Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1 APRIL 2019
Hari ini adalah hari adalah hari yang kutunggu-tunggu, akhirnya aku bisa lulus dari SMA ini. Jika kulihat kebelakang mungkin bisa dikatakan kehidupan sekolahku terlihat sangat sempurna. Aku memang berusaha semaksimal mungkin menjadi murid teladan, mulai dari aku yang mendaftar OSIS dan menjadi sekretaris hingga aku yang sering mengikuti lomba demi membanggakan nama sekolah dan juga nama diriku. Dan aku tahu semua itu tidak sia-sia, semua perjuanganku tidak lain dan tidak bukan demi momen ini
“Untuk selanjutnya adalah penyerahan penghargaan terhadap wisudawan terbaik SMA 2 Suralangu, kepada ananda Emilia Tanyarii dipersilahkan naik ke atas panggung wisuda”
Mendengar hal itu senyum kecil di bibirku tak bisa kutahan dan dengan bangganya aku berjalan menuju panggung wisuda. Di atas panggung aku mendapatkan sebuah piagam dari sekolah, memang piagam tersebut tidaklah terlalu mewah jika dibandingkan dengan berbagai piagam yang kudapatkan dari lomba-lomba yang aku ikuti. Tapi piagam ini memiliki nilai yang lebih karena bagiku dengan aku yang mendapatkan piagam ini berarti aku berhasil menyelesaikan quest ku di masa SMA ini. Langkah terakhirku di sekolah yang sudah aku selesaikan ini adalah berpidato untuk terakhir kalinya sebagai lulusan terbaik. Pidato yang akan kusampaikan ini bahkan sudah kubuat semenjak aku masuk SMA, karena meamng aku sudah mengincar momen-momen seperti ini.
“ Kawan-kawanku yang kusayang seperti yang kita ketahui bahwa keberhasilan pastilah didapat oleh orang-orang yang mau berusaha dan disetiap keberhasilan tersebut pasti ada pengorbanan yang harus dilakukan. Dalam kasus saya pengorbanan yang saya lakukan adalah mengorbankan masa-masa muda ketika SMA dan harus saya akui sekalipun saya adalah bagian dari OSIS, saya harus meminta maaf kepada kalian karena mungkin saja saya berbuat salah dan bahkan tidak mengenali beberapa dari kalian tapi ketahuilah bahwa di dalam lubuk hati saya, saya mencintai kalian para civitas akademika SMA 2 Suralangu. SMA 2 Suralangu Jaya!!!! Jaya!!! Jaya!!!”
Setelah pidato yang kusampaikan nampak terdengar suara tepuk tangan dari para hadirin yang hadir dalam wisuda kali ini, mereka terlihat mengamini apa yang baru saja kukatakan di pidato kelulusan tadi. “ Indah sekali pidatoku kali ini” puji diriku dalam hati dan memang pidatoku ini sudah kulatih berkali-kali hingga mungkin di tahap sempurna sesempurna kehidupan SMA ku ini.
Acara kelulusan pun selesai dan aku pergi ke ruang OSIS untuk menikmati waktu-waktu terakhir dan mungkin bisa dikatakan sebagai ucapan pamit dari ruangan yang menghabiskan banyak waktuku di SMA. Sesampainya di sana aku melihat bahwa ketua OSIS dan beberapa badan pengurus harian OSIS juga ada di ruangan, sepertinya mereka juga memiliki pemikiran yang sama denganku. Kami berbincang sebentar dan nampak dari perbincangan tersebut mereka selalu memujiku perihal predikat lulusan terbaik dan pujian dari mereka apalagi dari ketua OSIS sejujurnya membuatku senang. Tanpa kami sadari kami sudah berbincang cukup lama akhirnya kamipun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan dengan jargon OSIS yang dipimpin oleh ketua OSIS. Yep begitulah masa-masa terakhirku di SMA yang begitu sempurna dan indah, tak terpikirakan buatku satupun masalah yang ada, hingga…….
Kami pun keluar dari ruangan OSIS dan berencana untuk pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi ketika aku keluar ruangan betapa kagetnya aku melihat seorang pria berdiri sembari membawa buket bunga di depan pintu ruang OSIS seolah-olah menunggu seseorang dari kami untuk keluar ruangan. Pria itu tidaklah terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu pendek tubuhnya juga tidak gendut tapi juga tidak kurus, mungkin jika bisa dijelaskan maka orang itu adalah orang yang biasa kita panggil sebagai orang biasa dan mengapa aku mengetahui tentang itu semua? Simple karena orang dihadapanku yang bernama Handoko ini adalah seorang stalker yang selalu saja mengganggu hidupku. Ia adalah sebuah hambatan yang selalu kuabaikan bagi diriku untuk menjadi lulusan terbaik meskipun yang ia lakukan hanyalah memandangi dan mengawasi diriku dari kejauhan, mungkin karena keberaniannya yang kurang ia tak berani mendekatiku sehingga membuatnya semakin mengerikan.
“Emilia se..se..sebenarnya aku sudah mencintaimu dari dulu tapi aku tak berani untuk menyatakan bahkan mendekatimu saja aku tidak berani karena terlalu silau. Tapi!!!! Aku tahu mungkin setelah ini kita tak bisa bertemu lagi oleh sebab itu Emilia!!! Jauh dari lubuk hati terdalamku aku mencintaimu” ucap Handoko sambil menyerahkan bunga yang dari tadi ia pegang kepadaku.
