Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hai, ini aku. Ya aku. Seorang wanita yang sudah memasuki usia kepala 3. Aku belum menikah namun sudah memiliki satu orang anak laki-laki berumur 3 tahun.
Ya tebakan kalian benar. Aku hamil diluar nikah. Kenapa? Kok bisa? What’s happened? Banyak pertanyaan dan prasangka dari sekian orang. Ku akui memang aku bodoh karna tidak bisa menjaga diri dan menghancurkan kepercayaan orang tuaku.
Semua berawal dari kebodohanku yang terlalu mudah percaya akan segala janji manis dari para mantanku. Dan juga kenakalan masa remajaku dan selalu membantah apa yang orangtuaku katakan.
Sewaktu aku baru memasuki masa SMA, disitulah aku mulai merasakan yang namanya jatuh cinta. Ya, aku terpikat oleh satu sosok kakak kelas seniorku di kelas 2 (saat itu aku masih duduk di kelas 1) , entah kenapa menurutku ke-misteriusan dia sangat membuatku penasaran. Terbaca oleh sahabatku saat itu. Ia langsung menghampiri sang kakak kelas, entah apa yang mereka bicarakan.
Setelah itu sahabatku Ajeng sudah kembali sambil senyum-senyum dan mengatakan kalau ia baru saja memberikan nomorku pada si kakak kelas tersebut. Malu? Tentu saja. Setelah itu pun aku langsung mengajak Ajeng pergi, meski seniorku terlihat tersenyum. Ajeng memberi tauku, namanya adalah Rifky. Dan ia sejurusan denganku.
Tak butuh waktu lama, Rifky memang langsung menghubungiku dan setelah beberapa kali kontekan, akhirnya kami resmi berpacaran. Saat itu memang Rifky sangat manis, ia begitu terlihat sangat baik padaku, meski aku sendiri tidak tahu bagaiman dia aslinya. Namun aku cukup menikmati perlakuan manisnya ini. Yang sering menungguku di depan kelas setiap istirahat dan pulang sekolah. Bahkan pernah ketika sedang seru mengobrol depan kelasku, dari arah belakangku , beberapa senior kelas 3 ku sedang berlari, spontan Rifky langsung menarikku agar tidak tertabrak mereka.
Sampai suatu waktu aku dipanggil oleh wali kelasku, membuatku berpikir apakah aku telah membuat kesalahan? Namun rupanya wali kelasku ingin meyakinkan dirinya kalau berita tentang Rifky dan diriku berpacaran itu benar.
"Kamu bener lagi pacaran sama si Rifky?" tanya wali kelasku.
"Iya Pak betul" sahutku.
"Hmmmm.. Gini, gak apa sih kalian pacaran karna saya liat juga si Rifky udah ga bandel, berkurang sih, udah gak tidur dikelas gak kabur pas pelajaran lagi, berarti emang kamu berhasil merubah dia. Tapi ya kamu, kalian harus tetep fokus belajar ya" ucap wali kelasku panjang lebar.
"iya Pak, siap" sahutku lagi.
Lalu akupun kembali kekelas dan menhampiri teman-temanku yang sedang asik berbincang. Namun ketika akan duduk, aku menyadari ada secarik kertas dalam tas ku yang isinya :
"Ga usah pacaran depan kelas deh, kaya cowo lo bagus aja najis"
Sedikit terkejut dan penasaran siapa yang menaruh ini, jika itu senior tentu akan sangat mencolok, sudah pasti dari kelasku. Namun akhirnya aku memutuskan untuk melupakan saja, ku simpan lagi kertas itu.
Semua berjalan seperti biasanya, dan aku juga melupakan kertas itu. Waktu di hari Valentine, Rifky datang kerumahku hanya untuk memberikanku sebuah kado yang ketika ku buka ternyata isinya sebuah boneka kelinci pink dengan tulisan I LOVE YOU besar di tengahnya. Tentu aku sangat bahagia kala itu. Rifky benar-benar semanis itu, Ditambah lagi, sewaktu pulangnya Rifky dari tour luar negri, ia membawakanku hadiah boneka lagi, sebuhah lumba-lumba biru yang lucu.
