Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Berlangsungnya hari pertama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Pak Dedi selaku dosen sedang menjelaskan materi sejarah. Tiba-tiba ada sosok Miss Kunti muncul menembus dinding. Rena yang melihat membuat bulu kuduknya berdiri karena dia terlihat sangat menyeramkan. Wajahnya rusak dan tubuhnya mengeluarkan bau bangkai. Dia mulai dari depan satu persatu mendekati teman-teman Rena dan mengajak mengobrol. Teman-teman Rena sama sekali tidak ada yang bisa melihatnya. Miss Kunti itu aneh bersikap sok imut, centil dan cerewet. Rena yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Suara batin Rena, Heran. Baru kali ini aku melihat Miss Kunti yang aneh. Dia super aneh dan bersikap seolah-olah dia manusia.
Tanpa Rena sadari dia terlalu dalam mengamati. Membuat Miss Kunti itu menyadari langsung menatap tajam ke arahnya dan dalam sekejap bertatap muka dengan Rena.
Suara batin Rena, Astaga, ngagetin. Tiba-tiba saja dia ada di depanku.
Rena tampak terkejut.
"Hei, kau melihatku kan? aku tahu kau tadi melihatku kan? aku cantik nggak?" desak Miss Kunti.
Rena terlihat berkeringat dingin dan gugup.
Suara batin Rena, Waduh. Tadi kenapa aku menatapnya. Gara-gara kaget lihat wajahnya seram banget. Aku harus berusaha pura-pura tidak melihatnya.
"Hei, jawab dong. Kalau kau tidak mengakuinya aku colok matamu," desak Miss Kunti.
Syuut ....
Seketika Rena menutup matanya dengan tangan.
Suara batin Rena, Waduh, aku reflek gara-gara mau dicolok. Pura-pura tidur sajalah.
"Hoam, ngantuknya. Jam istirahat lama banget ya. Mata kuliahnya bikin bosen. Tidur bentar gak papa kan ya," keluh Rena.
Rena berbicara sendiri dengan nada lirih. Dia langsung menunduk untuk pura-pura tidur.
"Etdah .... Aku pikir dia takut gara-gara mau aku colok matanya. Lah dia mau tidur, hei jangan tidur. Sebentar lagi kau diusir. Dia dosen killer mbak bro. Bangun mbak. Kalau nggak bangun aku dorong nih. Hei, gini-gini aku mahasiswi. Mahasiswi perkuntian. Hihihihi," canda Miss Kunti.
Suara ketawa khas Miss Kunti menggema di telinga Rena.
Suara batin Rena, Berisik banget nih Miss Ti. Emang itu tujuanku biar diusir. Btw, dia tidak bisa menyentuhkukan?
Rena berpikir apakah Miss Kunti itu bisa menyentuhnya, sedangkan yang dia tahu mereka harus memiliki energi besar agar bisa menyentuh suatu benda mati maupun hidup.
"Aku dorong kau jika tidak bangun-bangun," gerutu Miss Kunti dengan mendorong Rena.
Srek ....
Suara batin Rena, Eh eh, tubuhku tiba-tiba miring.
Gubrak ....
Rena diam sejenak dan malu karena menarik perhatian semua orang yang ada di dalam kelas. Mereka menatap ke belakang karena tempat duduk Rena tepat ada di paling ujung.
"Ups ... maaf, aku sengaja. Hihihi, tapi sayang sebagian energiku sudah terpakai hiks," resah Miss Kunti.
Dia setelah ketawa mendadak sedih gara-gara energinya berkurang.
"Rena, di jam mata kuliahku kamu tidur. Sana cepat keluar cuci muka. Dari tadi kamu juga tidak fokus," bentak Pak Dedi.
Pak Dedi memarahi Rena dan menunjuknya untuk keluar. Lalu memperingati yang lainnya juga.
"Aku akan memberitahu kalian. Jika diantara kalian ada yang mengantuk, keluar sekarang juga ikuti Rena," sambung Pak Dedi.
Teman-teman Rena menoleh ke kiri dan ke kanan. Suasana mulai tidak kondusif.
Brak, brak, brak.
Pak Dedi menggedor meja agar suasana kembali tenang.
"Tolong diam, jika tidak ada akan aku lanjutkan materinya. Untuk Rena tolong keluar," perintah Pak Dedi.
"Baik pak. Maaf Pak Dedi," sahut Rena.
Rena berjalan keluar kelas. Rena diusir karena menganggu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pak Dedi menyuruhnya untuk mencuci muka agar tidak tidur di jam mata kuliahnya.
Rena menepuk jidatnya sendiri karena Miss Kunti itu semakin menjadi-jadi. Suara batin Rena, Astaga. Diusir beneran dan salah sangka aku. Uhh .... Aku benar-benar sudah tidak tahan. Gerutu Rena dengan mengacak-acak rambut.
"Rasain diusir. Ternyata kau bisa melihatku kan, hore dapat teman manusia. Hihihihi," ucap Miss Kunti.
Setelah Miss Kunti mengejek dengan ketawa khasnya. Rena langsung menatap tajam ke arahnya dan marah. Dia langsung membentaknya.
"Hei, bisa diam tidak? Suaramu cempreng, mulutmu bau. Jelek kayak gitu kok dibilang cantik!" bentak Rena.