Suasana yang tadinya ceria seketika berubah menjadi keheningan, dari muka kami nampak wajah-wajah tak terduga ketika mendengar pernyataan cinta dari Handoko. Namun dari semua orang akulah yang mungkin paling kaget, aku sempat bebrapa detik tak bisa berkata apa-apa karena masih tak percaya dengan apa yang sedang kulihat di depan mataku ini. “Bagaimana bisa orang yang kerjaannya hanya menstalking diriku punya pemikiran untuk menjadi pacarku betapa tak tahu dirinya” itulah pemikiran awalku terhadap kejadian di depan mataku ini. Tapi ternyata pemikiranku tadi bukan hanya sebuah pemikiran tapi secara tidak sadar aku mengeluarkannya melalui ucapan.
Orang-orang yang pada awalnya kaget dengan pernyataan cinta Handoko kini jadi kaget dengan balasan kejam yang tak sengaja dariku itu. Sementara Handoko, ia hanya menundukan kepalanya dan nampak menetes air mata darinya. Dirinyapun mendongak kembali ke atas dan berucap “Terima Kasih” kemudian ia berlari menjauhi kami. Teman-teman OSIS ku seperti menenangkan diriku dan akupun menjawab tindakan mereka dengan senyuman menandakan bahwa aku baik-baik saja. “Huft moodku yang awalnya senang karena wisuda sekarang jadi buruk karena hal itu tadi, tapi aku masih harus semangat karena masa depan cerah masih menantiku” batinku berusaha untuk menyemangati diriku. Kalau dipikir-pikir mungkin perkataan Handoko tadi tentang kami yang kemungkinan yang tidak bakal bertemu lagi ada benarnya juga dan aku benar benar benar berharap seperti demikian. Oke sekarang waktunya untuk menyambut masa depan yang cerah.
31 Maret 2024
Sudah dua tahun semenjak aku lulus kuliah dan kehidupanku tidak menjadi lebih baik. Meskipun aku lulus dari salah satu universitas ternama dan bisa dibilang kalau nilaiku tidak jelek-jelek amat namun dalam dunia kerja aku gagal total. Awalnya aku memang berhasil mendapatkan pekerjaan tapi seperti kata orang-orang salah satunya adalah orang tua yang ada di depanku ini aku terlalu idealis ketika bekerja. Aku memang benci jika melihat ketidak adilan dalam dunia kerja seperti saat itu ketika tiba-tiba saja ada orang baru yang gak becus ketika bekerja bukannya malah ditegur oleh HRD, HRD malah memarahi orang yang satu tim dengannya, selain itu di pekerjaanku yang lain aku ingat atasanku ada yang melakukan pelecehan seksual ke bawahan dan bukannya karyawan melawan atu paling tidak melapor ke pihak berwajib mereka malah memilih diam. Berbeda dengan aku, aku memilih untuk membuka suara dan seperti yang kubayangkan aku langsung dipecat ketika berani speak up. Hal itulah yang membuatku berada di posisi sekarang yaitu menjadi pengangguran.
Bicara mengenai orang tua yang dari tadi ada depanku ini, mereka bukannya membantu atau paling tidak mengurangi bebanku mereka malah menambah bebanku. Bisa-bisanya ketika anaknya dalam keadaan sulit mereka malah juga terkena hutang. Aku rasanya ingin marah tapi aku tidak bisa karena mereka ini sudah merawatku sejak kecil bahkan aku sekarang juga masih tinggal bersama mereka. Huft.. memikirkannya saja membuatku pusing tapi paling tidak sekarang aku masih punya satu kesempatan. Beberapa hari lalu aku sudah menebar CV di mana-mana tapi hanya satu yang merespon balik yaitu PT Tako Productions. Aku dijadawalkan untuk wawancara besok pagi, semoga kali ini aku bisa tembus tapi entah mengapa aku memiliki perasaan buruk .
1 APRIL 2024
Akhirnya hari ini tiba juga, akupun meminta izin kepada kedua orang tuaku dan berharap dapat dimudahkan saat wawancara nanti. Ketika aku tiba di gedung PT Tako Productions akupun langsung menuju ke meja resepsionis.
“Permisi saya Emilia Tanyarii yang akan wawancara kerja, kalau boleh tahu saya harus kemana ya?” tanyaku kepada resepsionist
“ Oh sebentar saya cek dulu….. atas nama Emilia Tanyarii silahkan langsung menuju ke ruang CEO di lantai 10 sebelah kiri dari lift” balas resepsionis
“ Baik terimakasih ya” balasku dengan sedikit bingung
Perasaaan bingung dan curiga pun muncul dariku karena biasanya untuk perkerutan karyawan baru itu bagiannya HRD tapi mengapa ini malah ke CEO? Yah tapi mau bagaimana lagi posisiku sekarang sedang terjepit dan lagipula kalau misalnya terlihat aneh aku bisa menolaknya secara langsung.
