Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Sejarah
Si Merpati
1
Suka
20
Dibaca

Namaku Clara, aku adalah seekor burung merpati betina. Aku adalah seekor burung liar kurus yang dipelihara oleh seorang pria tua. Ia adalah seorang pria tua berpenyakitan yang telah di tinggalkan oleh istri dan juga anaknya. Ia membawaku masuk saat aku kelaparan dan hampir mati.

Aku selalu bersyukur karena ia adalah pemilikku, ia adalah manusia yang baik terhadap aku yang sudah terbiasa hidup di jalanan ini. Ia memberiku makan sampai aku menjadi sehat, memberiku minum, memberikanku tempat tinggal, bahkan mengajakku untuk bermain setiap hari. Meskipun terkadang dia qasar kepadaku saat ia sakit, aku tetap sayang kepadanya, ia adalah manusia yang paling aku sukai.

Lalu, ia jatuh sakit seperti biasanya, tetapi entah kenapa, aku dapat merasakan bahwa kali ini penyakit yang dideritanya berbeda dari yang bisanya. Tubuhnya panas, tetapi juga terasa dingin, ada sesuatu yang menonjol di tubuhnya, dan itu banyak, ia sering membuang kotoran dari tubuhnya (diare) dan sakit di sekujur tubuhnya, terakhir, entah sejak kafan mulai muncul bercak hitam di tubuhnya.

Aku merasa khawatir dengan kondisinya yang memburuk setiap hari, dan entah sejak kafan manusia yang menggunakan sesuatu yang berbentuk seperti wajahku di kepalanya dengan kain serba hitam mulai mengunjungi pemilikku dengan teratur. Hal ini membuatku makin khawatir dan mencoba untuk mengusirnya setiap kali ia datang, karena aku merasa tidak nyaman setiap kali dia datang, aku merasa seperti dia akan membawa pemilikku pergi jauh dari diriku, dan aku tidak menginginkan hal tersebut.

Suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku, aku menempati pemilikku yang terjatuh di lantai kayu yang usang karena sudah lama tidak terawat. Aku menghampirinya karena aku melihat darah dan luka yang ada di tubuhnya, hampir terlihat seperti sesuatu yang di keluarkan dari dalam perut melalui mulut manusia, bau tak sedap muncul dari setiap luka tersebut.

Aku khawatir, khawatir karena tubuhnya yang sudah melemah yang di sebabkan oleh usianya kini terjatuh ke lantai yang keras akan mengakibatkan dia untuk pergi ke tempat yang jauh dari diriku. Aku mengusap kepalaku ke bahunya untuk membangunkannya, aku mencoba untuk membantunya berdiri dengan mengenggam kerah bajunya dengan kakiku dan terbang ke atas, tetapi semua usaha yang kulakukan tidak membuahkan hasil, aku tidak dapat mengangkatnya ke atas dan membantunya untuk berdiri.

Setelah aku melakukan semua hal yang bisa dilakukan oleh diriku, akhirnya aku tidak memiliki energi untuk bergerak lebih. Aku kembali ke sisinya dan mengusap kepalaku sambil memanggil dirinya yang tampak tertidur lelap di atas lantai yang dingin dan keras. Aku bersuara, berkicau untuk memanggilnya, mengusap kepalaku terus menerus, mematuk dirinya sesekali, tetapi dia tidak bergerak, bahkan bernapas.

Matahari kemudian bergerak sampai ke ujung dunia, bulan mengantikan matahari menyinari langit, manusia yang menggunakan kain serba hitam kembali datang, tetapi aku sudah tidak memiliki tenaga untuk mengusirnya. Aku hanya berharap bahwa dia bisa membuat pemilikku kembali terbangun, tetapi manusia tersebut hanya berhenti dan mengucapkan kata-kata yang tidak kumengerti. Kata-kata yang tidak akan dimengerti oleh seekor hewan seperti diriku.

