Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Thriller
Bronze
Sixth Sense
0
Suka
629
Dibaca

Dua: Sixth Sense

Dalam perjalanan ke pasar, aku melihat bocah itu. Bocah lusuh, bermuka pucat, yang sebagian tubuhnya dipenuhi memar, kakinya menapak, tapi tidak benar-benar menapak. Memanggil-manggil orang lewat, menangis sambil meminta bantuan. Aku salah satu yang dimintai bantuan, tetapi sama seperti orang lain yang mengabaikannya, aku juga melakukannya.

Sosok kasat mata, begitu orang menyebutnya. Sesuatu yang bisa kulihat, tapi selalu kuabaikan.

“Tolong aku! Aku mau pulang!”

Bocah kasat mata itu masih di tempat yang sama hari berikutnya. Memohon pada orang-orang meski tidak mendapat tanggapan.

“Kakak, tolong aku!”

Ekor mataku menangkap pergerakan menyedihkannya ketika bacah itu mengikutiku. Aku melihat kesamaan bocah itu dengan masa kecilku dulu. Sendirian, ketakutan, dan terus diabaikan. Masalahnya, aku masih hidup, sementara dia tidak. Aku bisa diselamatkan, sementara dia tidak. Maka dari itu, aku tidak menanggapinya.

“Aku ingin pulang. Aku ingin bertemu mama. Tolong bantu aku!”

Bukan lagi kepadaku dia memohon. Dia meratap pada orang berikutnya di belakangku. Tetapi dia adalah makhluk tidak terlihat. Siapa juga yang akan peduli padanya?

Ketika aku sampai di pasar, aku melihat selebaran itu. Selembar kertas pemberitahuan orang hilang. Di dalamnya ada foto dan keterangan terkait. Bocah itu tampak sama persis dengan yang ada di foto. Bedanya hanya keadaannya yang tidak lagi hidup.

Awalnya tidak ada untungnya menolong bocah itu, tapi jumlah imbalan yang ditawarkan dalam selebaran membuatku tertarik. Aku miskin dan aku tergiur dengan uang, makanya aku mengambil selebaran itu. 

 Sepulang dari pasar, aku masih mendapati bocah kasat mata itu di tempat yang sama. Kulampiri dia, berjongkok di depannya sambil menunjukkan selebaran untuk mendapat konfirmasinya.

“Aku akan membantumu kalau benar yang ada di foto ini adalah kau!”

Bocah itu mengangguk. “Iya. Ini aku. Aku ingin pulang. Aku ingin bertemu mama.”

“Kau sudah mati. Tahukan kau soal itu?” tanyaku.

Bocah itu menggeleng, terdiam sebentar, kemudian mengangguk.

Hari itu aku tidak langsung pulang. Aku menelepon keluarga bocah itu untuk mempertanyakan soal uang yang ditawarkan. Setelah keluarganya membenarkan, aku menyuruh mereka menemuiku.

Kedatangan mereka membuat gaduh. Lima orang, satu diantaranya adalah wanita. Dua orang menggunakan seragam polisi, satu lainnya berjaket kulit warna gelap, tapi di pinggangnya ada sepucuk senjata api. Sementara l...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Cerpen
Bronze
Sixth Sense
Ju Khoyul
Komik
Bronze
wabah
Jefrianto
Novel
Guratan Nada
Ariya Gesang
Novel
Mencari Cinta Sejati
DEVI SEFTIAWATI
Flash
As Long As I Dreaming
Clairo
Flash
Hujan Pertama di Bulan November
Resti
Novel
Mengapa Papa
F. Theodora
Flash
PENGKI
Yohanna Claude
Novel
Hocus-Pocus: Kebenaran yang Tersembunyi
Febri Purwantini
Skrip Film
Jika Bunuh Diri Tendang Saja Kakiku
Linggarjati Bratawati
Novel
Haram Jadah: Hari Pembalasan
Marion D'rossi
Novel
I See You Here
Kamila
Cerpen
Di Kota Mati
Suryawan W.P
Cerpen
Bronze
Mimpi Malam Kesebelas
Galang Gelar Taqwa
Skrip Film
Jakarta Killing Ground - Script
Irza Fauzan
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Sixth Sense
Ju Khoyul
Novel
Dipuja Setan
Ju Khoyul
Cerpen
Bronze
Innocent
Ju Khoyul