Akupun tiba di ruangan CEO dan dari bentuk dan besarnya ruang ini menegasakan bahwa ini memang benar-benar ruang CEO. Ketika aku membuka pintu terlihat meja dan dibelakangnya terdapat kursi yang membelakangi meja dan ketika aku masuk kursi tersebut berbalik dan menunjukan rupa dari CEO PT Tako Productions.
“ Akhirnya kau datang juga, selamat datang Emilia lama kita tidak berjumpa” kata seseorang yang memakai jas rapi dan duduk di kursi yang tadi berbalik
“Siapa???” balasku dengan spontan
“ Ini aku Handoko teman SMA mu” balas CEO yang bernama Handoko tersebut
Handoko hmm sepertinya aku pernah mendengar nama tersebut. Tiba-tiba kenangan pahit yang sekama ini kulupakan ketika perpisahan sekolah kembali layaknya sebuah film yang sedang diputar di otakku. Momen ketika Handoko menyatakan cintanya kepadaku dan bagaimana responku ketika menolaknya semakin mempertegas identitas orang yang saat ini ada di depanku ini. Akupun yang sadar atas orang yang ini ada di depanku memilih kembali keluar ruangan sambil mengucapkan terima kasih.
“ Tunggu sebentar jangan pergi dong aku dengar kau punya masalah dengan hutang hingga membuatmu frustasi” ucap Handoko
Mendengar kata hutang membuatku menahan untuk menutup pintu dan pergi keluar
“ Jackpot, jadi kuharap kau mau duduk dan membicarakannya sebentar” ucap Handoko
Akupun yang sedikit penasaran dengan omongan Handoko memilih duduk dan mendengarakan apa yang ingin ia katakana
“ Pertama darimana kau tahu kalau keluargaku punya hutang? Kedua apa maksudmu dengan membicarakannya?” tanya ku dengan penuh curiga kepada Handoko
“ Semenjak kau mengirim CV ke perusahaanku, aku menyuruh orang-orangku untuk mencari tahu lebih tentang kondisimu dan kondisi keluargamu bahkan aku tahu tentang idelasime mu yang malah membuatmu sering dipecat oleh perusahaan” balas Handoko
“ Dasar stalker” ucapku dengn sinis memotong penjelasan Handoko
“ Sekarang mari kita bicarakan hal utamanya seperti yang kita tahu bahwa kau melamar sebagai Head Marketing Manager dan memang kami sedang membuka lowongan di bidang itu namun sayangnya kami sudah mendapatkan orang yang tepat di bidang tersebut, tapi aku masih punya satu tempat yang cocok buatmu yaitu menjadi sekretaris pribadi untuk CEO yaitu aku sendiri, jadi bagaimana menurutmu” lanjut Handoko tanpa menghiraukan potonganku tadi
“ Sekretaris pribadi eh kalau kau tahu tentang sejarahku mengenai prinsip kau harusnya tahu jawabanku dasar stalker… penjahat kelamin” balasku dengan nada sedikit tinggi
“ Ah begitu ya terus bagaimana dengan hutang orang tuamu yang besar itu?” tanya Handoko dengan intensi untuk memancing emosiku
“ Aku lebih sudi untuk bekerja di tempat lain yang lebih kecil gajinya daripada harus menjadi sekretaris pribadimu” balasku dengan nada semakin tinggi
“ Tawaran terakhir bagaimana jika kau tidak perlu menjadi karyawan tetap disini tapi hanya selama satu bulan dan di awal bulan depan aku akan membayar lunas semua hutang keluargamu dan selanjutnya terserah dirimu apakah kau mau tetap disini atau memilih untuk resign” Balas Handoko
Mendengar jawaban Handoko aku tertawa lepas dan tak bisa berhenti
“ Hahahahahaha memang kau adalah CEO tapi perusahaanmu saja bukan top 40 di negara ini jadi siapa kau yang bilang bisa melunasi seluruh hutang keluargaku yang sudah bertahun-tahun dalam tempo satu bulan?” tanyaku sambil menyindir kepercayadirian dari Handoko
“ Ah aku lupa mengenalkan diriku secara lengkap, perkenalkan aku Joshua Handoko Harnoto, CEO dari Tako Productions dan anak kedua dari bapak Rivaldo William Harnoto” ucap Handoko dengan bangga
“ Harnoto? Harnoto yang jadi menteri ekonomi sekaligus Founder dan CEO Harnoto Group yang merupakan salah satu perusahaan besar itu? Tanyaku dalam kondisi kaget mendengar pengakuan Handoko
“ Sebenarnya aku malas ketika harus menyebutkan nama lengkapku tapi jika hal itu bisa membuatmu mempertimbangkan tawaranku maka aku rela melakukannya” Ucap Handoko
Aku terdiam sejenak, di dalam batinku seperti ada peperangan antara idealismeku dan kebutuhan untuk segera melunasi hutangku. Aku terdiam cukup lama hingga tercipta keheningan yang menusuk di dalam ruangan CEO, Handoko juga tidak berbicara maupun bertanya lagi kepadaku ia hanya diam sambil menopang dagunya menggunakan kedua tangannya menunggu jawaban dariku. Sementara itu jawaban dariku adalah
“ Jadi jika aku menerima tawaranmu maka aku hanya perlu bekerja sebagai sekretaris pribadimu selama 30 hari dan setelah itu kau akan melunasi segala hutangku sekaligus memberikan kebebasan kepadaku untuk pergi dari kantor ini?” tanyaku sekali lagi untuk memastikan
“ Iyap seratus persen benar” jawab Handoko mempertegas jawabannya
“Oke aku akan menerima tawaranmu itu” jawabku
Handoko yang tadi terlihat sedikit cemas kini mulai nampak senyum di mulutnya, ia pun berdiri dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku akupun membalas jabat tangannya itu
“ Emilia Tanyarii selamat datang di Tako Productions senang memilikimu di sini, kau mulai bisa bekerja besok” ucap Handoko sembari menjabat tanganku.