Ketika aku yang harus pergi tour pun, aku membuat sebuah gantungan kunci dengan inisial nama Rifky dan selalu ku pakai di tas sekolahku. Semua begitu manis, namun ketika ia harus magang selama tiga bulan, dari situ hubungan kami mulai renggang dan sering bertengkar, entah mungkin aku yang tiba-tiba merasa kesepian karna kekasihku tidak ada atau entah karna apa. Namun kami jadi sering salah paham dan berujung pada perpisahan.
Waktu berlalu begitu cepat, ketika aku sudah naik kelas 2, ada satu teman seangkatanku, namun beda jurusan mendekatiku sebutlah ia Frido, dan jadilah kami berpacaran. Kala itu, aku dan Rifky memang terkadang masih bertukar pesan singkat meski itu hanya basa basi. Sampai suatu saat Frido menyadari gantungan kunciku yang ada nama Rifky disana. Ia segera mencabutnya dan membakarnya langsung depan mataku.
Berita Frido membakar gantungan kunciku sampai ke telinga Rifky, saat itu sudah waktu pulang sekolah dan sedang ramai, Rifky mendatangiku hanya untuk bertanya kebenaran berita gantungan kunciku yang dibakar itu, namun tak lama kemudian, muncullah Frido, melihat ada sosok Rifky sedang berbicara denganku, begitu juga Rifky melihat Frido kedua lelaki itu langsung naik pitam dan langsung baku hantam, terjadi pertengkaran sengit antara mereka berdua, dan aku menarik tangan Frido menjauh, dan Rifky ditarik menjauh oleh siswa lain.
Perbincangan singkat antara aku dan Frido, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan akhirnya ia paham dan kami pulang. Hubunganku dan Frido juga tidak berlangsung lama, jika aku dan Rifky berjalan selama 7 bulan, aku dan Frido mungkin hanya 3 bulan. Perlakuan Frido memang tidak semanis Rifky dulu, namun karna dirasa sudah tidak bisa diteruskan akhirnya aku setuju berpisah.
Lama menjomblo, hingga aku kelas 3 SMA tiba-tiba ada pesan masuk di social mediaku. Yang ternyata kita satu gedung tapi beda sekolah, aku sekolah pagi dan ia sekolah siang. Sebutlah namanya Gusti. Ya sekali bertemu kembali kita akhirnya berpacaran, dan tentu jika ingin bertemu biasanya saat pulang sekolah atau jika sedang ada pelajaran tambahan, Sesungguhnya orangtuaku tidak begitu setuju dengan Gusti karna memang kami 'beda server' namun gejolak jiwa remajaku tentu menolak, dan hubunganku berjalan selama 4 tahun sampai aku kuliah.
Jujur saja, kegadisanku hilang oleh Gusti. Dulu ketika dengan Rifky, Rifky cukup gencar untuk mengajakku melakukan hal terlarang itu dan selalu ku tolak dengan berbagai alasan. Namun entah bagaimana aku jatuh dalam perkataan manis Gusti saat itu dan terjadilah semua itu.
Akhirnya setelah semua yang sudah aku dan Gusti jalani bersama, Gusti juga yang menyerah, dan ia yang mengakhiri dengan alasan kita tidak pernah bisa bersatu, meski bukan keinginannya tapi ia terpaksa. Dan lagi-lagi aku mengikhlaskannya pergi.
Lagi-lagi hatiku sepi, kosong. Dan akhirnya aku mulai bekerja dalam suatu perusahaan FMCG ternama. Disitu aku perlahan membuka hatiku. Jika memang ada yang kurasa cocok, akan ku coba.
