Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Thriller
Bronze
Sixth Sense
0
Suka
63
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dua: Sixth Sense

Dalam perjalanan ke pasar, aku melihat bocah itu. Bocah lusuh, bermuka pucat, yang sebagian tubuhnya dipenuhi memar, kakinya menapak, tapi tidak benar-benar menapak. Memanggil-manggil orang lewat, menangis sambil meminta bantuan. Aku salah satu yang dimintai bantuan, tetapi sama seperti orang lain yang mengabaikannya, aku juga melakukannya.

Sosok kasat mata, begitu orang menyebutnya. Sesuatu yang bisa kulihat, tapi selalu kuabaikan.

“Tolong aku! Aku mau pulang!”

Bocah kasat mata itu masih di tempat yang sama hari berikutnya. Memohon pada orang-orang meski tidak mendapat tanggapan.

“Kakak, tolong aku!”

Ekor mataku menangkap pergerakan menyedihkannya ketika bacah itu mengikutiku. Aku melihat kesamaan bocah itu dengan masa kecilku dulu. Sendirian, ketakutan, dan terus diabaikan. Masalahnya, aku masih hidup, sementara dia tidak. Aku bisa diselamatkan, sementara dia tidak. Maka dari itu, aku tidak menanggapinya.

“Aku ingin pulang. Aku ingin bertemu mama. Tolong bantu aku!”

Bukan lagi kepadaku dia memohon. Dia meratap pada orang berikutnya di belakangku. Tetapi dia adalah makhluk tidak terlihat. Siapa juga yang akan peduli padanya?

Ketika aku sampai di pasar, aku melihat selebaran itu. Selembar kertas pemberitahuan orang hilang. Di dalamnya ada foto dan keterangan terkait. Bocah itu tampak sama persis dengan yang ada di foto. Bedanya hanya keadaannya yang tidak lagi hidup.

Awalnya tidak ada untungnya menolong bocah itu, tapi jumlah imbalan yang ditawarkan dalam selebaran membuatku tertarik. Aku miskin dan aku tergiur dengan uang, makanya aku mengambil selebaran itu. 

 Sepulang dari pasar, aku masih mendapati bocah kasat mata itu di tempat yang sama. Kulampiri dia, berjongkok di depannya sambil menunjukkan selebaran untuk mendapat konfirmasinya.

“Aku akan membantumu kalau benar yang ada di foto ini adalah kau!”

Bocah itu mengangguk. “Iya. Ini aku. Aku ingin pulang. Aku ingin bertemu mama.”

“Kau sudah mati. Tahukan kau soal itu?” tanyaku.

Bocah itu menggeleng, terdiam sebentar, kemudian mengangguk.

Hari itu aku tidak langsung pulang. Aku menelepon keluarga bocah itu untuk mempertanyakan soal uang yang ditawarkan. Setelah keluarganya membenarkan, aku menyuruh mereka menemuiku.

Kedatangan mereka membuat gaduh. Lima orang, satu diantaranya adalah wanita. Dua orang menggunakan seragam polisi, satu lainnya berjaket kulit warna gelap, tapi di pinggangnya ada sepucuk senjata api. Sementara l...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Cerpen
Bronze
Sixth Sense
Ju Khoyul
Novel
What Killed Ryu?
yas.
Cerpen
Bronze
Paris, 4 Mei
Rere Valencia
Novel
Sopir buta yang membawa Cahaya
Lestiyani
Novel
Gold
The Castle of The Carpathians
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Antara Darah dan Hati 2: Dream Reality Seri 3
Fahlevi Anggara Fajrin
Komik
Anomali
nadim sulthan
Novel
Bronze
Kinanti
arke milieu
Cerpen
Manusia Bermain Tuhan
Fern Jonathan
Novel
Boneka Terakhir di Toko Antik
Nona Bulan
Novel
Bronze
Intrik
Eko Hartono
Novel
Bayangan di Negeri Musuh: Kisah Nyata Agen Bayangan
Lestiyani
Novel
Umbuk Umbai
Iyas Utomo
Flash
Karma
Dimas Pamungkas
Novel
Bronze
Villa Cinta
Herman Sim
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Sixth Sense
Ju Khoyul
Cerpen
Bronze
Innocent
Ju Khoyul
Novel
Dipuja Setan
Ju Khoyul