“ Terima kasih…… Pak Handoko” balasku dengan sedikit canggung
Akupun meninggalkan kantor dan beranjak untuk pulang kerumah. Sepanjang perjalanan aku selalu berpikir apakah tindakanku tadi adalah tindakan yang tepat dan apa yang bakal terjadi kepadaku dalam kurun waktu 30 hari kedepan, memikirkannya membuatku pusing tapi mau bagaimanapun aku harus tetap menjalaninya.
2 April 2024
Hari pertama aku bekerja sebagai karyawan Tako Productions atau lebih tepatnya sebagai sekeretaris pribadi dari Handoko dimulai. Rasa cemas sebenarnya ada dalam benakku tapi ketika aku sampai di kantor rasa cemas itu berubah menjadi rasa bingung dan marah karena tepat di deapanku ini CEO dari Tako Productions sekaligus anggota keluarga Harnoto yang terpandang sedang tidur di waktu kerja. Aku pun membangunkannya dengan berteriak di telinganya, iapun terbangun dengan kaget sambil bertanya siapa diriku.
“Ini aku Emilia sekretaris pribadi baru bapak bisa-bisanya bapak teridur ketika waktu bekerja” balas diriku
“ Oh Emil senang bertemu denganmu” balas Handoko sambil menguap
“Emil? Huft baiklah jadi Bapak Handoko apa pekerjaan saya hari ini?” tanyaku kepada Handoko
“Ah pekerjaanmu hari ini adalah menyortir surat-surat yang disana dan tolong beritahu aku kalau ada yang memerlukan tanda tanganku” balas Handoko sambil menunjuk setumpuk surat yang ada di meja
“Baik pak” balasku dengan singkat
“ Bisa gak kamu berhenti memanggilku dengan pak umur kita kan sama, bagaimana kalau dengan sayang?” ucap Handoko kepadaku
“DITOLAK itu adalah bentuk pelecehan seksual verbal” balasku dengan singkat dan tanpa ekspresi
“ Oke kalau begitu Handoko saja” balas Handoko dengan sedikit kecewa
Pekerjaanku sebagai sekeretaris pribadi dimulai hari itu dank arena aku juga sudah memiliki pengalaman menjadi sekretaris OSIS jadi harusnya pekerjaan ini bakalan mudah. Apalagi tugas awalku hanyalah menyortir surat-surat yang sekarang ada di meja kerjaku ini. Saatnya bekerja dengan riang
8 APRIL 2024
Hari ini adalah hari ketujuh atau seminggu aku bekerja di PT Tako Productions dan aku sudah muak. Bagaimana aku tidak muak jika selama tujuh hari ini ketika aku datang di kantor selalu disambut oleh Handoko yang selalu tidur di kantor selain itu ketika aku membicarakan jadwal dan administrasi dengannya ia selalu saja seperti orang gagap dan yang paling membuatku marah adalah ketika suatu hari ia menumpahkan kopi ke file yang sedang kukerjakan hal itu membuatku harus mengulangi pekerjaan dua kali!!! Kuulangi dua kali lagi. Aku bepikir bagaimana orang seperti ini bisa menjaga perusahaan tetap utuh.
Waktu menunjukan waktu makan siang akupun memilih makan di luar ruang CEO karena aku tidak mau makan berdua saja dengan Handoko meskipun Handoko selalu memintaku untuk makan berdua dengannya di dalam ruangan CEO. Ketika aku makan di kantin kantor aku bertemu dengan sesame pegawai.