Beberapa bulan aku disana, ada satu lelaki yang dekat denganku dan aku seringkali nebeng pulang bareng dengannya, sebutlah ia Freddy. Kala itu yang ku tau ia sedang galau berat karna batal tunangan. Sebagai teman aku berbaik hati menawarkan untuk menemaninya menghilangkan kepenatan dan kegalauan hatinya. Dari sejak itu kita semakin dekat, dan jadilah kita berpacaran. Dan lagi-lagi, ia beda server denganku. Dan tentu orangtuaku menentang untukku meneruskan hubungan ini, karna sudah jelas berbeda jika tidak ada yang mengalah tidak akan bisa.
4 tahun juga aku dan dia menjalin kasih dengan Freddy, dan ya karna dulu sudah pernah merasakan hal terlarang dengan Gusti, ketika dengan Freddy ku iyakan lagi ajakan itu. Memang saat itu sudah ada pembicaraan untuk menikah namun tidak ada ujungnya. Mau berpisahpun bagiku berat. Aku diliputi kegalauan, ingin pisah tapi tidak rela, diteruskan juga tidak ada kepastian.
Dan saat itulah, Rifky hadir kembali dalam hidupku. Ia tau kalau aku sedang menjalin kasih dengan yang berbeda server lagi.
Pertemuanku dengan Rifky lagi juga sangat unik. Karna saat itu aku tengah menunggu Freddy menjemput, dan tiba-tiba Rifky sudah dibelakangku dan ia bilang ia sudah mengikutiku daritadi. Ia bertanya soal hubunganku. Aku menjawab seadanya saja karna takut Freddy tiba-tiba datang.
Benar saja, 5 menit setelah Rifky pergi, Freddy datang. Aku bisa melihat Rifky yang menatapku sendu. Berawal dari situ, aku dan Rifky kembali kontekan. Sempat terucap dari Rifky:
"Ayo balikan, nikah sama gue, daripada nungguin yang gak pasti"
Namun aku belum berpikir jernih. Semakin sering aku dan Rifky berkirim pesan, hatiku merasa inilah mungkin jodohku. Setelah sepuluh tahun berlalu, kita dipertemukan lagi. Dan ya, tentu aku yang kini memutuskan hubunganku dengan Freddy. Karna Rifky berjanji, jika aku sudah putus dengan Freddy, ia juga akan putus dengan pacarnya (ya kita sama-sama punya pasangan dan sama-sama menjalani hubungan beda server) .
Sayangnya, ketika aku sudah berpisah, Rifky juga tak kunjung putus. Alasannya kala itu :
"Sabar, gue ga bisa langsung mutusin dia gitu aja, pelan2 ya, pasti gue putusin kok"
Tentu aku berbaik hati dan menurut saja meski hati sedikit gondok. Namun ia menepati janjinya, ia putus tiga hari kemudian. Setelah itu akhirnya kami resmi berpacaran (lagi).
Awal berpacaran, semua begitu indah, aku tak melihat keburukan Rifky waktu sekolah dulu, saat itu aku merasa ia sudah berubah. Akupun memantapkan hati padanya. Saat aku dan Rifky kembali bersama, saat itu Rifky hanya bekerja sebagai ojol aplikasi hijau dan sedang di titik hampir DO dari kampusnya, hanya karna ia belum skripsi.
Aku tidak pernah mempermasalahkan pekerjaan dia saat itu. Waktu itu aku masih bekerja di daerah Bogor, membuatnya sedikit resah karna jarak yang terlalu jauh, aku selalu menggunakan kereta dan kadang jika ingin bertemu dan jalan bareng biasa Rifky selalu menjemput di stasiun yang terdekat.
Sampai akhirnya aku pindah kerja ke Jakarta dan cukup dekat meski cukup banyak keluar ongkos. Rifky lalu menawarkan untung antar jemput aku kerja. Kupikir ongkosku akan aman, namun nyatanya keluar lebih banyak. Karna Rifky setiap mengantar dan menjemputku harus selalu isi bensin dan beli rokok, terkadang pula minta uang makan.
