Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tidak ada jalan beraspal menuju desa itu.
Hanya jalur batu yang dilumat akar, menanjak pelan melalui rumpun bambu dan pohon-pohon tua yang tak menyebutkan namanya sendiri. Di sanalah Niskala dilahirkan—di kaki Gunung Sriman, jauh dari kota, di tengah udara yang membawa wangi tanah dan debu getah.
Ia anak sulung dari Atma dan Prana, pasangan sederhana yang menyimpan sunyi di dalam rumah, tapi menjalin hidup mereka dengan bebatuan dan embun. Di rumah kecil beratap ijuk itu, suara langkah pun terasa suci. Ayahnya, Atma, tak banyak bicara. Ia lebih sering duduk bersila di tanah belakang rumah, mendengar gerak bawah permukaan seolah mendengarkan bisikan para leluhur. Kadang, ia menggambar garis aneh di tanah liat, lalu menghapusnya sebelum malam turun. Katanya, "Tanah pun menyimpan rahasia, Niskala. Dengarkan. Bukan lihat."
Niskala tumbuh dengan mendengarkan.
Ia tahu kapan akar mulai retak karena kekeringan, kapan suara serangga berhenti karena suhu terlalu tinggi, kapan embun berubah rasa. Tak a...