“ Permisi apakah tempat ini kosong” tanya seorang pegawai wanita yang badannya tinggi dan memiliki wajah yang rupawan
“ Oh kosong kok mbak” balasku sambil mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk di sampingku
“ Terima kasih ya, oh iya namaku Zeta aku dari pemasaran mbaknya ini sekretaris pribadi bapak Handoko kan gimana kesannya sama Pak Handoko?” ucap wanita itu memperkenalkan diri
“ Parah sekali orang itu pemalas,ceroboh dan tidak cepat tanggap bahkan ia lebih sering bercanda daripada bekerja. Sampai sekranag aku bingung bagaimana orang sepertinya dipercaya menjadi seorang CEO” Balasku yang secara tidak sengaja malah curhat kepada Zeta
“ Aneh dia sebelumnya tidak seperti itu sampai ia merekrutmu, apa mungkin nah…. Sepertinya tidak pasti ada alasan lain mengapa ia seperti itu” balas Zeta dengan muka sedikit penasaran
“ Memangnya dia seperti apa dulu?” tanyaku yang sekarang mulai penasaran
“ Dia adalah tipe bos yang lebih mementingkan kesehatan fisik dan mental karyawannya daripada hasil produk, dan meskipun ia tidak sepintar dan serajin kakak ataupun ayahnya ia tetap bisa bekerja sesuai kapasitasnya…….. ah mungkin itu penyebabnya. Bulan depan kan bulan Mei bulan dimana Pak Handoko lahir dan ia selalu mendapatkan kunjungan dari keluarganya, mungkin hal itu yang buat dia jadi sedikit aneh” ucap Zeta
“ Loh bukannya ulang tahun dirayakan oleh keluarga itu adalah hal yang menyenangkan?” tanyaku pada Zeta
“ Di keluarga biasa memang menyenangkan tapi yang kita bahas ini adalah keluarga Harnoto dan untuk Pak Handoko sampai bisa terdampar di perusahaan ini membuktikan bahwa ia masih dianggap remeh oleh keluarganya sendiri” balas Zeta
“ Memangnya ada apa dengan keluarga Harnoto?” tanyaku yang semakin penasaran
“ Sebagai salah satu keluarga paling berpengaruh di negara ini mereka para Harnoto memiliki standar hidup yang sangat tinggi, dan jika seorang Harnoto tidak dapat memnuhi standar tersebut maka orang itu akan dianggap sebagai aib. Aku takut hal itulah yang membebani pak Handoko. Emilia ya aku ingin meminta tolong kepadamu untuk mengawasi Pak Handoko aku tidak ingin ia bertindak sembrono dan malah merugikan dirinya dan perusahaan ini” minta Zeta kepadaku
“ Aku akan berusaha sebisa mungkin” balasku sebagai bentuk formalitas
“ Terima kasih Emilia, saying sekali aku tidak bisa berada disana lagi mengawasi Pak Handoko jadi aku minta tolong banget ya” Ucap Zeta
Kamipun melanjutkan makan siang kami dan setelah selesai aku kembali ke kantor. Di dalam kantor aku terpikir atas omongan Zeta dan pada akhirnya dengan sedikit keberanian aku menanyakannya kepada Handoko.
“ Handoko apakah kamu bodoh?” tanyaku kepada Handoko
“Tentu saja tidak, kalau aku bodoh mana mungkin aku menjadi CEO” balas Handoko dengan sedikit kaget
“Kalau begitu berhenti pura-pura dan ceritakan kepadaku ada apa denganmu akhir-akhir ini, kau tahu aku mendengar rumor dari karyawan tentang dirimu” ucapku dengan nada sedikit tinggi
“Rumor? Oh tentang keluargaku yah hal itu setengah benar dan setengah salah” balas Handoko
“Ceritakan kepadaku mana yang salah dan mana yang benar siapa tahu aku bisa membantu” ucapku
“ Mulai darimana ya, oke sepertinya kau mendengar rumor bahwa keluargaku Harnoto adalah keluarga yang ketat dimana seorang Harnoto yang tidak memenuhi standar dianggap sebagai Aib. Padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu, mereka yaitu kakak dan ayahku adalah salah satu orang baik yang pernah kutemui. Mereka sebenarnya mendukung cita-citaku sebagai penulis tapi aku lebih memilih menjadi CEO milik perusahaan keluarga meskipun aku sangat kurang mampu dalam bidang ini, oh dan ini juga aku ada di sini bukan karena disingkirkan oleh keluargaku tapi atas keinginanku sendiri dimana aku ingin menapak jejak mereka yang berasal dari nol” jelas Handoko
“ Loh kalau begitu mengapa kau malah khawatir” tanyaku dengan heran
“ Mereka itu terlalu baik bahkan saking baiknya mereka tidak mau menunjukan perasaan sesungguhnya dari mereka. Ketika aku melakukan kesalahan mereka tidak marah kepadaku mereka hanya tersenyum dan tidak hanya mereka tapi semua orang disampingku mereka tidak pernah marah padaku kecuali satu orang yang dulu pernah memarahiku bahkan aku masih ingat dengan “Roastingannya” kala itu. Kembali ke keluargaku mereka itu terlalu baik sampai-sampai mereka tidak bisa jujur di hadapanku dan aku takut kalau aku semakin mengecewakan mereka” Jelas Handoko dengan nada sedikt pelan di bagian akhir
Akupun berdiri menarik nafas dalam-dalam dan berjalan menuju Handoko
“Huft.. jadi begitu sekarang aku tahu apa yang kau perlukan, yang kau perlukan hanya satu yaitu dididik dengan keras dan disiplin dan aku tahu orang yang cocok untuk melakukannya orang itu tak lain dan tak bukan adalah mantan siswa teladan yaitu aku” ucapku kepada Handoko
“Tapi… tapi….” Ucap Handoko dengan sedikit gemetar
“ Tidak ada tapi-tapi kamu tidak ingin mengecewakan kakak dan ayahmu kan maka kau harus patuh” balasku dengan upaya untuk menghilangkan keraguan di dalam hati Handoko.
Handoko pun yang awalnya ragu kini mulai sedikit menunjukan ketidakraguannya, ia pun menarik nafas dalam-dalam dan kemudian mengangguk tanda bahwa ia setuju dengan ide yang baru saja aku sampaikan.