Tidak berselang lama, manusia serba kain hitam dan manusia-manusia lain dengan pakaian serba hitam juga yang entah dari mana datangnya membawa pemilikku pergi keluar dari rumahnya, aku tidak erti kenapa dia membawanya pergi jadi aku berusaha untuk menghentikannya membawa pemilikku pergi. Dalam usahaku, manusia-manusia lain menghentikanku, mereka mebawaku ke suatu tempat yang gelap dan kemudian berjalan entah ke mana, aku yang sudah lelah tidak lagi memberikan banyak perlawanan.

Tak lama kemudian, mereka melepaskanku ke suatu tempat yang terasa asing bagi diriku, lalu aku kembali menjadi hewan liar tak berpemilik.

Namaku Clara, sekarang aku kembali menjadi seekor burung merpati liar. Entah sudah berapa lama aku berkeliaran di alam bebas. Buluku kembali menjadi usang tak terawat, seperti sebelum aku dirawat oleh pemilikku. Aku kembali memakan makanan sisaan yang ada di jalanan, atau biji-bijian kecil yang tidak terlihat di sepanjang jalan raya.

Aku baru tahu bahwa dunia menjadi sekacau ini sejak aku dipelihara oleh pemilikku. Orang-orang di sini memiliki penyakit yang sama dengan yang dimiliki oleh pemilikku sebelum ia meninggal. Tubuh mereka dipenuhi dengan bercak hitam dan mereka semua kesakitan, ada yang muntah-muntah, dan ada yang berdarah di sekujur tubuhnya. Terlihat orang-orang yang kurus tak terpikirkan sepanjang jalan. Makanan jerang terlihat di sepanjang jalan, tidak seperti dahulu, dengan ini aku menjadi kurus seperti dahulu, saat aku belum di pelihara oleh pemilikku.

Orang-orang mengira bahwa aku tidak erti tentang apa yang mereka katakan, tetapi aku erti tentang apa yang mereka katakan. Meskipun tidak banyak dan hanya sedikit, tetapi aku tahu apa yang mereka katakan, seperti fakta bahwa sekarang dunia sedang kacau karena suatu penyakit, mereka menyebutnya sebagai wabah hitam, dan penyakit hitam inilah yang telah membawa pemilikku pergi dari dariku. Aku juga ingat bahwa ada manusia yang mengatakan bahwa tahun ini adalah tahun 1348 (seribu tiga ratus empat puluh delapan), meskipun aku tidak erti apa itu tahun yang dimaksud oleh para manusia.

Aku sering dipukul oleh orang-orang saat aku mencoba mengambil makanan sisa dari mereka, hal ini terjadi karena aku tidak menemukan makanan apa pun di sekitar sini, kecuali dari pinggiran rumah orang-orang yang di mana sisa-sisa makanan tergeletak di sana, meskipun tidak banyak dan biasanya sangat tipis, tetapi setidaknya aku mendapatkan makanan.

Suatu hari, aku bertemu dengan seekor burung merpati seperti diriku, yang membedakannya dari diriku adalah dia seekor jantan. Aku merasa tertarik kepadanya, dan dia juga merasa tertarik kepadaku. Kemudian kami bermain bersama setiap hari, dan entah sejak kafan dia mengikutiku terus.

Bagaimanapun juga, kami hidup bersama, dan sekarang kami memiliki beberapa buah telur, calon anak-anak kami, kami senang dan sangat menunggu mereka untuk menetas.

Suatu ketika, ia pergi untuk mencari makanan, aku tinggal di sarang untuk menjaga anak-anakku yang belum menetas di sarang kami. Biasanya ia akan kembali saat matahari berada tepat di atas pohon tempat kami bersarang, tetapi kali ini, dia tidak kembali. Aku menunggunya, entah sudah berapa lama aku menunggu di sarang kami, menjaga telur-telur di sarang kami, dan dia tidak pernah kembali.

Aku kemudian tidak menunggunya lagi dan mulai mencari makanan sendiri, aku tidak pergi lama karena aku ingin menjaga anak-anakku yang belum menetas, meskipun sering sekali aku tidak mendapat apa pun untuk dimakan. Aku tidak mencarinya lagi, karena aku tahu bahwa semua itu akan sia-sia.

