Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Suara untuk Bintang
Hai, namaku Siria. Aku hanya ingin sedikit bercerita tentang seseorang yang sangat berharga bagi ku. Dia begitu berharga karena telah membuat hari-hari ku penuh kebahagiaan. Apa kalian juga mempunyai sosok seseorang yang seperti itu? Jika ada, ku harap kalian akan selalu menjaga senyumannya yang sangat berharga. Ku harap kalian tidak menjadi seperti diriku, yang telah kehilangan senyuman berharga darinya.
Wahai bentangan bintang yang bersinar, maukah kalian mendengarkan ceritaku?
Sekarang, setiap hari, rasanya seperti hidupku berada di titik terhampa. Hari-hari ku hanya diisi dengan bayang-bayang dirimu. Mengapa begitu sulit melupakan dirimu? Apa karena semua memori tentang mu adalah kebahagiaan?
“Dia tampak lebih bersinar saat bersama orang lain.” Gumamku sambil membersihkan kaca jendela kelas. Terakhir kali aku melihat senyumannya yang cerah itu, satu tahun yang lalu saat festival panen besar di kota ini. Sekarang dia kembali tersenyum, walau tersenyum bersama perempuan lain.
“Apa kau sudah menjelaskan semuanya?” Tanya Erina.
Erina adalah satu-satunya sahabat yang aku miliki. Dia salalu ada disisi ku dalam situasi apapun. Dia pula yang sangat tahu dengan masalah ini.
“Terakhir kali aku ingin menjelaskannya, dia terlihat tidak ingin mengetahuinya. Muak, mungkin.” Jawabku.
Erina memijat pelipisnya yang mengerut kesal kepada ku. “Kau harus memaksa. Tidak peduli semarah apapun dia. “ Erina berhenti sejenak dan menarik nafas dalam-dalam. “Kau harus tetap menjelaskan semuanya. Ini tidak menjamin kalian bisa kembali bersama, tapi setidaknya berpisah dengan cara yang baik.”
“Kupikir berpisah dengan cara seperti ini adalah yang terbaik, agar aku bisa dengan cepat melupakan dia.”
“Melupakan dia? Baiklah, sekarang, sudah berapa lama sejak hubungan kalian kandas?”
“Satu tahun.” Cicit ku pelan.
“Lihat, kau tidak semudah itu untuk move on. Jadi ayo selesaikan semua ini.” Erina tiba-tiba menyeretku keluar dari kelas.
“Erina, kita mau kemana?”
“Menemui Arche tentu saja. Aku akan memaksanya mendengarkan penjelasanmu.” Erina dengan sangat santai mengucapkan itu tanpa memperdulikan yang rasanya ingin kembali menangis mengingat semua itu.
Aku berdiri tepat di depan Arche dan seorang perempuan yang ku tahu dia adalah pacar baru Arche. Ku harap perempuan ini bisa membaca situasi dan pergi menjauh. Lihat Erina, dia langsung menjauh setelah berhasil memaksa Arche untuk mendengarkan ku.
“Ku pikir hubungan kalian sudah lama berakhir. Lalu sekarang kenapa kau masih menemui Arche? Kau tidak berniat mengajaknya balikankan?” Ucapan perempuan itu sinis sekali terhadapku.
Aku mengabaikan ucapan perempuan itu dan mulai membuka suara, dengan wajah yang menunduk kebawah. Aku terlalu takut menatap Arche. “I... Ini terakhir kali aku menemuimu. Setelah ini aku tidak akan muncul lagi di depanmu. Aku hanya ingin menjelaskan yang terjadi malam itu.”
“Sebenarnya, aku pikir tidak ada lagi yang harus dijelaskan. Karena aku melihat dengan mata kepala ku sendiri malam itu.” Dia mengatakannya dengan dingin kepada ku.
“Tidak. Semua yang kau lihat hanya kesalah pahaman. Jadi kali ini tolong dengarkan aku. Hanya kali ini, aku mohon.” Air mata ku tumpah tanpa bisa aku kendalikan. Aku memberanikan diri mendongakkan kepala menatap Arche.
Arche balas menatapku dengan tatapan dingin yang menusuk hingga relung hati ku. Tatapan yang dirasa sangat asing bagi diri ku.
“Jika kau berpikir dengan air matamu aku bisa kembali pada mau, kau salah. Jadi tidak usah menangis di depanku.” Ucapan Arche melukai hati ku.
