Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Mande Rumbayah duduk termenung di bibir pantai. Pandangannya tak bergeser dari batu yang menyungkum tanah. Ombak datang dan pergi, seperti napas panjang yang tak habis-habis. Batu itu tetap diam, tetapi seolah menanggung sesuatu yang berat: luka, sesal, dan cinta yang tak sempat dikatakan hingga akhir.
Sesekali, Mande menyeka sudut matanya. Batin berkecamuk, pikirannya tak berhenti mengaduk. Sejak hari itu, hidupnya dipeluk sepi dan nelangsa. Sunyi tak lagi mengajarkan tenang, melainkan menggurat luka yang tak bisa dijahit oleh masa.
Seandainya bisa kembali ke masa lalu, Mande ingin menarik semua kata yang pernah dilaungkan ke langit. Amarahnya, yang meledak di hadapan orang banyak, telah menjelma menjadi kutuk...