Di saat aku mencoba untuk mencari makanan, aku secara tidak sengaja melihat seorang manusia yang mengambil sesuatu yang bulat seperti sebuah telur, calon anak dari unggas atau burung lain. Mereka mencelupkannya di air, memecahkannya, membakarnya, memakannya, aku merasa takut dengan hal itu memikirkan bagaimana jika hal tersebut terjadi kepada anak-anakku di masa mendatang? Tetapi bagaimanapun juga aku hanya berharap bahwa hal tersebut tidak terjadi kepada anak-anakku.

Semuanya berjalan seperti biasanya sampai suatu hari aku yang sedang mencari makanan melihat seorang manusia kecil yang sedang dipukuli oleh seorang manusia besar. Aku merasa bahwa kedua manusia itu adalah seseorang anak dan orang tua, seperti aku dan calon anak-anakku. Dan aku dapat merasakan bahwa manusia kecil tersebut merasa ketakutan, jadi aku terbang mengepakkan sayapku dan menghampirinya.

Aku mematuk-matuk kepala dari manusia besar tersebut, meskipun dia mencoba untuk memukulku, tetapi aku tetap mematuknya, baik di kepala, maupun badannya, semuanya aku patuk selama hampir tersebut membuatnya menjauh dari manusia kecil tersebut. Dan hal tersebut berhasil.

Sekarang manusia kecil itu mengikutiku, ia mengelus ku di kepala dan mengucapkan "Terima kasih, burung kecil," aku tidak erti apa maksudnya, tetapi aku dapat merasa perasaan lega dari dirinya. Lalu aku pun terbang kembali ke sarangku dan manusia kecil tersebut mengikuti diriku dengan kedua kakinya yang terlihat tak bertenaga.

Entah kenapa manusia kecil itu sanggup mengikuti ku sampai ke sarangku yang berada di pohon di pinggiran tempat para manusia tinggal. Ia mengikutiku dengan kaki kecilnya yang kurus, hampir hanya tersisa tulang dan kulit yang mengendur. Aku menyambutnya sambil mengepakkan sayapku yang kemudian membuatnya melihat sarangku di atas pohon kering tak berdaun. Tak berselang lama, ia kembali ke tempat tadi di mana dia dipukul oleh sang manusia besar, setelah itu aku kembali sendiri sambil mengerami telur-telur ku.

Selama beberapa hari ini, manusia kecil tersebut terus mendatangiku. Dia terus menerus mendatangi ku seperti seekor predator yang mengawasi mangsanya. Awalnya aku tidak mempedulikannya, tetapi bagaimanapun instingku berkata lain, bahwa dia memiliki niat yang buruk. Aku berjaga dan terus menunggu agar dia segera pergi, lalu lama kelamaan, aku menjadi makin lemas karena akhir-akhir ini aku tidak mendapatkan makanan dan terus berjaga di sarangku, sampai suatu hari manusia kecil tersebut datang membawa sesuatu seperti seekor predator bertubuh panjang dan tidak memiliki tangan maupun kaki (ular).

Benda tersebut (tali tambang) tidak bergerak seperti predator yang kumaksud. Tetapi aku merasa takut untuk mendekatinya.

Lalu sampailah pada saat aku sudah tidak kuat lagi dan memutuskan untuk tidur sebentar, tetapi di saat itulah, manusia kecil tersebut mulai bergerak menuju ke arahku. Aku terbangun kembali dan mengawasi dirinya. Ia memanjat pohon tak berdaun di mana sarangku dan diriku berada, aku bersiap untuk mematuknya saat dia sampai di depan sarangku, aku lengah dan membiarkan dirinya menangkap diriku. Ia menggenggam kaki ku dengan tangannya, aku mencoba mematuknya agar dia pergi dan melepaskan diriku, aku mematuknya sampai kulit tangannya mengelupas dan membentuk bolongan besar menampilkan daging merah dan tulang putih beserta darahnya yang mengalir dengan daras. Dia mencoba untuk menahan kakiku dengan sesuatu yang mirip dengan predator tersebut dan dia berhasil.