Pada hari itu sampai tanggal satu Mei aku melatih bosku sendiri yaitu Handoko. Mulai dari hal simple yaitu melatihnya untuk tidak tidur ketika bekerja kemudian membiasakannya untuk sopan dan bertingkah layaknya seorang bangsawan kepada orang lain. Pada awalnya Handoko nampak kesusahan ia bahkan sempat menangis tapi hal itu tak menghentikanku untuk melatihnya lebih keras lagi. Bahkan terkadang aku berpikir mungkin saja aku melatihnya terlalu keras tapi aku harus melakukannya lagipula jika diakhir kontrakku ini ia membenciku itu merupakan berita bagus karena pada akhirnya kami bisa berpisah dan tak harus lagi berhubungan. Berpisah…. Iya juga tanpa kusadari waktu kami bersama tinggal sedikit lagi dan akhirnya aku bisa bebas dari hutang dan Handoko tapi mengapa hatiku sedikit merasakan rasa sakit.
1 MEI 2024
Hari ini adalah hari terakhir untuk latihan kami karena besok pada tanggal 2 Mei kakak dan ayah dari Handoko akan mengunjungi kantor kami. Sebagai rasa terima kasih karena telah mau melatihnya Handoko mengajakku makan malam di sebuah restoran fine dining
“ Tempat ini mewah sekali dan makanan tadi enak juga, aku hanya sempat melihat tempat ini dari luar” ucapku
“ Aku memilih tempat ini karena aku pernah melihatmu mencari tempat ini di internet kupikir mungkin bakal suka kalau kuajak kesini” balas Handoko
“ Oh manisnya…. Lihatlah dirimu sekarang jauh berbeda dari kita pertama bertemu bahkan ketika kita masih SMA. Dari awalnya dirimu yang canggung kemudian menjadi manja hingga sekarang dirimu sudah menjadi orang yang proper” ucapku kepada Handoko
“ Ini semua berkat dirimu, semua perubahan sifat yang terjadi padaku pemicunya adalah dirimu” ucap Handoko sambil menuangkan minuman ke dalam gelasku
“ Mungkin dengan sifatmu yang sekarang kamu bisa populer di kalangan wanita bahkan dengan sifatmu yang sebelumnya saja seharusnya kau bisalah dapat satu wanita” ucapku sambil bercanda
“ Hatiku tidaklah sama seperti dulu, dulu ada wanita yang berhasil mendapatkannya akan tetapi orang itu juga yang menghancurkannya bahkan lukanya masih terasa hingga sekarang oleh sebab itu aku masih tidak mau untuk membuka hatiku kepada orang lain” balas Handoko dengan serius
Aku yang tahu apa maksud dari Handoko hanya bisa terdiam tanpa kata
“ Emilia kau adalah orangnya, kau tahu sampai sekarang aku masih tidak bisa melupakanmu dan mungkin kau juga tahu alasan utama aku menerimamu sebagai sekretaris pribadi adalah hal tersebut akan tetapi Emil untuk kedua kalinya aku bertanya maukah kau tetap berada di sisiku sebagai sekretaris pribadiku sekaligus menjadi istriku” ucap Handoko yang ternyata merupakan sebuah lamaran
Akupun terdiam sama seperti ketika SMA namun kali ini wajah yang kutampilkan berbeda jika pada SMA aku terlihat jijik melihat pernyataan cinta dari Handoko namun sekarang wajahku memerah menahan rasa malu. Perasaaan senang,bingung dan kalut bercampur aduk dalam hatiku padahal aku tidak mencintainya tapi mengapa aku merasakan hal ini apakah mungkin??? Tidak itu pasti tidak mungkin.
“ Aku apresiasi keberenanianmu tapi maaf prinsipku tetap seperti di awal kita menjalani kontrak yaitu aku hanya akan menjadi sekretarismu selama 30 hari dan kemudian aku akan pergi untuk mencari pekerjaan baru” ucapku dengan sedikit menahan air mata
“ Oh begitu sayang sekali BTW aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu untuk pelunasan hutang orang tuamu. Aku harap uang itu cukup dan untuk hari ini kita nikmati saja hari ini karena ujian sebenarnya baru besok” ucap Handokoo sambil sedikit mengusap matanya
Kamipun menyelesaikan makanan kami dan pulang ke rumah masing-masing. Di sepanjang perjalanan sampai tiba di rumah aku selalu kepikiran omongan dari Handoko. Dalam hatiku nampak timbul sebuah perasaan yang belum pernah aku rasakan. Penyesalan itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan yang ada di hatiku ini. Tapi mengapa perasaan itu mucul sekarang, apakah aku mungkin???? Tidak itu pasti tidak mungkin
2 MEI 2024
Hari ini adalah hari terakhir aku bekerja di Tako Productions dan hari ini juga kakak dan ayah dari Handoko akan datang mengunjunginya di kantor. Akupun tiba di kantor dan didalam kantor aku menemui Handoko yang sedang duduk di kursinya. Canggung adalah situasi yang tepat untuk menggambarkan kondisi kami kala itu, padahal di hari-hari sebelumnya kami biasa saja bahkan ketika latihan dimulai kami layaknya murid dan guru namun sekarang semua berbeda Handoko yang biasanya banyak bicara kepadaku kini dia diam dan berusaha menghindari kontak mata denganku.
