Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Sherly
5
Suka
1,136
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Alex lekas keluar rumah dengan tergesa-gesa. Selepas menyadari sosok Sherly tidak ada di atas ranjang ketika dia terbangun. Ternyata istrinya tengah mengobrol ringan di depan rumah bersama dua ibu muda yaitu tetangga mereka.

Kondisi imun tubuh Sherly sangat lemah sehingga Alex ekstra hati-hati dalam menjaganya. Sang istri mengidap penyakit langka bahkan obatnya pun belum dapat ditemukan. Sherly lebih banyak menghabiskan waktu berdiam diri di dalam kamar sementara Alex pergi bekerja ke kota sebagai pengrajin kayu. Beberapa rekan kerja Alex seringkali menyarankan supaya dia menikah lagi daripada bertahan dengan Sherly. Alex tidak mengindahkan usulan mereka karena rasa cintanya yang begitu besar terhadap wanita itu.

"Sayang, aku akan berangkat bekerja. Cepat masuk jangan terlalu lama di luar rumah."

"Baiklah aku mengerti, hati-hati suamiku."

Tetangga mereka menjerit tertahan ketika melihat Alex mengecup kening Sherly lembut tanpa rasa malu sebelum berlalu mengendarai kuda cokelatnya.

"Wah, beruntung sekali kau memiliki suami tampan dan perhatian."

Sherly tersenyum tipis lalu pamit kepada mereka menuruti perkataan suaminya tadi.

***

Gegap gempita ibukota saat malam acara puncak festival musim panas menemani perjalanan pulang Alex. Suara letupan petasan nyaring meluncur mulus ke langit kemudian pecah menjadi kerlipan cahaya warna-warni. Alex terpaksa mengekori langkah temannya menuju bar. Hari ini bos mereka mentraktir secara sukarela sebab bahagia omsetnya melonjak. Karya ciptaannya laris terjual sampai ke negeri seberang.

"Ayolah, tersenyum sedikit mari kita menikmati pesta." ajak teman Alex sambil menyodorkan segelas bir penuh.

Alex menggeleng lalu mengunyah ayam tepung bumbunya dengan malas. "Aku tidak mau pulang dalam keadaan mabuk."

"Ah, kau pasti memikirkan keadaan istrimu yang penyakitan."

"Hei, lebih baik kau tutup mulut jika tidak aku akan melayangkan tinju ke wajahmu dasar bedebah!" Alex mulai geram, dia mendelik kesal dengan kedua tangan terkepal kuat.

Akhirnya teman Alex beringsut menjauh nimbrung dengan rekan kerja yang lain. Seorang wanita bertudung hitam tiba-tiba menghampiri Alex yang duduk sendiri di pojok bar. "Boleh aku bergabung?"

Alex membisu enggan menggubris eksistensinya.

"Perkenalkan namaku Bianca, aku adalah seorang tabib." Bianca mengulurkan tangan namun Alex masih diam. "Aku dengar istrimu sedang sakit, mungkin kau butuh bantuan?"

"Tidak, terimakasih. Tuhan saja tidak bisa membantu menghilangkan penyakit istriku apalagi kau." ucap Alex dengan nada sarkastis.

Bianca tersenyum miring setelah mendengar jawaban pria picik itu. "Aku akan menunjukkan kepadamu sesuatu. Bersediakah kau ikut?"

Alex sempat berpikir sejenak kemudian menerima tawarannya, mereka bergegas pindah ke area hutan. Bau anyir bangkai rusa menusuk indera penciuman. Sebuah garis pentagram mengelilingi bangkai itu. Bianca maju beberapa langkah meneteskan ramuan miliknya ke mulut hewan. Selepas itu kembali ke tempat semula membentangkan tangan sambil bergumam. Alex mengeryitkan dahi awalnya namun dalam sekejap mata dia terperanjat. Hewan itu langsung bangkit serta lukanya pun sembuh total.

"Apa sekarang kau percaya padaku?"

Kedua bola mata Alex membulat sempurna dan ia berdecak kagum. "Kau sungguh menakjubkan, tolong periksa penyakit istriku."

***

Sherly meremas ujung selimutnya gusar. Batang hidung suaminya tak kunjung terlihat padahal sudah tengah malam. Setiap sampai rumah raut wajahnya seakan kosong dan kelelahan tampak berbeda dari biasanya. Alex juga bersikap aneh seperti mudah terkejut ketika Sherly memeluknya dari belakang. Pria itu selalu waspada serta refleknya jadi berlebihan.

"Suamiku, syukurlah kau sudah pulang." Alex duduk pada tepi ranjang menatap hangat istrinya. Kedua kantung mata pria itu yang menghitam Sherly usap pelan. "Kau bekerja terlalu keras belakang ini tetapi waktu istirahatmu sangat sedikit. Apa sedang banyak pesanan?"

Alex mengangguk pelan kemudian turun ke lantai bawah ingin membersihkan diri. Diam-diam pria itu juga membasuh ulang pisau kecil di sakunya. Demi menutupi tindakannya telah membunuh beberapa anak anjing yang notabene syarat dari Bianca. Tabib itu membutuhkan lima puluh kepala anak anjing. Bianca berjanji obatnya akan selesai dalam kurun waktu dekat jika Alex berhasil menyelesaikan permintaannya.