Teman kerjaku pernah bertanya, "cowo lo toxic ga sih? gue soalnya pernah liat lo ngasih duit ke dia". Dan yang selalu kulakukan adalah membelanya. Meski hatiku merasa ia memang toxic. Setelah sekitar tiga bulan aku menjalin hubungan dengan Rifky, aku seperti merasa ada yang hilang. Entah aku merasa Fredy lebih bisa memberikanku kasih sayang, Rifky cenderung sedikit cuek karna ia yang tidak bekerja saat itu hanya menghabiskan waktunya untuk main game.
Dan ia selalu minta untuk dibelikan pulsa untuk beli diamond agar bisa beli skin. Ya seperti biasa aku selalu memberikannya. Karna aku dan Fredy berpisah tidak dengan baik-baik saja, aku sempat meminta maaf padanya, dan ya kami berbaikan. Dari situlah pertengkaranku dan Rifky rutin terjadi.
Pernah aku mencuri waktu bertemu sebentar dengan Fredy, dan berakhir diketahui oleh Rifky. Oh iya, Rifky tentu juga tau aku dan Fredy sudah pernah HS. Dan selama aku dan Rifky berpacaran, setiap Rifky "meminta jatah" dan aku tidak mau, ia akan selalu bilang "oh giliran Fredy ga ditolak ya, giliran gue lo tolak terus" yang akhirnya membuatku melakukan dengan terpaksa.
Perlu kalian tau, keluargaku sudah sangat mengenal baik Rifky, tidak hanya orangtua dan kakakku tapi juga tante, om juga sepupuku. Semua sudah sangat menyetujui hubunganku dengan Rifky (tentu karna dengan Fredy kami beda server dan Fredy yang kurang begitu mau berbaur dengan keluargaku).
Selama Rifky belum kerja, aku selalu membantunya dari segi apapun itu. Ia berhasil lulus kuliah yang hampir kena DO setelah kubantu mengerjakan skripsinya. Lalu setiap ia mengantar jemputku, selalu kubelikan bensin dan rokok, bukan aku perhitungan tapi setiap hari seperti itu belum jika ia minta uang makan (fyi, ia masih tinggal dengan keluarganya ya bukan kost). Seperti yang sudah ku katakan tadi, ia menghabiskan waktunya main game, dan bisa bergadang.
Rifky selalu berkata, "sabar dulu ya, tunggu gue kerja, kalo uda keterima kerja, setahun langsung gue lamar lo, gue iket cincin biar ga macem-macem, tahun berikut baru kita nikah".
Aku selalu berpegang pada janjinya itu, hingga akhirnya hal yang selalu dihindari, terjadi juga. Aku hamil. Namun saat itu aku tidak tau jika aku sedang mengandung. Hanya saja tiba-tiba saat makan siang, aku tidak nafsu makan bekalku dan tiba-tiba aku mual dan muntah sampai ku minta Rifky membawakan baju ganti.
Aku sangat ingat Rifky berkata, "lo mual muntah? lagi ngisi kali lo, nih perut lo kayanya maju deh, mau ke dokter?"
Aku mengiyakan, dan kita ke dokter umum guna memeriksa kondisiku. Tentu ketika aku dipanggil masuk dan diperiksa dokter, Rifky juga masuk menemani. Setelah berkeluh kesah dengan sang dokter dan diperiksa ditempat tidur, tanpa lama, dokter langsung berucap "selamat ya mba, mas. Mbaknya lagi hamil ini, kalo dihitung dari tanggal terakhir mbaknya mens, uda jalan 3 bulan nih kandungannya, saya resepin vitamin buat debaynya ya. Dijaga nih, masih muda soalnya" ucap dokter panjang lebar.
Mendengar itu, aku shock namun berusaha ku tutupi. Begitu juga Rifky. Ia hanya terdiam dan menunjukan senyum terpaksa dihadapan sang dokter. Sepulangnya kami dari dokter, kami berdua terdiam sesaat, sampai Rifky buka suara.
"Jadi gimana nih?" tanya Rifky.
"Gue masih agak ga percaya sih, mungkin harus usg dulu, kalo uda ketauan bener baru bilang sama nyokap gue" jawabku saat itu.