“Aku hanya minta kau mendengarkanku. Aku tidak meminta kau untuk kembali kepada ku. Kau tahu? Ucapanmu barusan melukai harga diri ku. Ku harap kau bisa membayar ucapan mu dengan harga yang setimpal.” Aku menatap Arche dengan tatapan yang tajam, walaupun air mata ku masih berjatuhan. Aku menoleh kearah perempuan yang berada di samping Arche,”Maaf, bisa tinggalkan kami berdua. Aku janji setelah selesai aku akan langsung meninggalkannya.”
Perempuan itu menatap Arche dan diangguki oleh Arche. Perempuan itu segera pergi dan meninggalkan kami berdua.
“Cepat. Aku tidak punya banyak waktu.”
“Malam itu, malam dimana kau lihat aku memeluk lelaki lain, aku hanya membantu laki-laki tuna netra yang hampir terjatuh ke tengah jalan raya yang dipenuhi kendaraan. Aku memeluknya karena ku pikir kalau hanya menangkap tangannya aku tidak bisa menahan berat tubuhnya. Jadi kuputuskan untuk memeluknya supaya dia tidak terjatuh. Jika menurutmu itu hal yang tidak pantas dilakukan oleh perempuan yang mempunyai pacar, aku minta maaf.” Akhirnya, aku bisa mengatakan semuanya.
Wajah Arche tampak berubah. Wajahnya yang tadi sangat dingin kini berubah, dahinya berkerut, “Kau tidak bohongkan? Katakan pada ku kalau itu tidak benar. Jangan membuat ku seakan aku yang bersalah disini.” Ucapnya tegas.
“Bohong? Apakah wajahku tampak berbohong? Kau mengenal ku dengan sangat baik Arche. Kau pasti tahu kalau saat ini aku tidak berbohong.” Kenapa hati ku semakin sakit sekarang?
“Lalu kenapa kau baru menjelaskannya skrg!?”
Aku tersentak kaget. Suara Arche sangat tinggi. Apa yang salah dengan lelaki di depanku ini?
“Malam dimana aku mengejarmu. Malam dimana aku berteriak dan menangis memanggil mu yang bahkan tidak menoleh sedikitpun kearah ku.” air mata ku kembali tumpah dengan deras. “Apa kau bahkan tahu bagaimana perasaan ku malam itu? Apa kau tahu bagaimana putus asa nya aku selama ini? Kau tidak tahu. Kau hanya memikirkan perasaanmu sendiri.” Rasanya hati ku mulai terasa ringan setelah mengutarakan isi hati ku yang selama ini aku pendam.
Wajah Arche berubah menjadi sedikit pucat dan kepalanya menunduk ke bawah, “Maaf, maaf, Maafkan aku.” Ucapnya.
“Ini tidak sepenuhnya salahmu. Andai saat itu aku lebih berusaha keras untuk menjelaskannya pada mu, mungkin skrg kita masih bersama. Jadi aku juga minta maaf.” Ucap ku sambil mengusap butiran air mata ku.
"Ku pikir, bahkan, kata maaf tidak setimpal dengan kesalahan besar ku. Terima kasih karena selama ini kau mau menerima semua kekurangan ku. Maaf, pada akhirnya aku malah menyakitimu. Aku tahu aku tidak akan bisa menemukan perempuan sebaik dirimu. Kamu tidak harus memaafkan diri ku. Setidaknya, biarkan aku dengan rasa bersalah ku.” Arche mengatakannya dengan suara yang bergetar. Matanya merah seperti sedang menahan air mata yang ingin keluar.
Semua yang ingin ku katakan sudah ku katakan. Sekarang saatnya aku pergi. Aku membalikkan badan ku dan berjalan meninggalkan Arche. Sekarang, bagaimana cara ku melupakan mu? Bahkan ketika aku sedang di persimpangan tidak peduli jalan mana yang aku ambil semuanya hanya tentang dirimu. Aku belum bisa kemanapun. Akankah hati ku kembali hancur jika terus seperti ini?
Saat aku sedang sendirian, aku hanya bisa memikirkan tentang mu. Aku selalu ingat senyum manis mu, tawa mu dan marah di depan seseorang yang bukan aku. Teruslah berkeliaran kesana-kemari, agar aku bisa terus melihatmu tersenyum. Walau aku tahu senyuman itu bukan lagi untuk ku.
Wahai bentangan bintang yang bersinar, apakah kau tahu isi hati ku?
Wahai bentangan bintang yang bersinar, bisakah kau sampaikan semua ini kepadanya?
Semua perasaan dari sudut terdalam ruang hati ku...