Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Suplemen Tetangga
0
Suka
506
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku gak tau kenapa, tapi semua berawal dari suplemen aneh yang tiba-tiba nge-boom di lingkungan tempat tinggalku. Bukan kota elit, bukan perumahan mewah—cuma gang biasa, dengan tetangga dari berbagai profesi. Tapi tiba-tiba, para ibu-ibu jadi gencar banget promosiin suplemen itu satu sama lain, kayak MLM rasa sayang tetangga.

Katanya sih, suplemen itu bisa diminum siapa aja. Anak-anak, orang dewasa, bahkan hewan. Nggak peduli pakai air putih, teh manis, atau campur di nasi goreng pun bisa. Efeknya? Gila.

Orang-orang yang minum itu jadi... berubah.

Secara fisik, mereka dua kali lebih kuat. Otaknya kayak ditambah RAM. Dan—anehnya—mereka jadi good looking. Bukan cuma glowing, tapi literally naik level. Bahkan kucing tetanggaku yang dulu suka kabur kalau dipanggil sekarang bisa lompat dari pagar dua meter dan punya attitude kayak bodyguard.

Fokus utama mimpiku ada di satu keluarga. Mereka awalnya keluarga biasa. Tapi setelah rutin konsumsi suplemen itu, mereka jadi seperti versi super dari diri mereka sendiri.

Sampai akhirnya... datang mereka.

Satu malam, tanpa peringatan, orang-orang berpakaian serba hitam datang ke lingkungan kami. Mereka berwajah rupawan juga, tapi tanpa ekspresi. Kosong. Dingin.

Dan saat mereka menyerang, mata mereka berubah jadi hitam pekat. Seolah bukan manusia lagi.

Satu per satu, tetanggaku yang sudah "naik level" dikalahkan. Bahkan dengan kekuatan mereka yang baru, tetap nggak cukup melawan kelompok itu. Mereka menyerang dalam diam, dalam gelap, dan dalam jumlah banyak.

Tetangga sekitar jadi was-was dan takut akan datangnya mereka itu. Keluarga X yang beranggotakan Ayah, Ibu, dua orang anak yakni Kakak laki-laki dan Adik perempuan memutuskan bersama-sama dengan tetangga sekitar untuk membuat strategi agar bisa menyerang 'mereka'. Keluarga X dan tetangga-tetangganya berkumpul di halaman rumah keluarga X, bicara serius mengenai hal tersebut mereka harus stay melindungi sesama jangan sampai kecolongan dan diserang.

Setelah beberapa malam yang tidak biasa, lingkungan itu perlahan berubah. Beberapa rumah menjadi sepi begitu saja, tanpa suara langkah di pagi hari, tanpa cahaya dari dapur, tanpa jejak kehidupan. Semua terjadi perlahan, seperti embun yang menghilang sebelum sempat disadari.

Para tetangga yang masih tersisa mulai saling memperhatikan, saling menebak siapa berikutnya yang akan menghilang. Mereka tidak saling bicara dengan suara, tapi gestur tubuh, tatapan mata, dan kebiasaan baru yang tak pernah ada sebelumnya—seperti mengunci pintu dua kali dari dalam, atau menempelkan cermin kecil di balik jendela.

Suplemen itu masih dikonsumsi, entah karena sudah menjadi kebiasaan atau karena tubuh mulai bergantung padanya. Tak ada yang benar-benar tahu kandungan di dalamnya, atau mengapa dampaknya sedahsyat itu. Yang jelas, perubahan terjadi tidak hanya di luar, tapi juga di dalam. Fisik mereka memang membaik, tapi malam-malam mereka semakin panjang, dipenuhi bayangan, kilatan cahaya gelap, dan suara langkah yang tak terlihat wujudnya.

Mereka yang tersisa mulai menyusun rencana tanpa kata-kata. Tindakan-tindakan kecil dilakukan bersama-sama: menutup celah ventilasi dengan aluminium foil, mematikan semua perangkat elektronik saat senja, dan membentuk pola aneh di halaman rumah dari garam dan air sabun. Tidak ada yang menjelaskan tujuannya, tapi semua ikut melakukannya, seolah tubuh mereka sudah paham apa yang perlu dilakukan.

Di malam keempat sejak penyerangan pertama, sebuah keganjilan muncul. Seekor kucing milik warga—yang sebelumnya tampak lemas dan tua—tiba-tiba melompat ke atap rumah dengan ringan. Bulu-bulunya terlihat seperti tersusun dari serat-serat cahaya. Ia tak bersuara, tapi kehadirannya cukup untuk membuat beberapa tetangga menyalakan lampu teras, hal yang sudah lama mereka hindari.

Hari-hari berikutnya tak membaik. Langit sering gelap meskipun matahari belum turun. Tanah menjadi sedikit lebih lunak dari biasanya, seperti spons yang basah oleh sesuatu yang tak kasatmata. Di tengah keadaan itu, tidak ada yang bertanya mengapa semua ini bisa terjadi. Mereka hanya menjalani, menyusun strategi bertahan tanpa tahu dari siapa atau apa mereka bertahan.