"Jujur gue pusing sumpah pas denger lo hamil, gue belom kerja lo tau kan, kalo uda kerja sih gak pake lama pasti gue nikahin lo. Gue bingung asli ini" ucap Rifky.
Namun kondisi keuanganku yang juga sedang banyak pengeluaran membuatku akhirnya tak kunjung periksa USG, hingga aku benar-benar lupa jika aku sedang hamil, dan lebih percaya pikiranu yang berusaha meyakini kalau aku sakit, bukan hamil.
Rifky pun akhirmya diterima kerja di salah satu bank ternama. Sebelum masuk, ia minta untuk dibelikan sepatu, jam tangan, tas, jaket, baju dan celana baru untung ia mulai bekerja. Ya rasanya sudah kuhabiskan 5juta untuknya terlihat "bagus".
Saat Rifky sudah mulai kerja, semua masih terlihat biasa dan normal, bahkan Rifky bilang, "gue ada client dokter kandungan, gue uda cerita soal lo, nanti kapan kita konsul sama dia ya". Aku tidak pernah lupa perkataan Rifky itu. Namun, waktu berjalan, Rifky menghilang begitu saja, berakhir dengan tidak baik karna ia tiba-tiba saja tidak mengakui anak yang ku kandung, dan ia melemparkan kesalahan pada Fredy, ia berkata kalau Fredylah ayah biologisnya.
Sedangkan yang dituduh, berani menantang untuk membuktikan kalau memang bukan dia ayah kandungnya. Rifky jika diminta test DNA, ia akan langsung mengamuk dan marah berkata tak ada gunanya. Jika dipikir dengan logika, kalau memang tidak salah kenapa berkelit dengan berbagai alasan? kenapa juga harus marah?
Memang ku akui semua bermula karna aku sempat bermain api lagi dengan Fredy dan diketahui Rifky, namun bagaimanapun, jika memang lelaki sejati, harus berani tanggung jawab bukan hanya mau enaknya saja, bukan melemparkan kesalahan ke orang lain.
Kepergian Rifky itu akhirnya membuatku mengakui semua pada orangtuaku mengenai kondisiku, yang saat itu sudah hamil 6bulan, jangan ditanya bagaimana ekspresi orangtuaku. Kecewa? tentu saja. Sakit hati? tidak perlu ditanya lagi. Mamaku adalah orang pertama yang ku beritau. Dan saat itu mama mengajakku bertemu dokter kenalannya, hendak menggugurkan kandunganku, namun dengan janin utuh sempurna, bahkan tidak ada cacat sedikitpun dan sehat, dokterpun tidak mau mengangkatnya dan sudah tidak mungkin untuk digugurkan.
Sepulang dari rumah sakit, mamaku memberitau papaku dan berakhir kalau kita harus menghampiri Rifky kerumahnya malam itu juga. Jujur aku takut, karna Rifky tipe laki-laki yang suka menekan orang agar menurut saja perkataan yang dia katakan. Jadilah malam itu aku fan orangtuaku datang kerumah Rifky. Aku masuk lebih dulu, melihat ibunya didalam dan aku langsung salim lalu mengenalkan kedua orangtuaku. Lalu papaku mengutarakan maksud kedatangannya kerumah. Tak lama kemudian, datang ayah Rifky juga kakak perempuannya.
Aku ingat mereka bertanya, "kenapa kamu ga bilang sama tante? Kamu uda tante anggep anak sendiri padahal loh" , dan sang ayah juga tiba-tiba bertanya "kamu uda pacaran berapa lama sama Rifky? Kok bukan bilang ke kita ada masalah begini" , dan langsung dijawab oleh papaku, "ya cewe lagi masalah kaya gini mana brani pak bu ngomong langsung". Hari itu Rifky tidak ada dirumah entah kemana ia pergi aku tak perduli, merasa kedatangannya sia-sia kerumah Rifky, orangtuaku langsung pulang tidak ingin berlama-lama lagi.
