Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SiAlan
Cerpen: Moment
Penulis mendapat ide cerpen ini dari sebuah kasus pembunuhan yang terjadi belum lama ini. Tokoh cerita dan cerita selebihnya hanyalah imajinasi dari penulis, tidak ada hubungannya dengan kasus itu sendiri. Mohon pengertiannya dan terima kasih banyak.
1
Alan masih juga mengirim pesan walau pun sudah sejak kemarin malam Ammy mencuekinya. Dia terus saja meminta maaf dan menjelaskan panjang lebar kalau dia tak mungkin, tak mungkin menjadi pembunuh. Sebejat-bejatnya dia tak mungkin dia tega mengambil nyawa siapa pun. Memang telah banyak dia berbohong, bahkan berjudi, berhutang kepada rentenir, yang semuanya telah dia tutupi dari Ammy, tetapi membunuh? Tak mungkin, sungguh!
Ammy melirik handphonenya yang terus saja bergetar. Hatinya berperang antara melihat pesan dari Alan atau menghapus dan memblokir nomor itu sekalian. Terlalu banyak kejadian yang harus ia hadapi dalam tiga hari ini saja, kejadian-kejadian yang tak pernah ia bayangkan akan menghampiri hidupnya, kejadian-kejadian yang biasanya ia percaya cuma ada di dalam film atau novel-novel bacaannya. Bahkan ia sempat berpikir dia cuma sedang bermimpi, sebentar lagi dia pasti akan terbangun dan semuanya akan kembali biasa saja.
2
Tiga hari yang lalu.
Waktu itu Ammy sedang berkutat dengan tugas kantor di rumahnya ketika ibunya menelepon. Jam dua belas siang, berarti sudah jam delapan malam di tempat Mamanya sana. Jelas terdengar tangis mamanya yang sedang panik. Ammy tak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan mamanya karena sedu sedannya lebih kentara.
"Ma, tolong ngomong yang jelas, ada apa? Jangan menangis dulu dong,"
"Nyonya Leung, dibunuh Amm......dibunuh...hu hu hu.....kasihan dia Amm...hu hu ....mengerikan, darahnya banyak sekali.....Amm...ampun Amm, kok bisa begini, hu hu hu hu......,"
Ammy tertegun, apa dia salah dengar? Pembunuhan terhadap tetangganya yang sudah berumur enam puluhan itu? Nyonya Leung sudah ditinggal suaminya beberapa tahun yang lalu. Dia ...