Satu hal yang mereka tahu: penyerang itu bukan manusia biasa. Tak pernah terdengar suara, tak pernah ada jejak langkah. Hanya tubuh-tubuh berselimut hitam dengan mata gelap dan keheningan yang terlalu sempurna. Mereka datang saat udara menjadi hampa dan suhu turun satu derajat.

Sebagian dari tetangga mulai menyembunyikan suplemen mereka di dalam tanah, di bawah ubin, atau dibungkus dengan plastik lalu diletakkan di atas genteng. Tidak ada instruksi, hanya naluri yang menyuruh mereka menjauh. Beberapa mulai tampak berbeda—tidak hanya wajah yang tak lagi segar, tapi juga cara berjalan yang kembali biasa, mata yang tak lagi bersinar, dan tangan yang sedikit gemetar saat memegang gagang pintu.

Mereka menyesuaikan. Mencoba kembali menjadi biasa, agar tidak lagi menjadi sasaran. Tapi semuanya sudah terlambat. Mereka telah berubah, terlalu jauh dari versi awal mereka. Bahkan saat mereka berpura-pura kembali menjadi “diri lama,” langit tahu, tanah tahu, dan suara-suara di dinding tahu.

Sampai pada akhirnya, malam yang benar-benar sunyi datang. Tidak ada serangan. Tidak ada bayangan. Tidak ada gangguan. Hanya udara yang sangat ringan, nyaris tak terasa. Beberapa tetangga keluar dari rumah mereka, menatap langit yang jernih dan asing. Seperti langit milik dunia lain.

Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Tapi tidak ada yang bertanya. Mereka hanya berdiri di sana, diam, dengan tubuh yang masih kuat tapi hati yang sudah tak mengenali apa-apa.

Mereka tidak tahu apakah hari itu adalah akhir dari mimpi buruk, atau justru permulaan dari sesuatu yang lebih besar. Tidak ada tanda. Tidak ada suara. Hanya keheningan yang menggantung lebih lama dari biasanya, seolah waktu sendiri ikut ragu untuk bergerak.

Beberapa orang mulai menanam tanaman di halaman mereka, meski tanah terasa sedikit bergetar jika diinjak terlalu lama. Ada yang mulai mencat ulang dinding rumah, meski catnya cepat mengelupas tanpa sebab. Seolah-olah lingkungan itu menolak untuk dipulihkan. Seperti kota yang marah karena rahasianya telah dibuka terlalu lebar.

Tidak ada yang berbicara tentang mereka yang sudah hilang. Nama-nama itu perlahan tak disebut. Foto-foto disimpan. Nomor ponsel dihapus. Semua yang terjadi sebelum suplemen datang mulai memudar, seperti lembaran buku yang basah lalu mengering tak terbaca.

Tapi di malam-malam tertentu, sebagian dari mereka masih bermimpi. Dalam tidur yang singkat dan gelisah, mereka melihat pintu-pintu terbuka sendiri, langit-langit berganti warna, dan suara-suara tanpa sumber memanggil dari ujung gang. Dalam mimpi itu, mereka merasa sedang mengulang hari-hari awal—saat suplemen pertama kali dibagikan, saat efek pertamanya dirasakan, dan saat pertama kali mereka merasa bahwa tubuh manusia bisa melebihi batasnya.

Dan di mimpi itu juga, mereka selalu terbangun sebelum akhir. Selalu pada bagian ketika mata seseorang berubah menjadi gelap, atau ketika botol terakhir terbuka oleh tangan yang tak terlihat. Seolah mimpi itu tahu bahwa mereka belum siap untuk tahu seluruh cerita.

Lingkungan itu terus berjalan, seperti biasa. Tapi tidak ada yang benar-benar seperti biasa lagi. Dunia mereka telah bergeser beberapa inci, dan meskipun tidak tampak, setiap orang bisa merasakannya.

Dan di suatu tempat, entah jauh entah dekat, masih ada botol suplemen lain—belum terbuka, menunggu seseorang yang penasaran, dan belum belajar dari kisah yang perlahan menghilang bersama mimpi.

.

.

.

Gimana?

Kamu pernah bermimpi aneh ga?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Suplemen Tetangga
Koo
Cerpen
Bronze
After Impact
Fuseliar
Cerpen
Bronze
Menjemur Kopi di Malam Hari
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
The Holders Of End
Miss Anonimity
Cerpen
Bronze
Perjalanan Asing
Bayu Ari Sugiarto
Flash
Panggilan Tengah Malam
Arsualas
Cerpen
Bronze
Siaran Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Skrip Film
SKETCH
Gemi
Cerpen
Bronze
Gunung Dempo Gerbang Para Maya
Desynata Purnamasari
Cerpen
Bronze
Duet Maut Penjerat Burung
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Mati Lampu
Ron Nee Soo
Novel
Mind vs. Machine
Kiara Hanifa Anindya
Flash
After Dark
Populartflower
Flash
Bronze
Kita Tidak Pernah Sampai
Arjun
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Kota Fajar
Christian Shonda Benyamin
Rekomendasi
Cerpen
Suplemen Tetangga
Koo