Suasana hening pecah ketika kami mendengar melalui speaker bahwa Rivaldo William Harnoto dan David Kevin Harnoto selaku ayah dan kakak dari Handoko sudah datang dan beranjak naik ke ruang CEO. Aku dan Handoko pun mempersiapkan diri dan tak lama kemudian mereka muncul dari pintu nampak seorang pria tinggi berumur sekitar 30 an sedang mendorong kursi roda yang dinaiki oleh kakek-kakek yang terlihat berusia 60 an. Pria itu berjalan melewatiku sambil tersenyum sementara kakek-kakek itu tak memedulikanku sama sekali.
“ Handoko anakku tersayang sudah lama ayah tak berjumpa bagaimana kabarmu?” kata kakek tersebut sembari memeluk Handoko yang menghampirinya
“ Tempat ini semakin bagus saja sejak terakhir aku kesini” ucap pria tinggi tersebut
Mereka berbincang sebentar untuk bertukar sapa hingga kakek-kakek itu menyadari keberadaanku.
“Handoko siapa perempuan ini?” ucap kakek itu
“ Oh ini sekretaris pribadi baruku yah namanya Emilia” ucap Handoko sambil memperkenalkan diriku
“Tuan Rivaldo William Harnoto dan David Kevin Harnoto perkenalkan saya Emilia Tanyarii selaku sekretaris pribdai dari saudara Joshua Handoko Harnoto” ucapku sambil membungkuk untuk memperkenalkan diri
“ Jadi dirimu ya?” ucap Kevin
“Sekretaris pribadi ya oke kalau begitu bisa gak kamu keluar dan beri kami waktu bersama sebagai keluarga” ucap Pak William
“ Baik pak” ucapku sambil kaget atas apa yang barusan kudengar
Akupun keluar ruangan dan menuju ke lobi untuk sedikit bersantai dan mengerjakan pekerjaan sisaku ini. Padahal Handoko bilang kalau keluarganya itu sangat baik kepadanya tapi kok dari kelihatannya tidak atau jangan-jangan keluarganya hanya baik terhadap sesama keluarga saja, duh memikirkannya malah membuatku pusing dan sebenarnya juga tidak ada gunanya.
Tak beberapa lama kemudian pekerjaanku berhenti karena aku dipanggil oleh Kevin yang datang untuk mencariku.
“Nona Emilia ya, maafkan ayah ya dia memang begitu kalau ke orang lain” ucap Kevin
“Oh tidak apa-apa kok pak” balasku basa-basi
“ Ayah memang sangat baik kalau ke Handoko. Ah mungkin kamu pernah dengar rumor kalau keluarga Harnoto itu adalah keluarga yang ketat? Hal itu benar adanya sampai Handoko lahir” ucap Kevin kepadaku
“ Maksud bapak seperti gimana ya?” tanyaku yang penasaran
“Jadi keluarga kami itu memang ketat, bahkan aku masih ingat ketika umurku 6 tahun aku sudah dididik untuk menjadi penerus dari keluarga Harnoto. Mungkin bisa dibilang di keluarga kami hanya ibu kami yang paling lembut” lanjut Kevin dengan wajah senang
“ Namun ibu kami harus pergi untuk selamanya ketika melahirkan Handokom pada awalnya ayah sangat marah hingga ingin menghabisi Handoko namun ketika Ayah menemukan rekaman video yang berisi harapan dan keinginan ibu untuk merawat Handoko meskipun ia tahu bahwa kemungkinannya kecil membuat ayah berubah. Ia menjadi pribadi yang penyayang dan lembut bahkan ia sampai memanjakan Handoko. Sebenarnya aku juga sudah menghimbaunya” lanjut Kevin dengan wajah sedikit sedih
“ Karena sering dimanja Handoko tumbuh menjadi anak yang manja ia tidak pernah merasakan rasa sakit hingga suatu hari di kelulusan SMA. Waktu itu ketika sampai di rumah ia untuk pertama kalinya semenjak bayi menangis. Tapi ketika ia berhenti menangis ia pergi menghadap ke aku dan ayah dan berkata bahwa ia ingin mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin perusahaan padahal awalnya ia sangat ingin sekali menjadi penulis novel-novel romansa. Kamipun kaget mendengar hal tersebut namun di sisi lain aku sedikit bangga karena adik kecilku ini sekarang sudah berani untuk keluar dari zona nyamannya dan untuk pertama kalinya ia merasakan rasa sakit. Aku yang penasaran pun mencari tahu penyebab perubahan tersebut dan aku menemukan bahwa di hari kelulusan adik kecilku ini berani menembak orang yang ia cintai meskipun pada akhirnya ditolak bahkan dengan cara yang ngenes. Emilia kau adalah orangnya, kau adalah orang yang berani menyeret keluar adikku dari zona nyaman aku benar-benar berterima kasih kepadamu” ucap Kevin sambil menggenggam kedua tanganku
“ Aku tidak tahu harus berbicara apa karena jika mengingat kala itu aku malah kasihan terhadap Handoko dan membenci diriku yang merespon seperti itu, tapi sama-sama” balasku kepada Kevin dengan sedikit rasa canggung
“ Dan ketika aku tahu kalau adikku merekrutmu aku berpikir mungkin saja ini takdir, kenapa kau tidak nikahi saja adikku itu hahahah bercanda kalau namanya cinta itu tidak bisa dipaksakan tapi aku boleh meminta tolong kepadamu untuk tetap berada di sisinya sebagai sekretaris pribadinya?” pinta Kevin kepadaku
Akupun terdiam dan sebelum aku membalas permintaan Kevin tiba-tiba Kevin dipanggil oleh seorang karyawan yang mengatakan bahwa ayahnya sudah ingin pulang maka sebab itu Kevin harus pergi ke ruang CEO untuk bertemu sekaligus berpamitan dengan Handoko. Aku masih terdiam di lobby berusaha mencerna apa saja selama ini yang terjadi dalam hidupku dan Handoko di tengah lamunanku itu nampak Kevin yang mendorong ayahnya menuju keluar gedung. Kala itu Kevin sempat menoleh ke arahku dan tersenyum sebelum kembali mendorong ayahnya menuju limosin yang ada di depan lobby.