Desas-desus pun perlahan merebak karena menghilangnya anjing-anjing di desa secara misterius. Alex mampu bersikap normal tanpa terlihat mencurigakan. Lagipula dia terkenal sebagai pria ramah yang sayang istri.

Sesuai janji Alex menemui Bianca di hutan tempat pertama kali tabib itu menunjukkan kehebatannya tempo hari. Alex datang sambil menjinjing sekantong plastik hitam. Delapan kepala anak anjing menggenapkan sisa kekurangan. Bianca menyeringai lebar dibalik tudung hitamnya. Dia melemparkan sebotol ramuan berwarna hitam pekat.

"Bolehkah aku menyaksikan kesembuhan istrimu?"

"Tentu saja."

Mereka pun melenggang pergi bersama setelah Alex mengizinkan. Sherly menyambut Bianca sebagaimana tamu meskipun ini pertemuan yang kedua. Sebelumnya tabib itu telah memeriksa kondisi Sherly. Secangkir teh dan kue kering kini tertata rapih di atas meja.

Sherly duduk bersisian dengan suaminya. "Ada apa sayang? Apakah obat penawarnya sudah ada?"

"Iya, silahkan minum ini." Alex membuka tutup botol itu. Kedua alis Sherly bertaut, secercah keraguan mencuat di dalam benaknya.

"Apakah sudah terjamin aman?"

"Kau akan tahu khasiatnya setelah minum." Sherly percaya saja ucapan suaminya lalu meneguknya.

Alex menjengit kaget tubuh istrinya memudar, berubah bentuk menjadi cairan lumpur yang lengket. Tangis pria itu membucah sambil meraupnya panik.

"K-kenapa?! Sherly bertahanlah j-jangan pergi dari hidupku!" Alex mengerang histeris. "Apa maksudnya semua ini?! Kau bilang istriku akan sembuh!"

"Oops! Percobaanku gagal lagi...," Bianca berdiri santai kemudian membuka tudungnya. Tanda mata satu di dahinya membuat Alex tersentak. "Aku bukan tabib tetapi penyihir hitam."

"Kau kelompok aliran sesat?!"

"Bukan, kami adalah sekumpulan manusia yang percaya pada iblis." Bianca memapas jaraknya mendekat ke arah Alex yang ketakutan. "Ternyata persembahanmu masih kurang memuaskan untuk Raja Lucifer."

"K-kau penipu! Sherly, bagaimana dengan istriku?!" pekik Alex.

"Kau sendiri yang memohon saat ritual ingin menghilangkan penderitaan istrimu selama ini bukan menyembuhkan penyakitnya." Bianca terkekeh pelan, "Raja Lucifer mengabulkannya dengan cara melenyapkan istrimu, dia tidak perlu merasakan rasa sakit lagi bukan?"

Alex tergamang jantungnya tertohok seakan-akan tertusuk ribuan jarum.

"Jadi sekarang bagaimana apa kau berubah pikiran? Raja Lucifer akan berbaik hati kepadamu dengan memberikan hidup dalam kemewahan dan karir yang bagus sebagai gantinya."

"Aku memilih mati daripada hidup tersesat bersama manusia terkutuk sepertimu!"

Alex menggaet botol ramuan sisa minuman dari Sherly. Dia menenggaknya kasar sampai habis. Pria itu pun ikut melebur menyatu bersama hancurnya wujud sang istri.

"Lelaki yang malang."

Bianca kabur menggunakan teleportasi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Setiap mewujudkan keinginan pasti ada suatu hal yang harus kita korbankan. Kendatipun usaha kita belum menghasilkan kepastian. Kegagalan melahirkan sebuah keputusasaan terutama pada Alex. Pria itu menghalalkan cara yang jelas salah. Santapan empuk bagi Bianca ketika menemukan seseorang yang membenci takdir. Mereka yang seringkali menyalahkan Tuhan atas ketidakadilan hidup di dunia.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Sherly
Panipun
Cerpen
Firasat
Sekarmelati
Novel
Bronze
Pesantren Gaib
Ariny Nurul haq
Novel
Bronze
Petaka Tambang Emas Berdarah
Achmad Benbela
Novel
GARIS MERAH
Rizqy Kurniawan
Novel
Gold
Fantasteen Scary: Daruma-San
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Scary Teru Teru Bozu
Mizan Publishing
Novel
KELANA
Lovaerina
Cerpen
Bronze
Demit Berambut Api
Sulistiyo Suparno
Flash
Wajah-wajah Sang Aktor
Ravistara
Novel
NAPAS TERAKHIR
Maria Merianti Boru Malau
Novel
Erigeron k.
Fadhila Meisya Putri
Novel
SAMBAT
iqbal syarifuddin muhammad
Novel
Gold
Fantasteen Saving Ludo
Mizan Publishing
Novel
Panggilan Hitam Pesantren Kelam
Arslan Cealach
Rekomendasi
Cerpen
Sherly
Panipun