Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Srikandi
1
Suka
5,458
Dibaca

Prolog:

Kisah dalam cerita pendek ini hanya fiksi belaka. Jika ada nama tokoh, waktu, dan tempat kejadian yang sama dengan kehidupan nyata itu hanya kebetulan belaka.

*****

Perempuan empatpuluh tujuh tahun yang masih tampak cantik dan awet muda itu duduk di atas kursi kayu jati berukir yang sangat mahal. Sementara seorang perempuan muda duduk bersimpuh di bawah kakinya. Kepalanya menunduk dalam, tak berani memandang orang di depannya. Kedua matanya tampak sembab dan memerah. Isakannya masih terdengar, meski sudah dicoba untuk ditahan.

Sejenak hening meraja. Hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Sang perempuan parobaya mengangkat kepala sedikit ke atas, seakan tak sudi menatap perempuan muda di hadapannya. Tampak sekali bahwa dia ingin segera mengakhiri pertemuan ini.

“Baiklah, aku bisa memaafkanmu. Tapi segeralah pergi dari tempat ini dan jangan pernah kembali. Jangan pernah bercerita kepada siapa pun apa yang telah terjadi, jika kamu dan keluargamu ingin selamat!” ujarnya dengan nada mengandung ancaman.

“Baik, Nya,” ucap perempuan muda itu dengan suara gemetar, diliputi rasa takut amat sangat.

Dengan kepala masih menunduk, seakan tak berani memandang kepada perempuan di hadapannya, gadis muda itu kemudian melengser dari tempatnya. Bergegas pergi dari ruangan yang terasa panas dan hendak membakar tubuhnya. Sementara perempuan paro baya itu menghela napas. Berat dan dalam. Kilatan aneh di bola matanya.

***

Sesosok mayat perempuan muda ditemukan mengambang di atas kali. Tubuhnya mengembung, menandakan sudah beberapa hari jasadnya terapung di air. Kondisinya pun sudah rusak, tak bisa dikenali lagi. Hanya rambut panjangnya yang masih tampak dan gaun yang melekat di badannya, menandakan bahwa ia berjenis kelamin perempuan. Ditaksir usianya masih muda, antara duapuluh hingga duapuluhlima tahun.

Dada Yanti terasa sesak menatapnya. Sebenarnya bukan sekali ini saja ia menyaksikan pemandangan menggiriskan seperti itu. Jabatannya sebagai penyidik di satuan kriminal serse mengharuskannya berhadapan dengan berbagai macam kasus kejahatan, tak terkecuali pembunuhan. Tapi yang membuatnya ngeri dan prihatin, kerapkali korbannya adalah kaum perempuan. Seakan nyawa mereka tak ada harganya sama sekali.

Yang menyedihkan lagi, jasad korban diperlakukan sadis dan semena-mena. Ada yang dimutilasi, dibuang di sungai, dimasukkan septic tank, bahkan ada yang dikubur hidup-hidup. Tak ubahnya seonggok sampah. Yanti tak mengerti, kenapa kaumnya mesti mengalami nasib setragis ini. Posisi mereka sebagai korban saja sudah cukup menyedihkan, apalagi dengan cara dibunuh.

Kasus pembunuhan dengan korban perempuan hampir mendominasi kasus kriminal di negeri ini, bahkan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Entah, apa sebabnya perempuan yang selalu menjadi korban. Apakah karena mereka makhluk lemah, sehingga mudah diperdaya dan disakiti? Atau karena budaya negeri ini yang masih mengagungkan patriarkhi. Bahwa kaum laki-laki lebih berkuasa dibanding perempuan, sehingga mereka berhak memperlakukan perempuan sekehendak hatinya.

Lebih sering kasus pembunuhan yang menimpa kaum perempuan disebabkan karena pemerkosaan, perampokan, cemburu, sakit hati, atau persoalan ekonomi. Pelakunya pun terkadang dari orang terdekat si korban. Tapi yang memiriskan hati Yanti, lebih banyak korban pembunuhan adalah para perempuan muda, bahkan ada yang masih di bawah umur. Rata-rata mereka dibunuh oleh suami, pacar, mantan pacar, atau juga menjadi korban trafficking.

Terlepas dari statistik kasus kriminalitas dengan korban perempuan, Yanti melihat ada hal yang tak beres dengan negeri ini. Sistem pendidikan, sistem pemerintahan, sistem peradilan, dan segala sub sistem yang dikembangkan di negeri ini masih belum bisa menempatkan perempuan pada proporsinya yang benar. Belum ada kesetaraan hak antara kaum perempuan dan laki-laki. Hegemoni kaum laki-laki masih mendominasi setiap lini kehidupan di negeri ini. Diskriminasi gender masih sangat kental.

Sebenarnya, emansipasi perempuan tidak harus menempatkan perempuan pada jabatan tinggi atau posisi dalam segala bidang, tapi lebih pada kesempatan yang diberikan seluas-luas...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp5.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Ruang dan Batas
Sri Winarti
Novel
Dunia untuk Arland
Rika Kurnia
Komik
BADUT: Baju untuk Duti
Priy Ant
Cerpen
Bronze
Srikandi
Eko Hartono
Novel
Bronze
Sang Veteran
Rahmi Susan
Flash
Post Apocalypse di Wasteland
Hendra Purnama
Cerpen
Bronze
Dongeng Pulau Merah dan Pengarangnya
Muram Batu
Novel
Tak Sambat
Nuel Lubis
Skrip Film
Endless
Sanhyua
Flash
Terserah kamu!
Tri Wulandari
Cerpen
the sunthree
Ais ahya nahira
Skrip Film
LIOM
Kazuno Feira Azrina
Skrip Film
Kabar Luka
Aura Putri Cantika
Flash
Pejalanan
Selvi Diana Paramitha
Cerpen
Bronze
Kerudung Putih
Agus Fahri Husein
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Srikandi
Eko Hartono
Skrip Film
PERNIKAHAN IBU
Eko Hartono
Novel
Rawan
Eko Hartono
Cerpen
Bronze
Ibu
Eko Hartono
Cerpen
Bronze
Tetangga
Eko Hartono
Novel
Bronze
Yai Sepuh
Eko Hartono
Skrip Film
Burung dan Awan
Eko Hartono
Novel
Bronze
Mei
Eko Hartono
Cerpen
Bronze
Tragedi
Eko Hartono
Skrip Film
Suami Untuk Prita
Eko Hartono
Skrip Film
PEMERAN PENGGANTI
Eko Hartono
Novel
Bronze
Intrik
Eko Hartono
Novel
Bronze
Anak kolong
Eko Hartono
Skrip Film
Darah Daging
Eko Hartono
Cerpen
Bronze
Pohon-pohon Yang Berbicara
Eko Hartono