Keesokan harinya, sepulangku kerja, orangtua beserta kakakku dan suaminya mengajakku pergi lagi kerumahnya Rifky, dan ya yang bersangkutan tentu menghilang lagi. Lagi-lagi tidak berhasil bertemu. Lalu berlanjut mencari ke kantor Rifky. Berhasil juga usaha papa dan kakak iparku menemui Rifky yang cukup shock dengan kemunculan keluargaku dikantornya.
Hari berganti, dan gantian mamaku datang ke kantornya, sayang tidak berjumpa lagi dengan pecundang ini. Sampai disusul lagi kerumahnya dan ternyata ada. Ia tidak masuk kerja saat itu. Setiap perkataan mamaku, Rifky semakin tinggi nada jawabnya padahal mamaku biasa saja setiap berkata. Meski selalu mengelak dan menjelekkanku, dari situ sudah terlihat kalau dia memang salah namun tidak mau mengakui.
Rifky selalu berkata aku tidur dengan banyak pria, jadi belum tentu anak ini adalah anaknya. Dan tentu orang percaya dengan perkataannya. Aku tau dalam hatinya ia hanya tidak ingin terikat denganku karna anak. Saat mamaku hendak pulang, mama Rifky bergegas memeluk mamaku dan berbisik "maaf ya bu" .
Ya, mama Rifky tentu tau anaknya salah, namun entah ia tetap percaya dengan perkataan Rifky. Akhirnya meski sudah sedemikian cara kluargaku lakukan, kami memilih menyerahkan pada Tuhan saja, kami percaya Tuhan maha tau, dan Ia adil. Karma akan segera mendatangi Rifky cepat atau lambat.
Tak lama setelah aku dan Rifky putus, aku mengetahui kalau ia sudah punya wanita baru yang ternyata adalah teman sekolahku. Terkejut? Tidak. Aku tau Rifky seperti apa, dan aku yakin mereka sudah dekat jauh sebelum aku pisah dengan Rifky. Dan yang kudengar mereka juga akan segera menikah (dijanjikan dua tahun sepertiku dulu).
Hari berlalu, bulan berlalu, perutku kian membesar, oh iya, bos dikantorku juga sudah mengetahui kondisiku, dan mereka tetap menerimaku dengan hati terbuka (Fyi, bosku cukup tau dengan Rifky). Bahkan teman dan orang kantorku semua tidak menjauh atau memandang rendah padaku yang hamil diluar nikah, aku sungguh bersyukur berada di lingkungan ini dan keluarga yang bisa menerimaku meski sudah ku kecewakan sedemikian rupa.
Kantorku dua lantai, dan aku bekerja di lantai dua, aku tetap rutin bekerja seperti biasa, membereskan ini itu, mengangkat ini itu (karna memang aku ditunjuk untuk menghandel segala sesuatu dikantor itu). Dan setelah bos dan penghuni kantor tau soal kehamilanku, aku mulai rutin kontrol ke dokter kandungan, dan ditemani mamaku, hasilnya pun anakku sehat dan pertumbuhannya sangat bagus. Padahal selama 6 bulan tidak ada nutrisi untuknya yang masuk, tidak ada vitamin, tidak ada susu hamil. Dan aku termasuk pemilih dalam makan.
Akhirnya tibalah hari aku melahirkan, aku harus melahirkan dengan cesar karna minus mataku tinggi, beresiko besar jika memaksa lahiran normal. Jadwal operasiku adalah tanggal 6 pagi, dan aku masuk rumah sakit tanggal 5 sore, karna paginya aku masih kerja dan mulai mendelegasikan tugas pada penggantiku sementara.
Tanggal 6, bersiap masuk ruang operasi ditemani mamaku seperti biasa. Masuk ruang operasi yang dingin itu, aku mulai dibius, aku tidak tertidur meski aku memaksa memejamkan mataku tetap tidak bisa. Karna pandanganku ditutup kain, aku tak bisa melihat yang dilakukan para dokter dan suster disana, dan aku langsung mendengar tangisan bayiku. Air mataku menetes tiba-tiba, aku berkata dalam hati "Terima kasih Tuhan".