Seketika Miss Kunti di mata Rena terlihat sedang berakting seolah-olah harga dirinya terluka dan menangis.
"Hiks ... hiks ... huhuhuhu, jahat sekali hiks huhuhu," rengek Miss Kunti.
Lalu Rena mengejeknya.
"Waduh ... gitu doang kok nangis. Memang kenyataannya gitu kan. Udah, udah jangan menangis. Cup cup cup," ejek Rena.
Kemudian Miss Kunti diam sejenak.
"Bohong hihihihi," ledek Miss Kunti.
Rena tidak peduli dan makin jengkel.
"Kayaknya aku perlu baca-baca nih ya. Biar kau terbakar, baru tahu rasa. Huh," geram Rena.
Miss Kunti langsung sujud-sujud meminta maaf.
"Please, I'm sorry. Jangan ... jangan baca-baca. Aku cuma butuh teman," ungkap Miss Kunti.
"Ih sok inggrisan kau Miss Ti. Kamu butuh teman? itu tuh golonganmu ada banyak," sindir Rena.
Rena menunjuk ke arah mereka yang berseliweran di siang bolong.
"Enggak. Aku nggak suka. Gak level," rengek Miss Kunti.
Miss Kunti berkata sombong sedangkan Rena makin tidak peduli dan tetap mengusirnya.
"Idih .... Aku juga gak level sama kau Miss Ti, sana hus hus pergi. Jangan ganggu aku atau aku baca-baca nih. Pilih apa kau?" hardik Rena.
"Iya-iya ... cerewet banget sih," gumam Miss Kunti.
"Ehh, malah ngatain cerewet. Pergi sana cepat, kalau enggak aku baca-baca sekarang. Aku hitung nih ... 1... 2 ...!" usir Rena.
"Stop ...! Aku pergi, aku pergi benaran. Jangan baca-baca. Panas tahu, see you next time mbak cantik, muah ...," resah Miss Kunti.
Miss Kunti setelah sun tangannya sendiri langsung menghilang begitu saja. Rena langsung mengumpat.
"Dasar Miss Kunti gila," decak Rena.
Brak ....
"Astaga, ngangetin," ucap Rena.
"Rena jangan berisik. Sudah diusir makin berisik kamu ini ya. Cepat cuci muka sana," teriak Pak Dedi.
Pak Dedi memarahinya di dalam kelas setelah menggedor kaca jendela.
"Iya pak maaf," jawab Rena.
Setelah itu Rena langsung kabur mengarah ke toilet. Sedangkan tempat toiletnya lumayan jauh berada di ujung lorong. Sesampainya di depan toilet napas Rena tampak terengah-engah. Dia sambil berkaca dan mengambil air di wastafel untuk mencuci wajahnya.
"Huh ...! Astaga galak banget Pak Dedi itu. Lebih seram Pak Dedi daripada Miss Tinya. Sumpah deh gara-gara dia hari pertama masuk kuliahku sudah berantakan. Argh ..., nggak tahu lagi deh. Percuma juga pura-pura tidak melihat mereka berseliweran dimana-mana. Mereka juga suka tiba-tiba bikin jumpscare. Beruntungnya aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung," keluh Rena.
Tiba-tiba ada Miss Kunti yang lewat dibelakang Rena masuk menembus dinding.
"Astaga, baru saja diomongi langsung lewat. Banyak benar nih hantunya di kampus. Macam-macam pula bentukannya. Sebentar-sebentar, kayak kenal," kata Rena.
Rena langsung menoleh ke arah keluarnya dan Miss Kunti itu seperti mengingat Rena kembali menembus dinding. Dia hanya menongolkan kepalanya saja.
"Hihihi ... halo mbak cantik ketemu lagi sama aku," sapa Miss Kunti.
kata Miss Kunti sambil cengengesan dan bersikap centil. Rena langsung malas dan pergi keluar begitu saja.
"Ah bosen. Kau lagi kau lagi," gerutu Rena.
"Ihh ... ikuut," sahut Miss Kunti.
Rena berjalan di lorong kembali mengarah ke kelasnya dan Miss Kunti mengikutinya dari belakang dengan manja.
"Baiklah kau boleh ikut tapi cukup di dalam kampus saja dan jangan mengganggu manusia. Oh iya tolong jaga jarak, kau bau," ucap Rena sambil menutup hidungnya.
"Makasih mbak cantik. Oh bau ya, aroma parfumnya emang begini, hihihi," kata Miss Kunti.
"Oh begitu, bisa diganti yang wangi nggak? seperti wangi bunga melati, bunga kantil dan bunga kopi," pinta Rena.
"Nggak bisa, sudah dari pabriknya begini," tegas Miss Kunti.
"Oh sudah tercipta langsung dari pabriknya! Hmmm ... iya-iya aku paham. Makanya jangan banyak dosa kau Miss Ti. Tobat Miss Ti siapa tahu berubah menjadi wangi dan cantik," saran Rena.
"Bisa begitu ya?" tanya Miss Kunti.
"Cobain deh, siapa tahu manjur," jawab Rena.
Rena dan Miss Kunti mengobrol banyak setiap melewati lorong.