Akupun kembali ke dalam ruangan CEO, ketika aku membuka pintu aku melihat Handoko yang tengah berdiri membelakangiku. Kalau dipikir-pikir kondisi sekarang mirip ketika aku pertama kali datang di kantor ini namun perbedaannya sekarang Handoko berdiri dan tidak duduk. Melihat diriku Handoko langsung menghampiriku dengan wajah senang layaknya seorang anjing yang bertemu majikannya
“Emil kau tahu tidak untuk pertama kalinya aku melihat kebahagiaan yang tulus dari wajah ayahku” ucap Handoko
Karena terlalu semangatnya Handoko tanpa sadar memelukku
“Handoko….. halo Handoko…….” Ucapku sambil berusaha mengingatkan Handoko
“oh maaf aku terlalu bergembira” ucap Handoko sembari melepaskan pelukannya
“ Kamu sudah hebat sekarang mungkin aku bisa pergi dengan tenang” ucapku dengan sedikit bercanda
“ Aku bisa melewati semua ini karena bantuanmu tanpa adanya dirimu mungkin aku tidak menjadi diriku yang sekarang” balas Handoko
Di tengah pembicaraan kami tiba-tiba terdengar bel tanda waktu kerja habis. Dan benar saja ketika aku melihat jam tanganku sekarang adalah pukul 17.00 dimana adalah waktu untuk para karyawan pulang ke rumah.
“ Jadi ini akhirnya Emil setelah ini kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi oleh sebab itu dari lubuk hati terdalam aku mengucapkan terima kasih karena sudah pernah ada di dalam hidupku”
“Handoko…. Maaf aku harus pergi dan berterima kasih juga karena adanya dirimu aku tidak akan bisa bertahan hidup secara literal”
Kamipun berjabat tangan untuk terakhir kalinya dan aku pun melangkah keluar ruangan sementara Handoko masih terdiam di dalam ruangan dalam kondisi berdiri.
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
“FUCK THIS SHIT”
Akupun berlari kembali ke arah Handoko nampak di wajah Handoko wajah kaget namun juga senang karena melihatku lagi. Akupun langsung memeluk Handoko dengan erat nampak air mata yang tak dapat dibendung menetes dari mata kami berdua. Di tengah pelukan erat kami aku berkata:
“ Handoko sepertinya kamu masih memerlukan latihan yang cukup keras”
“ Emil itu benar oleh sebab itu aku masih memerlukan guru untuk melatihku”
“ Terima kasih karena sudah berkembang”
“ Terima Kasih karena masih menjadi dirimu”
“ Ini sebenaranya adalah ciri khasmu tapi aku akan meminjamnya Handoko jauh dari lubuk hati terdalamku aku menCINTAimu”
“ Jauh dari lubuk hati terdalamku juga Emil aku menCINTAimu”
1 APRIL 2025
“ Oke laporan kali ini saya taruh di meja bapak yah, oh iya bapak juga mendapatkan undang pernikahan dari tuan Brando pada siang hari ini”
“ Terima kasih nanti saya cek soal dokumen-dokumen pentingnya dan untuk kondangan nanti siang kamu sudah siap kan”
“ Tentu saja pak saya sudah siap menemani bapak”
“ Bisa gak berhenti manggil bapak, aku tahu aku ini atasanmu tapi aneh saja mendengarnya darimu lagipula tidak ada orang lain selain kita disini”
“ Kalau begitu dengan nama panggilan lainnya ya, meskipun aku sedkit malu sih untuk menggunakannya”
“ Mengapa harus malu itukan panggilan khusus kita, benar begitukan mama?”
“ Aku masih belum terbiasa mendengar hal tersebut”
“ Atau mungkin kamu mau kupanggil dengan Nyonya Harnoto”
“ Oke lebih baik mama saja”
Senyuman nampak di wajah wanita tersebut sebuah senyuman kebahagiaan tulus yang selama ini ia lupakan ternyata berhasil disebabkan oleh orang yang tak terduga
“Aku siap Papa”