Para petugas langsung membersihkan bayiku, meletakannya didadaku sementara baru mereka ambil untuk dipindahkan, dan aku juga dipindahkan ke ruang pemulihan. Bayiku dibawa dan mamaku melihatnya dan mengabadikan foto bayiku. Aku diruang pemulihan pun langsung terlelap, entah kenapa aku merasa mengantuk.
Ketika aku tersadar, bersiap untuk dipindahkan ke kamarku. Disana sudah ada papaku juga kakak dan kakak iparku juga anak-anak mereka. Menunggu kehadiran bayi laki-lakiku. Ya mereka yang awalnya benci dengan bayiku, akhirnya mulai menerima dan antusias dengan kehadirannya. Aku diharuskan cepat belajar duduk, berdiri dan berjalan. Meski masih menahan rasa sakit pasca operasi, aku tetap belajar dan aku bisa berjalan sedikit-sedikit.
Keesokan harinya, tak disangka rombongan teman kantorku menjengukku, bahkan bukan hanya teman seruangan, tapi juga orang-orang gudangku, saking banyaknya bahkan beberapa sampai duduk dilantai. Selama bekerja mereka memang mengenalku sebagai sosok yang baik dan tidak neko-neko, sehingga tidak heran jika semua hadir menjengukku saat itu. Sungguh terharu hatiku.
Dan setelah tiga hari, aku sudah kembali bekerja, meski jahitanku belum kering, yang penting dijaga saja jangan sampai infeksi. Aku masih diberikan hadiah sebox besar dari teman-teman kantorku. Satu buah dus besar ada dimejaku, aku sangat berterima kasih pada mereka untuk hadiah ini, yang isinya tentu peralatan bayi.
Beberapa hari menjadi seorang ibu tidaklah mudah, anakku yang termasuk doyan susu, sangatlah rewel jika ASIku susah keluar. Bahkan aku sempat kena darah tinggi, saat aku kontrol, dokterpun terkejut karna tensiku mendadak tinggi hingga 160 karna tensi normalku 110, dan kepalaku sudah teramat sangat pusing, leherkupun terasa kaku. Dan aku diberikan obat yang aman untuk busui.
Jujur saja, naluri keibuanku belum muncul. Aku selalu panik dan bingung. Bahkan aku pernah merasa benci dengan bayiku, aku merasa kebebasanku hilang karnanya. Namun seiring berjalannya waktu, semua berubah. Hadirnya anakku, tentu merubah perlahan semua sikap sifat jelekku.
Rasa sayang, ketulusan seorang ibu perlahan muncul dengan sendirinya. Dan mulai bisa dan menjalani peran sebagai ibu. Saat itulah aku mengerti perkataan mamaku yang selalu bilang, "nanti kamu juga tau rasanya kalo uda jadi orangtua, uda punya anak"
Seperti inilah rasanya memiliki anak, belajar bertanggung jawab akan hidup bayi kecil. Semakin bertambah umur, bertambah pula tingkahnya. Oh iya, tiga bulan setelah melahirkan aku kena PHK karna sedang ramai soal covid dan aku menganggur selama setahun, namun rejeki anak itu benar ada. Tiba-tiba saja omku menghadiahkan susu kaleng untuk anakku, dan tanteku memberikan susu box dua buah ukuran besar.
Susu kaleng? Sufor? Ya anakku tidak full asi, karna asiku tidak terlalu banyak dan ia banyak menyusu, sehingga ku mix dengan sufor. Akhirnya aku bisa diterima kerja lagi salah satu perusahaan besar di Jakarta. Dan sudah sangat awet berjalan, seperti memang sudah Tuhan tempatkan disini.
