaku atau kalian semua para yahudi keluar meninggalkan kota ini sekarang juga untuk selamanya."