Setelah dia menahanku, dia memukulku sangat keras, sampai aku tidak bisa bergerak dengan bebas tanpa merasa kesakitan. Sayapku patah hampir putus, menampilkan tulang beserta dagingku, dia menutupku dengan sesuatu yang gelap seutuhnya, lalu aku merasakan bahwa dia mengambil sarangku di mana calon anak-anakku berada. Aku mencoba untuk menyerang, aku mencapit, mematuk, mengoyak sesuatu yang menghalangi pandanganku dengan paruh kecilku, aku mencoba semua yang ku bisa, meskipun tidak ada yang berhasil. Di tengah kepanikan yang sia-sia aku hanya bisa berharap agar jangan calon anak-anakku yang di ambil, tolong jangan mengambil mereka, mereka bahkan belum menetas, tolong jangan makan mereka, mereka adalah anak-anakku, mereka adalah makhluk hidup, hanya saja mereka belum bisa melihat ke dunia ini.

Entah sudah berapa lama aku berada di dalam kegelapan tak berujung ini, aku merasakan sakit di sekujur tubuhku yang menyebabkan diriku tidak bisa bergerak dengan leluasa. Aku merasa sakit sekaligus khawatir dan sedih karena terpisah dari calon anak-anakku dan sarangku, sekarang ini mungkin aku sedang berada di atas pohon tak berdaun, tertahan oleh benda yang di letakkan di kaki ku dan sesuatu yang menahan pandanganku ke dunia ini, hal ini menghentikan diriku dari mencari makanan.

Perlahan aku merasa sakit di tubuhku makin parah, aku merasa sangat sakit, seperti ada sesuatu yang memeras diriku setiap saat, menginjak, menekan diriku sampai aku menjadi piring yang biasanya berada di rumah pemilikku. Sakit, tetapi apa yang bisa kulakukan? Aku sudah tidak bertenaga lagi, sayapku sangat sakit, tubuhku sakit karena tidak mendapatkan makanan, tubuhku mengecil mengikuti waktu. Kenapa manusia kecil itu sangat tega untuk menyakiti makhluk hidup lain? Aku sangat kesakitan karena ulah manusia kecil tersebut, mereka juga sudah pasti memakan anak-anakku, aku dapat menebaknya, dan hal tersebut membuatku tidak bersemangat untuk bergerak lagi.

Sayapku terasa tidak nyaman dan berubah menjadi hitam. Makhluk-makhluk kecil mulai masuk dari lubang-lubang kecil yang kubuat, lubang-lubang yang kubuat untuk keluar tetapi terlalu kecil untuk dilewati oleh tubuhku. Mereka masuk dan menghampiri sayapku, aku melihat mereka memakannya, tetapi tidak ada yang kurasakan selain perasaan mereka yang merayap ke sayapku.

Aku tidak merasakan apa pun saat mereka memakan ku, apa pun. Kini aku tidak merasa kesakitan lagi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Sejarah
Cerpen
Si Merpati
Tadashi
Novel
Bronze
SURAT CINTA AGAM
Embart nugroho
Flash
Surat dari Batavia ke Soerabaya
Lentera jingga
Novel
Catatan Suami Gebleg
Firmansyah Slamet
Novel
Bronze
BUKAN HARI KEMARIN
Siti rokhmah
Novel
Gold
Andai Aku Hidup Sekali Lagi
Mizan Publishing
Cerpen
Rumah
Adinda Amalia
Novel
Gold
Mencari Buah Simalakama
Bentang Pustaka
Flash
Bronze
Merah-Merahnya Toko Merah
Silvarani
Novel
Pendekar Gunung Ciremai
Nadiya Sasmita
Novel
Gold
Mati Ketawa ala Refotnasi
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Di Balik Gerbang
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Tarka Sengkalan & Simbol Masa 1997/98
RK Awan
Novel
Prahara DiCameti Galing
mang giok
Skrip Film
KEMBANG BATAVIA
NO-NAME
Rekomendasi
Cerpen
Si Merpati
Tadashi