Gimana dengan Rifky? Setelah terakhir kaki ia tidak mau mengakui dan minta agar tidak diganggu, tentu aku sudah menghapus nomor dan semua sosmednya, aku hidup bahagia dengan anakku yang sekarang sudah berusia 3 tahun, tumbuh sehat dan semakin pintar dan juga banyak orang yang jika bertemu atau melihatnya langsung senang karna ia sangat ramah dan memiliki wajah tampan dan berkulit putih. Yang kutau hanya Rifky sudah bertunangan dengan temanku namun belum juga menikah. Daaan, mereka sibuk kepo dengan kehidupanku, semua sosmedku dicari, diikuti. Bahkan Rifky mengirim pesan disalah satu sosmedku, pesan basa basi dan tidak penting menurutku.
Bukan sekali dua kali ia mengirimiku pesan, ia pernah mengajak bertemu, tidak kurespon, ia menelpon tidak kuangkat tentu saja, terakhir kali ia mengirim pesan "hai mantan", beberapa temanku yang tau tentangnya tentu merasa kesal. Menurut teman-temanku, untuk apalagi masih ngusik, dia sendiri minta tidak diusik tapi sendirinya yang sibuk dengan hidupku.
Oh iya ada satu cerita menarik. Aku punya teman wanita saat SMP sebutlah ia Sri. Aku ingat Rifky dan Sri pernah saling kontak dan berteman di salah satu sosmed, dan aku juga masih ingat jelas, Rifky pernah bilang padaku.
"Kalo aja Sri jomblo pasti gue pacarin" (karna mereka satu suku, dan biasanya adat suku mereka harus menikah dengan sesama suku namun beda marga)
Suatu waktu, Sri mengontakku dan cerita kalau Rifky chat dirinya. Padahal foto profil Rifky dengan wanitanya.
"Halo, sory ini Sri mana ya? Dikontak gue ada banyak Sri soalnya" chat Rifky terlihat basa basi sekali.
"Sri temen Jenny" sahut Sri singkat.
"Oh lo. Apa kabar Sri? Uda nikah?" tanya Rifky
Melihat pertanyaan itu tentu Sri risih, karna mereka tidak kenal dekat, dan baru menghubungi sudah bertanya hal itu.
"Blom" dijawab singkat oleh Sri.
"Lo masih sama yang beda server itu?" lagi-lahi pertanyaan tidak penting Rifky.
Tidak dijawab oleh Sri. Namun rupanya Rifky tidak menyerah sampai disitu.
"Gue telpon ya" ucapnya lagi.
"Gue sibuk" sahut Sri.
Tetap juga ditelpon Rifky dan tentu tidak diangkat oleh Sri, dan saat jam istirahat lagi-lagi ditelpon dan tidak diangkat.
Fyi, Sri sudah tau ceritaku dan Rifky, tentu ia merasa jijik dengan Rifky yang menganggunya seperti itu ditambah menanyakan hal "udah nikah belum" dengan orang yang tidak kenal dekat.
Ya, Rifky sekarang sering mengirimiku pesan disalah satu sosmedku, sungguh aku hanya bisa menertawakan itu. Entah apa yang ada dikepalanya. Dia jelas menjilat ludahnya sendiri. Minta jangan diganggu tapi dia sendiri yang menganggu. Bahkan rutin merequest pertemanan.
Dari ceritaku ini, aku tidak membenarkan untuk melakukan sex before married ya, aku hanya terlalu bodoh untuk percaya janji manis nan palsu para mantanku yang hanya ingin kenikmatan dan uangku saja. Sebaiknya jaga dirimu wahai wanita. Jangan pernah percaya omongan lelaki.
Kedua, jika dekat dengan pria, ceritakan dengan ayah atau ibumu, jangan menyimpan sepettiku, aku hampir tidak pernah cerita sepeti apa pacarku, dan baru tau jika sudah terjadi seperti sekarang. Karna jujur saja, saat kita jatuh, terpuruk, yang akan menolong kita pertama adalah keluarga, kedua teman.
Ingatlah dua hal itu, jangan mudah percaya janji manis laki-laki, dan jangan berbohong apapun itu dengan orangtua.